Kamisha Naeswari seorang gadis dari Jogja yang sudah lama merantau di Bandung. Setelah selesai kuliah ia bekerja di sebuah EO dan memiliki toko kue yang kecil.
Dalam waktu satu hari hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat karena pengkhianatan kekasih yang sudah dua tahun menjalin hubungan. Setelah itu ia harus merawat seorang bayi yang bukan darah dagingnya di usia yang masih muda.
Takdir memang selalu punya cara yang tak terduga agar selalu tampak mengejutkan. Semula ingin berkelana ke utara tapi malah terbang ke selatan bahkan berpindah dengan sukarela.
Banyak hal yang harus dikorbankan Kamisha termasuk hidupnya, kebebasannya, tapi akan indah pada waktunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neen@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Family Gathering
"Axel, kok bisa dia."
"Iya mommy kemarin aku minta tolong om Xander buat temani aku ke acara sekolah. Dan om Xander tidak keberatan."
"Kenapa kamu tidak membicarakan dulu dengan mommy."
"Ah mommy tidak akan mengerti masalahku."
"Oke, baiklah kali ini mommy mengalah."
Xander mendekat pada Kamisha dan Axel.
"Pakai mobilku saja. Mana barang yang akan di bawa?"
"Tuh," tunjuk Kamisha.
Sebenarnya ia tidak marah cuma merasa canggung saja. Ini acara keluarga antara ayah, ibu dan anak, sedangkan disini Xander adalah calon suami keponakannya. Bagaimana pendapat orang tua yang lain jika mengetahuinya. Dan kalau Kyara tahu pasti akan menambah pertengkaraan saja.
Xander memindahkan barang - barang yang di bawa masuk ke dalam mobilnya. Kamisha dari jauh melihat kedekatan antara Axel dan Xander. Sepertinya Xander sangat sayang dengan putranya itu. Setiap keinginan Axel ia berusaha memenuhi.
"Ayo mommy, kita bisa terlambat."
"Ah ya sayang."
Dengan setengah berlari Kamisha menuju ke mobil Xander.
"Kenapa melamun?" tanya Xander
"Tidak kok."
"Terpesona dengan ketampananku?"
"Heh narsis," ucap Kamisha. "Axel sayang kau mau duduk dimana?"
"Aku duduk di depan bersama mommy."
"Joknya cuma satu sayang. Axel di depan, mommy di belakang, oke?"
"Tidak mau, kita sudah biasa di depan berdua."
"Sudah di pangku saja, kan dekat." saran Xander.
"Baiklah mommy duduk di depan. Ayo berangkat."
Mereka bertiga segera berangkat menuju sekolah Axel. Sepanjang perjalanan Axel bercerita dan bergurau dengan Xander.
Heh benar kata Kyara, mirip dengan keluarga bahagia batin Kamisha. Mungkin Axel menemukam sosok ayah dalam diri Xander. Seandainya Kyara mau berterus terang, justru langkahnya akan lebih mudah untuk memiliki Xander seutuhnya.
"Hore kita sampai." teriakan Axel membuyarkan lamunan Kamisha.
"Hati - hati turunnya Axel," Kamisha memperingatkan.
Kamisha memurunkan barang - barang yang mereka bawa di bantu Xander. Banyak ibu - ibu yang terpesona dengan ketampanan Xander.
"Wah calon ayah Axel tampan ya mom Misha?"
"Ah mom Raysa bisa saja." Kamisha tersenyum canggung. Ia bingung harus menjawab apa. Xander tahu bagaimana perasaan Kamisha saat ini.
"Kenapa bawa makannya banyak?"
"Axel itu sering pamer sama teman - temannya kalau makanan yang dia bawa itu banyak, bervariasi dan enak. Kau tahu hanya demi dia aku bergadang semalam membuat itu."
"Makanan ini dia habiskan sendiri?"
"Hahahahahh... tidaklah. Dia bagi bersama dengan teman yang lain."
Axel tampak berlari menghampiri mereka.
"Mommy, kita daftar dulu lombanya di sana."
"Iya... iya... sebentar Axel, mommy taruh barang dulu."
"Ayo mommy, keburu nggak dapat nomor."
"Sudah kamu kesana, biar ini aku yang urus." ucap Xander.
Kamisha bersama Axel segera mendaftar lomba yang akan dia ikuti. Hampir semua lomba ingin Axel ikuti. Kamisha hanya diam mengikuti keinginan putra kesayangannya itu.
