Seorang wanita muda, meminta seorang pria yang tak di kenal nya untuk menikahinya. Namun siapa sangka permintaan nya pun di kabulkan saat melihat wanita tersebut di paksa menikah oleh kedua orang tua nya demi melunasi sebuah hutang.
Adela Anggita dan Raiz Hafid Faisal, pernikahan kedua nya terikat di atas sebuah kontrak pernikahan.
Apakah pernikahan kontrak tersebut akan membawa mereka pada pernikahan yang sesungguhnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Herliyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Panik Yang Mendalam
Raiz dengan segera membawa Adela ke rumah sakit, Dokter pun dengan segera menangani Adela yang tak sadarkan diri.
Tak henti - henti nya Raiz memarahi Ibu Nuri dan Sony, hingga kursi penunggu pasien jadi sasaran nya di tendang Raiz.
"Kalau sampai terjadi kenapa - napa sama Adela , saya nggak akan maaf kan kalian berdua. "
"Nak, salah kan ibu. Sony tidak tahu apa - apa. Ini murni ide nya ibu. " Ucap Ibu Nuri.
"Untuk apa bu, untuk apa Ibu masukan kami kedalam gudang hah..?? " Bentak Raiz.
"Ibu hanya ingin kalian bersatu lagi. " Ucap Ibu Nuri.
"Kami sudah ingin jalan sendiri - sendiri tapi Ibu malah ingin menyatukan saya sama Adela. Dan Ibu tahu akibat ide yang membuat Ibu senang Adela kini masuk rumah sakit lagi."
"Maaf Ibu Nak. "
Hamdan sebagai Ajudan baru hanya bisa menyimak, dan sesekali minta penjelasan dari Sony. Namun Sony menggeleng kan kepalanya dan memberikan kode jari telunjuk nya di tempelkan di mulut.
Raiz masuk kedalam kamar Rawat terlihat Adela sudah sadar. Raiz mendekati Adela dan mengusap kening nya.
"Bagaimana? " Tanya Raiz pelan.
"Sudah nggak sakit, tinggal lemas. " Jawab Adela.
"Saya ingin pulang. " Ucap Adela pelan.
"Menginap satu malam minimal nya. "
"Capek, ingin pulang saja. "
"Kalau pulang siapa yang akan rawat kamu?"
"Saya nggak apa - apa Mas, saya tadi hanya karena pengap saja. "
"Pulang ke rumah Mas, ada Ubi Nuri yang akan rawat kamu. "
"Nggak Mas, terima kasih. " Ucap Adela.
"Tolong hubungi Bang Irfan dari ponsel saya Mas. "
"Kenapa minta tolong sama Irfan, disini ada saya. "
"Nggak apa - apa, hari kan masih sore. Baru jam 10 malam. "
Raiz pun mencoba menghubungi Irfan namun tak kunjung di jawab, hingga berkali-kali Raiz mencoba menghubungi dengan ponsel Adela.
"Tidak di respon, mungkin sudah istirahat. "
"Ini masih sore, saya tahu Bang Irfan itu tidur nya malam."
"Kalau nggak percaya coba saja lihat. "
Raiz mencoba memperlihatkan ponsel milik Adela untuk menghubungi Irfan namun tetap tak di angkat.
"Tunggu besok, kalau nggak ada jawaban saya akan coba hubungi lewat Pak Walikota."
"Terima kasih Mas. " Ucap Adela dengan mata yang langsung terpejam.
*****
Braaakkk
Raiz dan Adela menatap ke arah pintu, saat Irfan masuk dengan nafas naik turun.
"Kenapa lagi Adela? " Tanya Irfan mendekati Adela dengan menatap nya.
"Kemarin pingsan di panti, Pak Raiz menolong saya. " Jawab Adela.
"Kemarin pada pingsan di tolong Pak Raiz, sekarang pingsan lagi di tolong Pak Raiz. Apa kamu masih berhubungan dengan dia. "
"Nggak Bang, saya sudah tidak memiliki hubungan apa - apa sama dia. Ini hanya kebetulan saja." Ucap Adela menjelaskan.
