Keterikatan Cinta
"Mbak Misha, ini cup cake nya mau ditaruh mana?"
"Hmm yang sebelah sini saja Ran, disebelah situ sudah penuh."
"Oke siap mbak."
"Oya Ran, hari ini nanti aku pulang malam soalnya ada event di kantor tolong titip toko, ya?"
"Siap, jangan kuatir mbak."
Kamisha melihat sebentar ke etalase untuk memastikan apakah kue buatannya sudah tertata dengan rapi.
"Ran, sepertinya brownies coklat lebih baik di taruh sana saja."
"Ya mbak." Rani segera menata ulang sesuai perintah Kamisha.
Rani seorang gadis yang manis berperawakan kecil mungil. Setelah lulus SMA ia melamar pekerjaan menjadi pelayan di toko Kamisha. Sikapnya yang ramah membuat toko kue miliknya sedikit lebih ramai dari biasanya.
"Kue yang tadi aku buat sudah di packing?"
"Sudah dong mbak, hmm buat mas Rama ya?" goda Rani.
"Eh iya, setiap kali aku buat kue varian baru dia yang pertama kali mencoba dan kasih penilaian."
"Wah... wah... siap - siap terima undangan, nih."
"Undangan apa?"
"Undangan pernikahan mbak Misha dan mas Rama dong."
"Ah masih lama Ran, ini saja umurku baru dua puluh satu tahun."
"Nggak apa - apa nikah muda mbak, sekarang kan lagi musim."
"Menikah itu tidak hanya berdasarkan usia ataupun rasa cinta, perlu kemantaban hati dan pemikiran yang matang," jelas Kamisha.
Walaupun sudah menjalin hubungan selama dua tahun entah kenapa hatinya masih ragu dengan Rama. Bisa di bilang hubungannya dengan Rama datar - datar saja. Mereka termasuk pasangan yang jarang bertengkar. Pergi makan, nonton, jalan - jalan ke mall seperti pasangan pada umumnya. Itu sebabnya sampai sekarang ia masih belum memutuskan hubungannya kejenjang yang lebih serius.
"Mbak! mbak, kok melamun," panggil Rani.
"Eh sorry Ran, bawa sini kuenya," perintah Kamisha. "Aku pergi dulu ya."
"Mbak Misha tunggu sebentar."
"Ada apa? aku hampir terlambat."
"Kemarin ada telepon dari bu Ayu, katanya saudaranya mbak Misha."
Mbak Ayu batin Misha. Ada apa dia telepon ke toko.
"Oh oke, makasih ya Ran."
Kamisha keluar dari toko kue kecil miliknya. Toko itu terletak di samping rumahnya. Awalnya ia tidak berpikir untuk mempunyai toko kue. Tapi karena hidup dalam perantauan mau tidak mau ia harus memiliki usaha untuk mengumpulkan pundi - pundi uang.
Toko itu hanya berukuran empat kali empat. Dia membelinya dengan meminjam uang di bank. Hasil dari penjualan kue ia jadikan angsuran hingga kini masih kurang satu tahun lagi akan sah menjadi miliknya.
Semenjak ayahnya memutuskan menikah lagi, ia memilih sekolah dan merantau di Bandung. Kamisha merupakan anak paling bungsu dari tiga bersaudara. Antara ia dan kakaknya memiliki selisih umur yang sangat jauh. Ia justru sebaya dengan anak - anak dari kakaknya.
Kakaknya yang pertama tinggal di Jogja menemani ayah dan ibu tiri mereka, ia dan suaminya sudah lama bercerai dan hanya memiliki satu anak perempuan yang bernama Kyara yang hanya selisih umur empat tahun dengannya. Kakaknya yang kedua tinggal di Medan, ia memiliki dua orang anak laki - laki yang masih sekolah di bangku SMA dan SMP bernama Bisma dan Damar.
"Mbak Misha mau berangkat kerja?"
"Eh Bu Sukma, iya bu. Ini kebetulan ada acara di kantor."
"Mbak Misha punten nih, ya. Pacar mbak Misha siapa atuh nama nya?"
"Rama maksud ibu?"
"Ah ya bener itu mas Rama, apa dia masih ada hubungan saudara sama Rani?"
"Enggak bu, mereka tidak ada hubungan saudara. Darimana ibu bisa menyimpulkan seperti itu?"
"Oh bukan ya, saya pikir masih saudara. Soalnya sering ke sini bantu - bantu Rani kalau mbak Misha pas lagi kerja."
"Rama sering ke toko bu?" Kamisha tampak bingung kenapa ia tidak tahu dan Rani juga tidak cerita apa - apa.
