NovelToon NovelToon
Kesucian Cinta

Kesucian Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:655.1k
Nilai: 5
Nama Author: Susilawati_2393

Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.

Bruukk

"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.

"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.

"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.

Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.

Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Dua hari ditemani Ressa keadaannya sudah lebih baik sekarang. Walau kadang sudah mengigau tengah malam, Ressa bilang ia selalu berteriak minta tolong dalam tidur. Kejadian itu begitu jelas terekam dalam otak Hira.

"Sa, ayah minta gue pulang gimana dong?" Ujar Hira duduk di sisi ranjang mengganggu Ressa yang sedang bekerja.

"Ya gak gimana-gimana. Nanti gue bilang ke bos Erfan biar dia gak panik. Mau gue temenin." Ressa menoleh ke arah Hira, wajahnya ditekuk.

"Bisa sendiri gak perlu ditemenin. Gak perlu lapor sama bos lo juga kali, emang siapa gue. Lagian sekarang gue udah baikan."

"Hm serah lo deh, gue dibayar buat jagain lo di sini. Jadi gue akan tetap bilang, daripada kerjaan gue melayang." Ressa terkekeh geli melihat Hira jadi cemberut, "emang yakin pulang ketemu ibu tiri yang lo bilang mak lampir itu."

"Yakin gak yakin Sa, males sebenarnya tapi ya sudahlah. Paling cuma bentar gue pulang. Kalau bisa gak nginap sih."

"Jangan pulang malam oke, kalau terpaksa harus pergi juga mending lo nginap di hotel. Gue khawatir. Atau gue temenin lo berangkat, gue istirahat di hotel gimana?"

"Ngapain lo nginap di hotel 'kan bisa pulang ke rumah Sa."

"Rumah gue tetanggan sama rumah lo, nanti ketahuan emak tiri lo kalau gue yang bawa lo kabur. Eh otak bego dipelihara."

"Ya juga ya, gimana baiknya aja deh. Asal gue gak perlu nginap di sana. Kalau lo ikut juga bisa gantian nyetir." Hira mengedipkan sebelah matanya.

"Oke, siap-siap kita berangkat capcus sekarang. Gue kabarin bos dulu. Sebelum kepala gue dipenggal."

"Sesadis itu ya?" Hira bergidik, Ressa tergelak. "Menurut lo? Kalau sesadis itu dia gak akan mau gendong lo ke sana kemari Ra sampai masuk berita viral. 'Kekasih seorang pengusaha muda Erfan Bumi Wijaya dilecehkan.' Udah gue bilang bos Erfan tuh baik."

"Jangan diungkit-ungkit lagi, gue malu banget tau, jadi bayi kanguru. Waktu itu gue sadar tapi terlampu takut sampai gak berani lepas sama dia. Berasa aman aja saat dia meluk gue. Gue cuma baper aja 'kan Sa?" Hira meyakinkan hati kalau rasa nyaman itu hanya karena saat itu ia sedang ketakutan.

"Cuma hati lo yang tau Ra, gak bisa milihkan mau nyaman sama siapa. Cukup sampai rasa itu jangan dipupuk nanti lo terluka. Gue gak mau lihat lo patah saat bos gue menikah nanti."

"Gue juga gak tau cara memupuk perasaan Sa. Absurd banget deh, emang tanaman yang di pupuk." Hira terkikik menutupi rasa tidak suka saat Ressa mengatakan bosnya akan menikah. Istighfar Hira, pikiranmu kelayapan terlalu jauh.

***

Hira memijat kepala dengan dua tangan. Mereka baru sampai apartemen lagi jam sebelas malam. Alhamdulillah Ressa mau menemaninya, ia hanya beberapa jam bertemu ayah dan ibu tirinya. Sisanya Hira habiskan di hotel bersama Ressa sebelum memutuskan pulang. Perjalanan dari rumah ke apartemennya memakan waktu tiga jam lebih.

Setelah membersihkan badan Hira ikut berbaring di samping Ressa.

"Sa, apa gue nikah sama Ringgo aja biar gak di jodohin ayah?" Kepalanya pusing, perkataan ayah terus berputar di otaknya. Perjodohan? Ini bukan zaman Siti Nurbaya. Sudah gak zaman nikah hanya karena terpaksa.

"Gimana hati lo Ra, jangan lari dari satu masalah ke masalah yang lain. Di ujung jalan nanti akan tambah rumit Ra."

"Gak tau hati gue itu bentuknya gimana sekarang Sa. Mungkin Ringgo bisa menyelamatkan gue, tapi bonyoknya gak suka sama gue, makanya gue gak pernah terima lamarannya."

"Pada akhirnya itu yang akan lebih menyulitkan Ra, mendapatkan restu." Ressa memiringkan tubuhnya menatap lekat sahabatnya.

"Kalau gue coba dulu gimana? Daripada gue dinikahkan ayah sama duda demi uang mahar. Ternyata gue laku juga kalau dijual ya." Hira tertawa getir, Ressa melihat kesakitan di mata sahabatnya itu merasa iba.

"Coba aja dulu, kita gak tau rencana Allah seperti apa. Jangan lupa istikharah Ra. Apapun pilihan lo gue dukung, asal jangan nikah sama duda ganjen itu." Ressa ikutan tertawa, duda ganjen katanya.

"Lama gak ketemu Ringgo, gue unblock dulu nomornya. Jahat banget gue ya." Hira mengambil ponselnya lalu unblock kontak Ringgo, Hira gak benci sama lelaki itu. Hanya kesal saja selalu diganggu.

