Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lingerie Merah
Usai makan malam, mereka semua berkumpul di ruang keluarga. "Dik, kakak bawain KTP sama KK kamu yang sudah jadi. Sama buku-buku raport, ijazah dan juga akte kelahiran adik ipar yang sudah di ralat nama orang tua nya." Ucap Shinta sambil menyodorkan amplop coklat kepada Angga.
Ya, bu Dewi dengan bantuan teman-teman nya yang merupakan orang-orang penting di kota Denpasar, telah merubah semua identitas Diandra sesuai dengan buku nikah kedua orang tua nya. Nama orang tua Diandra di buku raport dan ijazah kini tercantum nama sang ayah, begitupun di dalam akte kelahiran.
"Dik, mama minta agar kamu daftar kuliah di kampus tempat mama dulu kerja aja," lanjut Shinta kepada Diandra.
"Ya kak, nanti Didi pikirin. Tadi juga udah nyari info di beberapa perguruan tinggi terdekat," balas Diandra.
"Apa enggak kejauhan kak, kalau di kampus mama dulu?" Tanya Aditya menatap Shinta.
"Lumayan sih, tapi kan bagus,," balas Shinta, "ya, terserah bagaimana adik ipar saja lah,," lanjut nya menatap Diandra.
Diandra mengangguk, sedangkan Angga sibuk memainkan ponsel nya.
"Oh ya adik ipar, ini kakak juga bawain baju-baju kamu yang belum kebawa kemarin. Yuk, kakak bantuin menata di almari," ucap Shinta seraya beranjak.
Angga langsung terlonjak kaget.
"Eee,, enggak perlu kak, nanti Didi bisa tata sendiri kok," tolak nya dengan halus.
"Kakak mau ngobrol sebentar sama kamu... empat mata," kekeuh Shinta sambil menyeret pelan lengan Diandra, dan menyeret koper milik Diandra menuju ke kamar utama milik Angga.
Shinta menghentikan langkah nya dan menoleh ke belakang, "Dit, kamu juga nginep sini ya,," titah nya pada Aditya dan kemudian kembali meneruskan langkah nya.
"Siap kak," jawab Aditya yang masih bisa di dengar Shinta.
Angga hanya terpaku di tempat nya.
Sedangkan Aditya tersenyum seringai, sambil melirik Angga.
Shinta dan Diandra segera memasuki kamar yang luas itu dan kemudian duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan.
"Dik, jujur sama kakak. Apa dik Angga memperlakukan kamu dengan baik?" Tanya Shinta menyelidik.
"Baik kok kak, kenapa kak Shinta nanya seperti itu?" Diandra mengernyit.
Shinta menarik nafas dalam,, "maaf, jika kakak meragukan jawaban kamu. Kakak tahu betul siapa dik Angga, dia orang yang tidak mudah menerima kehadiran orang lain dalam hidup nya... apalagi wanita?" Kembali Shinta meneliti wajah Diandra, mencari kejujuran dari sorot mata gadis belia di hadapan nya.
"Kalian belum melakukan nya bukan?" Tanya Shinta to the point.
Diandra nampak terkejut, namun sedetik kemudian dia menggeleng dan tersenyum tulus. "Memang belum kak, tapi kak Angga baik kok sama Didi," jawab Diandra jujur.
Shinta menggeleng-gelengkan kepala nya dan nampak sangat kecewa, "bagaimana dia bisa hidup normal, kalau terus saja menutup diri?!" Shinta menggerutu.
Shinta memegang tangan adik ipar nya, "Dik, berjanjilah bahwa kamu akan berjuang untuk bisa menaklukkan hati adik ku yang telah membatu itu, dan bersabar untuk bisa mendapat kan cinta nya.. jangan tinggal kan dik Angga meski apa pun yang terjadi," pinta Shinta dengan netra berkaca-kaca.
Diandra terdiam,,
"Berjanjilah dik,," pinta Shinta memohon.
Diandra mengangguk, "Didi akan berusaha semampu Didi ya kak," balas nya bijak, dia tak ingin orang lain tahu tentang kesepakatan konyol diantara diri nya dan suami dingin nya.
"Terimakasih dik, kakak percaya.. kamu akan bisa meluluhkan hati dik Angga," ucap Shinta sambil menggenggam tangan adik ipar nya.
Terdengar suara pintu di buka dari luar, nampak Angga masuk ke dalam dengan wajah yang di tekuk. "Udah selesai belum kak? Angga ngantuk,," Ucap nya sambil berjalan menuju pembaringan.
"Bentar lagi dik, kakak mau bantuin istri kamu dulu merapikan pakaian nya ke dalam almari," ucap Shinta sambil beranjak menyeret koper dan membawa nya ke dekat almari.
"Kak, kak Shinta enggak perlu repot-repot,,, Didi bisa sendiri kok. Biar Didi rapikan besok aja, kakak istirahat saja di kamar," pinta Diandra.
"Kalau enggak kakak bantuin, pasti enggak bakalan kamu taruh di sini kan?" Shinta mulai membuka koper dan merapikan pakaian Diandra ke dalam ruang almari yang masih kosong, bersebelahan dengan pakaian milik Angga.