Rani memang karyawan baru di tokonya, baru enam bulan ia bekerja. Ia menggantikan karyawannya yang lama keluar karena menikah.
"Iya mbak, karena saya lihat mereka akrab makanya saya kira mereka kakak adik."
"Oh saya baru tahu kalau Rama sering kesini."
"Itu artinya dia mendukung usaha saya," Kamisha tersenyum menyembunyikan kebingungannya. "Maaf Bu Sukma saya mau lanjut berangkat kerja, permisi."
"Iya mbak, hati - hati di jalan."
Kamisha naik ojol menuju ke kantornya. Ia belum memiliki kendaraan pribadi. Terkadang juga Rama yang mengantarnya. Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit saja ia sudah sampai di tempat kerjanya.
Di sana ia bekerja sebagai tim kreatif sebuah EO. Membuat konsep acara, perincian isi hingga publikasi. Karena banyak ide - idenya yang brilian ia termasuk team leader yang mengendalikan dan mengkoordinasikan seluruh pergerakan tim.
"Sha! sini cepat!" panggil Sofi
"Ada apa sih?"
"Kue yang kita pesan belum datang."
"Kok bisa? setengah jam lagi acara mulai."
"Katanya mobil mereka mengalami kecelakaan kecil di jalan."
Kamisha diam dan tampak berpikir "Hmm suruh OB beli krim kue akan aku buat sebentar."
"Jangan gila kamu! ini sebentar lagi acara di mulai."
"Sudah tenang saja, kuenya sudah ada tinggal di hias saja."
"Baiklah kalau begitu." Sofi yang rekan kerja sekaligus sahabatnya segera menyuruh OB membelikan krim kue sesuai permintaan Kamisha.
Terpaksa Kamisha menggunakan kue yang akan dia berikan untuk Rama. Kebetulan kue yang dia buat sejenis cheesecake jadi bisa dengan mudah ia hias menjadi kue tart.
Tidak membutuhkan waktu lama Kamisha berhasil menyelesaikannya.
"Sudah?" tanya Sofi.
"Nih lihat."
"Wow! keren kamu Misha."
"Jelas donk, kalau nggak bisa berpikir dengan cepat aku nggak masuk satu tim denganmu."
"Sombongnya simpan dulu, sekarang kita bawa kue ini ke ballroom."
"Ayo."
Hari ini adalah ulang tahun EO yang ke lima. Walaupun baru terbentuk, mereka mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Ada beberapa perusahaan yang datang sebagai tamu undangan. Perusahaan itu sudah lama menggunakan jasa mereka setiap kali ada event.
"Sha, habis ini ke karaoke yuk."
"Nggak ah, aku mau pulang cepet aja."
"Heran deh, ini acara ulang tahun EO kita mumpung ada yang traktir."
"Hmm sebenarnya aku mau memastikan sesuatu."
"Jangan - jangan soal Rama."
"Kok kamu tahu?"
"Asal nebak aja."
"Kamu pasti tahu sesuatu tentang Rama." Kamisha memandang tajam penuh selidik ke arah Sofi.
"Sofi kita berteman sudah lama, jika kau tahu sesuatu tolong ceritakan padaku."
"Oke tapi aku harap kamu menyelidikinya sebelum mengambil keputusan," Sofi menarik napas panjang sebelum bercerita.
"Jadi beberapa waktu lalu aku lihat Rama jalan sama Rani karyawanmu. Awalnya sih aku mengira mereka cuma kebetulan ketemu, tapi ini sudah ketiga kalinya aku melihat mereka jalan."
Kamisha diam mendengarkan cerita Sofi. Rani lagi pikirnya.
Tiba - tiba drrtt... drrt... drrrt... suara handphone berdering. "Sof, aku angkat telepon dulu. Terima kasih informasinya."
Sofi mengangguk. Kamisha berjalan keluar ruangan untuk menerima telepon.
"Halo bapak."
"Pulang ke Jogja sekarang! kakakmu terkena masalah."
"Masalah apa pak?"
"Sekarang kakakmu di bawa ke kantor polisi."
"Kenapa? kenapa bisa seperti itu?"
"Dia terlibat penipuan jual beli tanah."
"Ya tuhan."
"Bantu bapakmu ya, nduk?"
"Besok aku akan pulang, pak. Dikantorku masih ada acara."
"Bapak tunggu ya."
Panggilan telepon diakhiri. Sebenarnya Kamisha malas pulang ke rumah, hampir tiga tahun ia tidak pulang dan hanya bertegur sapa lewat telepon. Sebenarnya ia juga rindu dengan suasana di Jogja, rindu bapak dan keluarganya disana. Tapi begitu melihat ibu tirinya ia menjadi malas.