Raiz mendekati Irfan dan menepuk bahu kiri Irfan.
"Kalau kamu mencintai Adela, pasti kamu akan percaya dengan nya. " Ucap Raiz pun lalu keluar dari kamar rawat Adela.
*****
"Mas kok baru pulang? " Tanya Anita menyambut suaminya.
"Kamu baru pulang? " Tanya Raiz melihat penampilan Anita yang masih memakai pakaian kemarin.
"Iya Mas, maaf tadi malam mau kabari Mas HP saya low. " Jawab Anita.
"Tidur dimana? "
"Tidur di rumah teman, Mas dari mana baru pulang? "
"Adela pingsan di panti, jadi Mas bawa dia ke rumah sakit. "
"Ya Allah, Adela pingsan lagi Mas. "
"Iya, sekarang sudah ada Irfan di sana jadi Mas pulang. "
"Mas, kenapa Adela nggak pensiun dini saja. Dengan pensiun dini dia akan fokus sama penyakit nya. "
"Adela nya nggak mau, Mas mandi dulu gerah."
"Saya siapkan air nya. " Ucap Anita.
Raiz mengangguk kan kepala nya dan menuju ke arah kamar nya untuk membuka pakaian nya.
*****
"Makasih Bang, sudah di repot kan lagi. " Ucap Adela saat sudah sampai di rumah nya.
"Lain kali kalau belum pulih jangan dulu pergi keluar rumah, dan Abang kan nggak bisa selalu di sini sama kamu. " Ucap Irfan.
"Iya Bang, maaf. "
Suara ponsel Irfan bergetar, namun Irfan tak menghiraukan nya dan sibuk mengambil obat milik Adela.
"Bang, angkat dulu. " Ucap Adela.
"Biarkan saja. "
"Barang kali penting. "
"Lebih penting juga kamu dek, sekarang minum obat nya dulu. "
Adela pun menurut dan meminum obat satu persatu yang di berikan Irfan untuk nya.
*****
"Ibu minta maaf ya. " Ucap Ibu Nuri pada Adela.
"Sudah Bu nggak apa - apa, jangan di bahas lagi. "Ucap Adela.
" Tetap saja Ibu merasa bersalah, dan Raiz marah besar saat itu. "
"Sudah Buu, jangan di pikirkan lagi ya. "
"Sebenarnya, Ibu sengaja saat itu ingin menyatukan kamu sama Raiz. Dengan di kurung nya di gudang kalian bisa tumbuh rasa lagi. "
"Mas Raiz sudah milik Anita Bu, dan saya sudah punya Bang Irfan. Sesuatu yang tak mungkin tak akan pernah terjadi. "
"Tapi Ibu Yakin, kalian akan bersatu lagi. "
"Sudah Bu, jangan banyak mimpi yang tak pasti. "
"Ini nggak akan hanya sebuah mimpi tapi suatu saat akan jadi nyata. "
******
Dua minggu Kemudian
Adela sudah kembali di sibukkan dengan berbagai kegiatan sebagai Ajudan Wabup. Hari jadi kota Pakis, Adela mengikuti kemana Pak Wabup dan Pak Bupati untuk mempersiapkan acara ulang tahun kabupaten Pakis.
"Del, tolong nanti kamu susun ya. " Ucap Pak Andi memberikan beberapa map.
"Baik Pak, saya akan susun. Dan maaf Pak untuk besok, Bapak mewakili Pak Raiz untuk datang di gedung budaya. Karena Pak Raiz akan ada rapat mendadak dengan beberapa pejabat. "
"Baik, kamu atur saja. "
"Siap Pak. " Ucap Adela.
Saat Adela sedang berjalan bersama Pak Andi terlihat pria yang Adela sangat kenal. Pria tersebut berbicara akrab dengan Pak Andi.
Namun pria tersebut hanya melirik Adela dan pergi begitu saja. Adela hanya menundukkan kepala nya dan lantas melanjutkan kembali langkah nya dan tersenyum pilu.