"Emang, otak lo itu gak jelas maunya apa. Lelaki sebaik Ringgo diabaikan, kurang apa coba dia. Ganteng, banyak duit, baik, cinta mati sama lo. Kurang apalagi coba?"

"Kurang restu Sa, orang tuanya gak mau punya menantu seperti gue. Lalu gue bisa apa? Masalah perasaan mungkin bisa hadir, Ringgo selalu memperlakukan gue seperti princess. Tapi kalau hubungan yang gue bangun harus membuat anak dan ibu tidak sejalan lagi? Gue gak seegois itu Sa."

"Kalau keponakan pemilik rumah sakit gimana?" Goda Ressa

"Guntur? Dia baik, sangat baik malahan. Selalu belain gue kalau Erfan kasar sama gue. Gue pernah bilangkan kalau hati gue gak bisa bergetar saat berada di dekatnya. Haha sekonyol itu, dengan Ringgo aja gue gak pantas apalagi Guntur, Ressa."

"Bisa dicoba juga kalau bonyok Ringgo masih menolak lo, masih ada pilihan lain. Belum tentu bonyok Guntur pemikirannya sama dengan bonyok Ringgo."

"Mungkin, bisa dipikirkan. Ya Allah, sejelek itu niat gue menikah Sa hanya untuk menghindari perjodohan. Padahal tujuan pernikahan untuk beribadah, kapan ya derita anak tiri ini berakhir."

"Kalau gue tau kunci jawabannya sudah gue contekin sama lo Ra. Dah tidur, besok lo udah kerja, ini malam terakhir gue nemenin lo. Enak sih nemenin lo, gue dapat gaji double. Lo emang keberuntungan buat gue Ra."

"Haha, gak ikhlas ya ternyata lo sahabatan sama gue." Hira dan Ressa tergelak, setelahnya mereka terlelap dalam mimpi masing-masing.

Hari ini Hira mulai kerja lagi, setelah kejadian pelecehan itu ia dapat libur tiga hari. Ia juga akan mengikuti terapi dengan psikiater lagi. Hira sebenarnya masih takut berada di luar sendirian, apalagi kalau mau ke toilet. 

Ruangan dr. Sutomo tujuan utama Hira pagi ini setelah menapakkan kaki kembali di rumah sakit. Terhitung lebih dari satu minggu ia tidak masuk. Ia mengetuk pintu dan mengucapkan salam, setelahnya duduk di kursi depan dr. Sutomo.

"Pagi dr. Hira, bagaimana kabarnya?" Tanya dr. Sutomo, wakil direktur Emeral Hospital.

"Alhamdulillah sehat dok." Jawab Hira dengan tersenyum tipis.

"Saya yang mewakili pihak rumah sakit memohon maaf atas kejadian yang menimpa dr. Hira." Hira mengangguk pelan, ia tidak tau harus bersikap seperti apa. Sekarang menjadi canggung begini. "Kalau ada apa-apa kamu bisa menghubungi saya, untuk berita yang sudah tersebar juga sudah kami bereskan."

"Setelah ini mugkin orang tidak memandang kamu sama lagi Ra, jadi harus kuat ya. Saya menganggap kamu sudah seperti putri saya sendiri. Kalau ada yang tidak menyenangkan bisa laporkan ke saya. Bapak Erfan juga akan memberikan pengawalan untuk kamu." Sambung dr. Sutomo

"Terimakasih dok atas kebaikannya, tapi untuk pengawalan saya rasa terlalu berlebihan dok. Saya tidak ingin orang melihat saya diistimewakan." dr. Sutomo menggeleng kemudian tersenyum simpul.

"Ini untuk kebaikan kamu Hira, semua juga atas permintaan Pak Emran." Aduh bagaimana ini, masa seorang Hira harus dikawal. Ia tak punya harta yang berharga selain diri sendiri. "Jadi tidak bisa ditolak." Hira mengangguk pasrah lalu beranjak dari ruangan wakil direktur setelah pembicaraan selesai.

1
Damalia Rose
kereen
Rati Nafi
🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷
cucu rosmalia
ahh.. hira ga punya harga diri bangett.. udah di dzolomi masih baik
ya ti urip
Luar biasa
dementor
erfan,tolong kau lenyapkan reny & salwa.. saya sudah muak dgn kelicikan mereka berdua..
dementor
💪💪💪💪💪.. 👍👍👍👍👍
dementor
sama kayak anaknya sifany.. ibu sama anak sama" gelo'..
dementor
ya lanjut lagi ya author.. semangat jangan kendor.. 💪💪💪💪
dementor
up terus ya author sampe tamat kalo perlu.. 👍👍👍👍👍👍
dementor
👍👍👍👍👍👍
Farida Silvi
sangat membuat penasaran sehingga pengen baca terus gak berhenti
Nurhayana
nbbbnhn
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
aku enggak setuju erfan nikah siri yg ada kasus nya mirip Nisa dan Zico no
Aina Jacqueline
patutnya diberi pengajaran lama dikit thor...
Aina Jacqueline
sama guntur aja deh
dementor: jangan aina,sama saya saja hiraukan itu.. gimana setujukan??? 👍👍👍
total 1 replies
Yanti Agejul
adeknya Erfan nih biang keroknya
Suherni 123
lagian Hira ngeyel di bilangin
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan
Suherni 123
Hira ngeyel juga sih
Suherni 123
tuh kan adeknya erfan
Suherni 123
jangan jangan adeknya erfan
Rara Nurul: jangan2 emang iya.apa mungkin bukan adik kandung kali ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!