Rhys Alban, terpaksa menikah dengan wanita bernama Celine Danayla Matteo, demi mempertahankan harta milik Keluarga Alban. Ia tak mau harta milik keluarganya jatuh ke tangan asisten pribadi Daddynya ataupun pada dinas sosial.
Celine yang sangat senang, menerima pernikahan tersebut, bahkan ia memaksa Rhys untuk menyatakan cinta padanya agar ia tak membatalkan pernikahan itu.
Namun, pernikahan yang didasari dari perjodohan tersebut membuat cinta Celine bertepuk sebelah tangan, juga membuat dirinya bagai hidup di dalam sangkar emas dengan jerat yang semakin lama semakin melukainya.
Hingga semuanya itu meninggalkan trauma besar dalam dirinya, pada cinta masa kecilnya. Apakah ia mampu memutus benang merah yang telah mengikatnya lama atau justru semakin membelit ketika ingatan Rhys kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#28
“Aku kembali dulu ya, Lin. Aku janji akan sering-sering menghubungimu dan tentu saja mengunjungimu. Aku suka di sini, indah, begitu memanjakan mata. Tapi yang paling penting, di sini terasa tenang dan damai,” kata Alice seakan menerawang jauh.
“Hati-hati di jalan,” pesan Celine.
“Aku akan menghubungimu saat ku sampai. Angkat ya,” Celine menganggukkan kepalanya. Ia melambaikan tangan dan sedikit sedih dengan kepergian Alice yang telah menemaninya selama seminggu ini.
**
Rhys merasa jengah dengan kehadiran Eve setiap hari di Perusahaan Alban. Sejak ia mendapatkan kembali ingatannya dan wanita itu tak menuruti apa perkataannya, Rhys sudah memutuskan untuk tak mempedulikannya lagi. Namun, ia tetap akan bertanggung jawab terhadap anak yang ada di dalam kandungan Eve.
“Finn, temani dia ke dokter kandungan,” perintah Rhys.
“Aku?!” tanya Finn seakan tidak percaya. Ia tak suka berdekatan dengan Eve, apalagi harus 1 mobil dengannya dan hanya berdua.
“Aku tidak mau. Minta saja supir untuk mengantarnya,” kata Fin lagi.
Ckkk
Rhys berdecak kesal. Ia tahu bahwa Finn tak bisa dipaksa jika urusan seperti ini. Oleh karena itu, ia tak memaksa lagi.
“Pergilah dengan supir, aku akan menghubungi pihak rumah sakit untuk melayanimu dengan baik,” kata Rhys.
“Aku tidak mau! Aku ingin kamu menemaniku. Kamu pikir aku ini apa? Sudah kamu menanamkan benihmu, lalu mau lepas tanggung jawab? Bukankah kamu janji akan menikahiku? Dan bukankah kamu sudah bercerai?!” Kata Eve dengan ketus.
Deggg
Mendengar kata cerai, membuat kepala Rhys terasa sakit lagi. Jujur, ia belum mengurus perceraiannya sama sekali. Sampai saat ini, ia masih memegang surat cerai yang ditandatangani oleh Celine, namun dirinya sendiri tak membubuhkan tanda tangannya di sana.
“Ingat, kita sudah putus. Jadi aku tak akan pernah menikahimu. Meskipun begitu, aku tetap akan membiayaimu keperluanmu selama hamil dan melahirkan. Setelah itu, jika kamu tak menginginkan anak itu, berikan padaku karena aku yang akan mengurusnya,” kata Rhys.
“Tidak bisa! Kamu tidak akan pernah mendapatkan anak ini kalau kamu tidak menikahiku,” kata Eve dengan marah, lalu keluar dari ruangan Rhys.
“Kamu tak ingin mengejarnya?” tanya Finn. Biasanya kalau Eve marah seperti itu, maka Rhys akan langsung mengejarnya dan memeluknya. Ia akan memohon pada wanita itu untuk memaafkannya.
“Tidak.”
“Kamu benar-benar sudah berubah, Rhys,” Finn memberikan sebuah jempol pada Rhys.
Sementara itu, Eve yang merasa tak dipedulikan, mulai menghentakkan kakinya dengan kesal. Suara heels yang beradu dengan lantai, membuatnya menjadi pusat perhatian.
“Ayo ikut denganku saja,” seseorang menarik pergelangan tangan Eve dan membawanya pergi. Mereka langsung menuju ke sebuah hotel yang letaknya agak jauh dari Perusahaan Alban.
**
“Eve!”
“Aku harus membuatnya menikahiku. Aku tak mau hidup susah!” gerutu Eve. Ia tak mempedulikan pria yang ada di dekatnya itu.
“Bagaimana kalau kita hancurkan saja Perusahaan Alban?”