Kamisha masuk kembali ke dalam ruangan bergabung bersama teman - temannya.
"Sof, aku pulang dulu ya."
"Kenapa? kamu sakit."
"Aku mau persiapan pulang ke Jogja, ada acara keluarga."
"Berapa hari?"
"Mungkin dua hari."
"Sudah ijin bu bos?"
"Sudah aku email."
"Ya sudah hati - hati ya."
"Makasih ya Sof, aku pulang dulu.."
Kamisha keluar ruangan, dengan terpaksa ia meninggalkan pesta yang belum selesai itu. Selama perjalanan pikirannya kalud. Walau bagaimanapun Ayu itu adalah kakaknya.
"Stop! stop bang! berhenti disini saja."
"Lah kan belum sampai lokasi neng."
"Nggak apa - apa bang."
"Ya sudah kalau begitu tapi bayar penuh ya neng."
Kamisha menyerahkan beberapa lembar uang kepada ojol. Ada sesuatu yang membuatnya harus berhenti di tengah jalan. Ia melihat mobil Rama terparkir tak jauh dari rumahnya. Kamisha melihat ke dalam lewat jendela mobil ternyata tidak ada orang sama sekali.
Ia melanjutkan perjalanannya menuju rumah. Setelah tiba di depan rumahnya ia melihat ada yang aneh. Ia melihat tulisan tutup pada toko kuenya, seharusnya jam segini masih harus beroperasi. Kamisha mengurungkan niatnya masuk ke dalam rumah. Ia berjalan menuju toko kecil itu.
Terkunci pikir Kamisha. Ia mengambil kunci cadangan di dalam tasnya dan segera membuka pintu itu pelan - pelan. Perasaannya sudah tidak enak.
"Achh... achh... Mas Rama pelan - pelan."
Itu suara Rani batin Kamisha. Ya tuhan jauhkan pikiran jelekku tentang mereka.
"Kau begitu menggoda Rani, aku tidak bisa pelan - pelan. Aku mencintaimu."
Kamisha memejamkan mata. Jantungnya berdebar, tangannya gemetar dan langkahnya terasa berat. Apa yang mereka lakukan.
Seketika air matanya menetes tanpa terasa ketika melihat dua insan manusia sedang memadu kasih layaknya suami istri. Kamisha menarik napas panjang, dadanya terasa sesak menyakitkan.
Tidak aku tidak boleh menangis. Ayo tegar Misha kamu pasti bisa batin Kamisha memberi semangat pada dirinya sendiri. Ia mengepalkan tangannya dengan erat.
"Jika kalian sudah selesai, kita bicara di rumahku!"
"Misha!" teriak Rama. "Mbak Misha!" teriak Rani hampir bersamaan. Mereka segera menghentikan aktivitas panas dan menutupi tubuh menggunakan baju seadanya.
Kamisha berbalik meninggalkan mereka keluar dari toko.
"Misha sayang! tunggu! aku bisa jelaskan," dengan secepat kilat Rama menyambar tangan Kamisha.
"Lepaskan Rama!" ucap Kamisha dengan nada pelan tapi penuh penekanan. "Benahi dulu dirimu, setelah itu aku tunggu dirumah!" Kamisha mengibaskan tangannya dari cengkeraman Rama dan pergi meninggalkan mereka.
Setelah sampai di rumah Kamisha duduk diam di sofa ruang tamu. Walaupun ruang tamu itu tidak terlalu besar tapi karena ia pandai menata ruangan sehingga terlihat bagus dan rapi. Tak berapa lama dengan tergopoh gopoh Rama masuk ke dalam.
"Misha! dengarkan dulu penjelasanku please... aku dijebak sayang"
"Apa! Mas Rama aku jebak! tidak mbak Misha itu tidak benar. Kita saling mencintai!" jelas Rani dengan suara lantang.
"Diam kamu Rani! dasar wanita licik! kau menjebakku bukan!"
"Mas, tega kau mengatakan itu," sanggah Rani. "Mbak Misha, aku dan mas Rama saling mencintai mbak. Dia bilang kalian akan putus karena hubungan yang membosankan dan tidak ada kecocokan."
Kamisha hanya diam dan mendengarkan mereka bertengkar dengan argumen mereka sendiri - sendiri.
"Jangan dengarkan dia sayang, aku tidak mungkin menyukai wanita penggoda sepertinya."
"Kau yang menggodaku mas Rama! mbak Misha tolong percayalah mbak, aku bukan wanita murahan."