"Maaf bu Kamisha untuk ayahnya Axel bagaimana?"
"Hmm.. dia saudara saya, bisa kan?"
"Bisa," jawab bu guru.
"Loh katanya tadi calon ayahnya Axel," sela mom Raysa. "Itu namanua saudara ketemu gede, bu guru.
"Mom Raysa bisa saja."
"Ya sudah selamat berlomba mom, saya kesana dulu," pamit mom Raysa.
"Maaf bu Kamisha ini calon suaminya ukuran kaosnya apa?
"L saja, untuk saya ukuran S."
"Baik, sebentar." bu guru segera mengambil tiga kaos dengan ukuran sesuai permintaan. Untuk Axel, Kamisha dan Xander.
Kamisha segera memakaikan kaos pada Axel dan memberikannya pada Xander. Tak berapa lama baju mereka telah berganti dengan baju tim.
"Kita seperti keluarga, kamu cocok pakai kaos itu." puji Xander
"Thank's. Kamu juga cocok."
"Cocok atau tampan?"
"Cocok."
"Hmm... bilang saja tampan."
"Yah terserah kamu deh yang penting diperlombaan jangan sampai mengecewakan Axel.
"Tenang saja, waktu kecil aku juara lomba beginian."
"Hmm... sombong."
"Ini bukan sombong tapi percaya diri."
Mereka bertiga menuju ke lapangan sekolah tempat perlombaan diadakan.
Yang pertama ada lomba memasukkan air ke dalam botol menggunakan tangan secara bergantian antara ibu dan anak.
Dalam lomba ini Kamisha dan Axel hanya mendapat juara ketiga.
"Maafkan mommy sayang," ucap Kamisha menyesal.
"It's okey mommy, masih ada lomba yang lainnya."
Kali ini lomba berjalan dengan kaki saling diikat yang dilakukan bersama ayah. Xander dan Axel bersiap untuk maju. Kamisha berteriak - teriak memberikan semangat.
"Xander, Axel... semangat sayang."
Xander tersenyum melihat Kamisha yang berteriak - teriak sambil melompat - lompat. Ini kan hanya lomba anak - anak kenapa dia jadi heboh begini batin Xander geli. "Axel, kita harus kompak, harus menang."
"Baik, om."
"Mana teman yang meremehkanmu?"
"Itu om nomor dua dari kanan."
Xander melirik ke arah mereka. Memberikan tatapan yang mematikan.
"Heh, jangan takut. Lihat perut ayahnya, ia pasti tidak akan bisa lari dengan cepat."
"Hahahahh, iya om."
Mereka berdua bersiap untuk lari. Dan peluit telah di tiup.
"Ayo Xander! Axel! semangat!" teriak Kamisha berulang - ulang.
"Om, aku capek."
"Ayo Axel kamu pasti bisa. Lihat itu mommy mu, ayo buat dia bangga. Buktikan pada teman - temanmu bahwa apa yang mereka katakan tentang dirimu itu tidak benar."
Axel kembali bersemangat dan akhirnya mereka menang.
"Yeayy..!" teriak Axel kegirangan. Kamisha segera melayangkan ciuman di pipinya. Setelah itu tanpa sadar ia juga memeluk Xander dan menciumi pipinya persis seperti apa yang ia lakukan pada Axel, sambil berkata. "Good boy... good boy."
"Sudah puas menciumiku mom Misha," ucap Xander seakan - akan menyadarkannya dari perbuatan itu.
"Maaf, aku kelepasan."
"It's oke, sering - sering aja kelepasan."
"Sialan!" umpat Misha pergi untuk mengambilkan mereka minum.
Kamisha sudah menyiapkan mereka tempat untuk makan siang nanti. Ia memilih tepat di bawah pohon.
Xander dan Axel duduk di atas tikar yang sudah di siapkan Kamisha.
"Sayang mau buah?"
"Mau," jawab Xander dan Axel bersamaan.
"Axel... yang aku tawari bukan kamu," Kamisha menegaskan.
"Tapi aku mau juga, itung - itung ganti rugi pipiku ini sudah tidak perawan lagi."
"Jangan ngomong sembarangan, ada anak kecil."
"Kalau gitu ambilkan juga dong."
"Iya... iya."