“Menghancurkan Perusahaan Alban? Apa kamu gila?! Kalau itu sampai terjadi, itu artinya aku tak akan mendapatkan apa-apa. Jangan bodoh!” teriak Eve.
Pria itu langsung meraih bahu Eve dan mendorongnya, hingga wanita itu kini terbaring di atas tempat tidur.
“Untuk menghilangkan penat, kita bermain saja,” kata pria itu dengan senyum di wajahnya.
“Ronald!! Bantu aku berpikir! Jangan hanya memikirkan hal mesum saja. Aku sedang kesal saat ini,” ungkap Eve.
“Aku ingin bermain, Eve! Aku sedang pusing karena istriku terus saja menyebalkan,” kata Uncle Ronald.
Eve tertawa, “makanya sudah kubilang, wanita tua itu menyebalkan. Ceraikan saja dia, maka selesai masalahmu.”
“Cerai? Lalu bagaimana dengan Alice?”
“Alice? Dia itu sudah dewasa. Seharusnya dia mengerti kalau kamu tidak tahan dengan sikap istrimu yang seenaknya saja.”
“Aku akan memikirkan idemu itu. Tapi sekarang, bantu aku menghilangkan penatku dulu, okay. Aku juga berjanji akan membantumu kembali pada Rhys,” bujuk Uncle Ronald.
Eve melihat ke arah pria paruh baya yang sejak ia sampai di rumah Rhys, sudah mencuri pandang padanya. Bahkan sehari setelahnya, mereka melakukan hubungan intim di sana, di dalam kamar Uncle Ronald dan Aunty Anna. Tentu saja saat wanita itu pergi berbelanja ataupun berkumpul bersama teman-teman sosialitanya.
“Baiklah. Kebetulan aku juga ingin dipuaskan. Apa kamu siap?” tanya Eve.
“Tentu saja! Aku selalu siap untukmu.”
Bibir mereka pun mulai saling bertaut dan melummat. Memiliki Ronald sebagai tempat pemuasan hassrat, sangat disukai oleh Eve karena pria itu sangat lihai menyentuh tubuhnya. Ia juga telah menggunakan pria itu menjadi alat dalam setiap rencananya.
Kamar hotel yang awalnya sejuk, kini menjadi panas karena adanya pergulatan serta pertukaran peluh di antara sepasang manusia.
**
Alice langsung menemui Rhys ketika ia sudah sampai kembali di Kota Helsinki. Keduanya kini tengah duduk berhadapan di dalam ruang kerja Rhys di Perusahaan Alban.
“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Alice.
“Bagaimana liburanmu?” tanya Rhys.
“Tentu saja menyenangkan,” jawab Alice sekenanya.
“Bagus kalau begitu. Aku ingin kamu menggantikan Uncle Harry untuk memimpin anak perusahaan Alban,” kata Rhys dengan tegas.
“Aku?” Alice menunjuk dirinya sendiri seakan tak percaya Rhys akan memberikannya kepercayaan yang begitu besar.
“Ya. Aku tak tahu harus percaya pada siapa. Jadi ku rasa kamu adalah orang yang paling cocok,” kata Rhys.
“Tapi …,” kata-kata Alice terputus ketika Rhys melanjutkan ucapannya.
“Anak perusahaan itu adalah milik Celine. Dad Dave sudah memberikan perusahaan itu padanya. Aku hanya ingin saat dia kembali, perusahaan itu dalam keadaan baik dan berada di tangan yang tepat.”
“Aku tidak yakin ia akan kembali,” kata Alice.
“Ia akan kembali, aku yakin itu. Hatiku berkata demikian.”
“Jangan membuatku tertawa. Apa kamu ingin ia kembali hanya untuk menyiksanya lagi? Kamu bukan pria sejati, kamu tahu itu kan?!” teriak Alice yang sudah tidak bisa memendam amarahnya. Apalagi saat ini Celine sedang hamil dan sendirian. Alice berdiri dan berniat meninggalkan ruangan Rhys.
“Aku menyesal, Al. Aku ingin minta maaf. Cintaku pa …,” pintu ruangan Rhys terbuka dan menampakkan sosok Finn bersama seorang tamu.
“Aku pergi dulu,” kata Alice.
Finn akhirnya mempersilakan tamu itu untuk duduk. Sebelumnya, pria itu melihat ke arah Alice. Wanita itu tak mengindahkannya, bahkan menoleh pun tidak. Apa tadi ia sedang mendengarkan pernyataan cinta dari Rhys dan ia mengganggu?
“Silakan duduk Tuan Rafael.”
Rhys mengangkat kepalanya dan melihat sosok pria itu.
“Raf …”
🌹🌹🌹