Diandra hanya terdiam, dia bingung sendiri dan tak tahu harus melakukan apa... sekilas dia melirik sang suami, yang juga nampak bingung.
"Dik, lihat lah.. ini bagus banget. Pasti akan terlihat semakin indah jika kamu yang pakai, gih cobain," titah Shinta sambil menunjukkan lingerie berwarna merah kepada adik ipar nya itu.
"Enggak usah kak, Didi pakai ini aja udah nyaman kok," tolak Didi dengan halus.
"Dah, cobain aja.. pasti cantik," kekeuh Shinta, seraya menarik pelan tangan Diandra, dan memberikan lingerie tersebut kepada adik ipar nya.
Dengan terpaksa Diandra menerima nya, dan hendak berlalu menuju kamar mandi.
"Eee,, mau kemana dik?" Tanya Shinta keheranan.
"Mau ganti kak... tadi kan kak Shinta yang nyuruh?" Balas Diandra bingung.
"Di sini aja, kakak bantuin," ucap Shinta seraya mendekati Diandra.
Angga yang terbaring di tempat tidur, merasa pusing dengan kelakuan sang kakak.
"Didi bisa sendiri kak," tolak Diandra, "tapi kalau ganti di sini, Didi malu.." lanjut nya polos.
"Kenapa malu dik? Hanya ada kita bertiga.. dik Angga suami kamu, dan kakak perempuan?" Balas Shinta.
"Udah, cepetan ganti.. biar kak Shinta cepat keluar, pusing dengar suara kalian!" Ketus Angga dengan mata terpejam.
"Tuh, suami kamu udah enggak sabar pengin lihat istri nya yang seksi pakai lingerie merah," goda Shinta sengaja menekankan kata seksi.
Diandra pun nurut, melihat suami nya terpejam.. buru-buru dia berganti pakaian.
"Wow,,, benar-benar sempurna, bentuk tubuh indah mu nampak semakin menggoda dengan lingerie merah itu dik," puji Shinta sengaja mengeraskan suara nya.
Angga penasaran, dia sedikit membuka mata nya dan melirik sang istri. "Gue akui, Diandra memang makhluk Tuhan yang sempurna," gumam nya dalam hati. Angga menarik dalam nafas nya dan menghembus nya perlahan.
"Dik, bangun,, kakak udah selesai," ucap Shinta sambil menepuk lembut tangan adik nya.
Angga bangun, dan duduk dengan bersandar pada kepala ranjang.
"Kakak mau istirahat dulu," pamit Shinta pada Angga dan Diandra.
Diandra mengangguk dan tersenyum.
Shinta segera keluar dari kamar adik nya dan menutup pintu dengan perlahan.
Sepeninggal Shinta, Diandra masih terdiam di tempat nya. Dia bingung harus bagaimana sekarang?
Sedangkan Angga nampak memejamkan mata, bayangan Diandra yang memakai lingerie merah dan tipis terpampang nyata di hadapan nya.
Cukup lama Diandra termenung sambil berdiri, sedetik kemudian dia bergegas menuju kamar mandi untuk bersih-bersih.
Tak berapa lama dia sudah keluar dari kamar mandi dan tanpa melihat sekitar langsung berjalan menuju sofa, Diandra terkejut saat mendapati Angga sudah berbaring di sofa.
"Kak Angga? Kenapa pindah kesini? Didi kan mau tidur di sini?" Tanya Diandra dengan bingung.
"Kamu tidur di sana," titah Angga, dengan mata terpejam.
Diandra mengatur nafas nya, "ingat Di, jadi lah istri penurut.. ikuti saja kemauan nya," gumam nya dalam hati. Dia segera berbalik menuju ranjang, dan menghempaskan tubuh nya di atas kasur yang empuk. Tak berapa lama, Diandra pun telah terlelap tanpa menyelimuti tubuh nya.
Sedangkan di sofa, Angga nampak gelisah. Berkali-kali dia merubah posisi tidur nya, namun dia tak kunjung dapat memejamkan mata. Sofa memang bukan tempat yang nyaman untuk tidur, apalagi dia memiliki badan yang tinggi besar. Butuh ruang yang luas, agar tubuh nya bisa beristirahat dengan nyaman.
Dengan bimbang Angga berjalan mendekat ke ranjang, dia berpikir mungkin akan cukup jika dia berbaring di sisi yang lain karena Diandra menempati ruang yang sempit di tepi ranjang. Namun saat melihat ke tempat tidur, indera penglihatan nya melihat dengan jelas lekuk tubuh sempurna sang istri yang hanya terbalut kain yang sangat tipis.
Angga menghentikan langkah nya, jantung nya berdetak sangat keras bak genderang perang yang di tabuh bertalu-talu. Nafas nya memburu, seperti atlit marathon yang telah berlari sejauh ribuan kilo. Dengan tertatih, Angga berjalan kembali ke sofa dan menjatuhkan tubuh nya di sana.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..