Kamisha mengambilkan buah yang sudah di kupas untuk Axel dan Xander. Mereka menikmati sambil menunggu panggilan untuk lomba selanjutnya.
"Mommy bolehkan aku kesana, bermain bersama teman - temanku?"
"Boleh tapi jangan capek - capek, kita masih ada satu lomba lagi."
"Baik mommy."
Axel meninggalkan Kamisha berdua dengan Xander.
"Kau tahu alasan kenapa Axel memintaku menemani kalian kemari?"
"Tidak, aku pikir dia hanya ingin mengikuti semua lomba saja."
"Itu salah satunya, tapi yang paling inti adalah ia ingin membuktikan kepada teman - teman bahwa ia juga bisa ikut lomba walaupun tidak memiliki ayah dan menjadi pemenang."
"Jadi di sekolah dia sering di tindas oleh teman - temannya?"
"Bukan di tindas tapi lebih ke temannya sering mempertanyakan keberadaan ayahnya."
"Siapa anak yang sudah berani mengejek anakku?"
"Tadi yang agak gendut, yang waktu lomba nomor dua dari sebelah kanan. Hmm nah itu dia orang tuanya."
"Oh yang itu. Oke aku sudah ingat wajahnya. Lomba berikutnya kita tidak boleh kalah dari mereka, kita harus membuktikan bahwa kita keluarga yang kompak," ucap Kamisha geram.
Xander tersenyum melihat ekspresi Kamisha yang menaruh dendam terhadap keluarga mereka. "Iya... iya, aku janji kita pasti menang."
Setelah cukup lama menunggu, lomba terakhir sudah tiba. Ini adalah lomba kekompakan antar keluarga. Ayah, ibu dan anak akan makan kerupuk yang besar secara bersama - sama.
Waduh aku tidak pernah menyangka kalau makannya harus bersama - sama, bagaimana ini?Sudah kesampingkan dulu prinsipmu Kamisha, ingat ini demi Axel batin Kamisha panik.
Tangan semua peserta diikat ke belakang. Karena tinggi kerupuk menyesuaikan tinggi anak - anak maka orang tua harus ikut menyesuaikan tinggi anaknya. Mau tidak mau orang tua makan sambil berjongkok.
"Kamu bisa?"
"Bisa, tenang saja aku pastikan kita menang," ucap Xander.
Semua peserta siap dan peluit di bunyikan tamda perlombaan di mulai.
Semua keluarga dengan suka cita mengikuti perlombaan itu. Memang tujuan dari pihak sekolah adalah untuk mempererat hubungan antara anak dan orang tuanya. Selain itu agar antar orang tua juga bisa saling mengenal.
Xander, Kamisha dan Axel membuka mulut lebar - lebar agar kerupuk cepat habis. Tapi karena posisi mereka jongkok jadi agak kesulitan. Justru itu letak tantangannya dari lomba ini.
"Ayo Axel, Misha, kerupuk kita kurang sedikit lagi."
"Aku kenyang mommy."
"Ya sudah kamu makan dikit - dikit saja. Sisanya serahkan kami."
"Sha aku yang sebelah kanan dan kamu yang kiri."
"Baik."
Mereka menjalankan strategi dari Xander, tapi karena memang posisi jongkok dan badan Xander yang tinggi besar membuatnya tersungkur. Bibirnya dengan bibir Kamisha secara tidak sengaja bersentuhan seperti ciuman.
Semua penonton bersorak melihatnya. Muka Kamisha menjadi merah.
"Maaf," ucap Xander.
"Sudah, kita lomba dulu."
Mereka mengesampingkan kejadian tadi. Kerupuk pun tinggal sedikit. Demi kemenangan bersama mereka melanjutkan lomba.
"Ayo... ayo... ayo." sorak sorai penonton menambah adrenalin.
Dengan cepat Xander menyambar kerupuk yang tinggal sedikit, bertepatan dengan Kamisha yang akan melakukan hal yang sama. Dan terjadilah ciuman untuk yang kesekian kalinya.
"Yeay...! kita menang," Axel bersorak begitu tahu kerupuk mereka sudah habis terlebih dahulu dibanding peserta yang lain.
Kamisha lega perlombaan ini sudah selesai. Tali yang mengikat tangan sudah dilepas oleh pihak panitia. Axel terlihat senang karena memborong banyak hadiah.
"Kamu tidak apa - apa?"