"Sudah selesai berdebatnya?" tanya Kamisha. "Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan di belakangku?"
"Sudah empat bulan mbak."
"Tidak! bohong! aku tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita lain. Aku di jebak hari ini Misha."
"Hahahahhh... plok... plok... plok..." Kamisha tertawa dan bertepuk tangan melihat drama perselingkuhan mereka. "Kau begitu menggoda Rani. Aku mencintaimu. Itukah yang namanya di jebak? seandainya ikut piala citra aku yakin kau pemenangnya mas."
Rama dan Rani terdiam.
"Duduk kalian berdua!"
"Misha sayang," Rama berusaha mendekat.
"Aku bilang duduk mas!!!" teriak Kamisha. "Aku sudah muak dengan drama yang kalian mainkan, kalian sudah menghancurkan kepercayaanku."
"Mbak Misha sendiri yang tidak bisa menjaga mas Rama kenapa menyalahkan saya."
"Tidak bisa menjaga? di bagian mana yang tidak bisa aku jaga Rani?"
"Mas Rama bosan dengan mbak Misha yang gaya pacarannya terlalu kuno."
"Oh jika aku dinilai tidak bisa menjaga karena tidak bisa memenuhi nafsu seorang pria aku lebih memilih putus. Itu artinya pria itu tidak bisa menjaga kehormatanku dan selamanya akan seperti itu. Dan itu bukan cinta, itu nafsu."
Kamisha memandang Rama. "Aku justru lega mas akhirnya aku tahu semua tentang dirimu. Kau memang bukan laki - laki yang baik untukku."
"Misha, aku mencintaimu sayang. Jangan kau dengarkan apa yang dikatakan olehnya."
"Mas, ternyata keraguanku terhadapmu terjawab sudah. Dan aku rasa mengakhiri hubungan ini adalah jalan terbaik. Aku tidak bisa menerima perselingkuhan dengan alasan apapun. Aku tahu aku bukan wanita yang sempurna dan tepat untukmu."
"Misha please pikirkan baik - baik. Selama dua tahun ini hubungan kita berjalan dengan lancar. Aku minta maaf, oke. Dan beri aku kesempatan, aku janji akan berubah. Aku akan memberimu waktu berpikir sebelum mengambil keputusan."
"Maaf Mas Rama, aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Aku sebenarnya juga sudah memikirkan sejak lama. Aku ingin kamu mendapatkan yang terbaik dan tentu saja itu bukan aku. Prinsip kita sudah tidak sejalan jadi untuk apa di teruskan."
Kamisha mengalihkan pandangannya ke Rani "Dan kamu Rani janganlah merebut sesuatu yang bukan milikmu itu sama artinya dengan mencuri, mulai saat ini kamu tidak usah menjadi pelayan di toko ku."
"Mbak Misha memecat saya?! dasar munafik! sok baik! sok bijaksana!" umpat Rani.
"Terserah kamu mau menilai aku seperti apa, aku tidak peduli yang pasti kau sudah menghancurkan kepercayaanku dan menipu di belakangku." Kamisha mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini uang pesangon untukmu dan saranku, jagalah kehormatanmu. Wanita harus memiliki harga diri jika kamu tidak mau dipandang rendah dan murah."
"Misha, apakah ini keputusan terakhirmu?"
"Ya Mas Rama, ini keputusan terakhirku... sekarang keluar kalian dari rumahku," perintah Kamisha sambil memalingkan muka.
Rani mengambil uang itu dan keluar dari rumah. Rama masih diam memandang tajam ke arah Kamisha. "Keluar!!!" teriak Kamisha. Rama berbalik arah dan membanting pintu dengan keras.
Sepeninggal mereka berdua airmata itu keluar dengan deras tanpa terbendung lagi. Kamisha menangis sesenggukan. Walau bagaimanapun rasa cinta dan sayang itu masih ada untuk Rama. Tapi ia tidak bisa menerima perbuatan mereka.
Tuhan kuatkan hatiku menerima semua cobaan dariMu. Jika memang ini sudah menjadi bagian dari rencanaMu aku akan menjalaninya batin Kamisha. Ia mengusap airmata yang masih tersisa di pipinya. Kemudian segera menuju ke kamar, memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam koper. Malam ini ia akan pulang ke Jogja. Dan itu juga membutuhkan mental yang kuat, sebelum bertemu dengan ibu tirinya.
🍁🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Anonymous
i
2024-09-28
1
Sri Widjiastuti
gitu dong... 👍👍
2024-08-09
0
etna winartha
lagi2 perselingkuhan
2024-07-02
0