"Aku baik - baik saja," jawab Kamisha sambil menunduk. Ia sebenarnya malu dengan Xander.
"Wajahmu merah." goda Xander.
"Diam! ini terpaksa, demi Axel."
"Kayak baru pertama kali saja ciuman."
"Memang iya!"
"Loh, dengan ayahnya Axel tidak pernah?"
Sadar akan kekeliruannya, Kamisha segera meralat ucapannya. "Pe__pernah, tentu saja pernah."
"Enak mana?"
Kamisha memukul lengan Xander. "Jorok tahu!" ia kemudian pergi. Xander tertawa terbahak - bahak.
Setelah acara penerimaan hadiah mereka semua makan siang dengan bekal yang dibawa dari rumah.
"Hmm enak." puji Axel. "Masakan mommy memang tiada duanya."
"Anak mommy sekarang pintar memuji ya."
"Om Xander yang bilang."
"Awas kalau bawa pengaruh buruk pada anakku!" ancam Kamisha.
Xander hanya tertawa memdengarnya. Kali ini Kamisha tidak bisa makan banyak karena bibirnya terasa perih. Xander mendekat dan memberikan salep untuk mengobati lukanya.
"Nih."
"Apa?"
"Salep buat lukamu."
Kamisha menerimanya. "Terima kasih kau mau datang menemani kami. Aku bahagia melihat senyum dan sorot mata anakku yang penuh kebahagiaan. Kau tahu Xander ini pertama kalinya ia tersenyum bahagia seperti itu."
"Kau seorang ibu yang baik Misha. Aku yakin kau dan Axel akan menemukan kebahagiaan."
Setelah acara makan sianh selesai, maka selesailah acara family gathering di sekolah Axel. Kamisha dan Xander memasukkan barang - barang ke dalam mobil dan bersiap pulang.
"Mommy aku capek."
"Tidurlah." Kamisha dengan penuh kelembutan membelai kepala Axel.
"Mau pindah kebelakang?"
"Tidak usah, sebentar lagi sampai. Kalau pindah ke belakang takutnya Acel bangun."
Xander menyetir mobil dengan santai agar Axel tidur lebih nyenyak dan lama. Tapi itu membuat Kamisha juga ikut tertidur. Xander tersenyumnmelihat Kamisha juga ikut tertidur bersama putra kesayanganya.
Tak berapa lama mereka sampai. Di depan tumah sudah di sambut mbok Sri yang kebetulan baru membersihkan teras.
"Tolong bawa Axel ke kamar mbok."
"La mbak Misha gimana? apa saya bangunkan saja?"
"Tidak usah, dia pasti kecapean."
"Iya dari jam dua pagi sudah bangun buat bekal untuk Axel."
"Ya sudah, mbok Sri bawa masuk dulu Axel. Kamisha biar aku yang urus."
Mbok Sri menggendong Axel pelan - pelan. Sedangkan Xander mulai menggendong Kamisha. Tiba - tiba Kamisha mengalungkan kedua tangannya di leher Xander. "Axel tidur nyenyak ya, sini biar mommy peluk," gumamnya.
Xander yang melihat itu tersenyum. Ia tidak habis pikir. Kalau pas tidur seperti ini imutnya bukan main tapi kalau bangun jangan tanya ributnya bukan main.
🍁🍁🍁🍁
"Bagaimana sudah kamu dapatkan informasi?"
"Sudah nyonya."
"Ceritakan."
"Jadi Kyara tinggal dengan Kamisha baru - baru saja. Sejak di terima kerja di hotel tuan muda menurut keterangan warga setempat sifatnya yang agak angkuh berbalik seratus delapan puluh derajat denhan Kamisha yang terkenal baik dan ramah."
"Aku juga bisa melihat itu. Lanjutkan."
"Orang tua Kyara sudah bercerai sejak ia kecil, ia tinggal bersama ibunya. Emoat tahun yang lalu ibunya terkena masalah dan di penjara. Baru sekitar tiga minggu di bebaskan."
"Aku sudah menduga gadis itu banyak menyimpan rahasia."
"Ada satu lagi nyonya."
"Apa itu?"
"Soal nona Kamisha."
"Kamisha?"
🍁🍁🍁🍁
Jangan mau di kendalikan dengan dalih saudara,tidak enak,membantu ! No ..Kita berhak merdeka diatas nama apapun