"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
"Serius, Kak? Nanti aku mau jadi dayang-dayangnya ya." Velyta begitu senang.
"Boleh," jawab Manda. Digo yang tidak sabaran untuk mengajak istrinya ke kamar, langsung menggendong tubuh mungil istrinya. Membuat Manda kaget dibuatnya.
"Mas Digo," pekik Manda. Digo hanya tersenyun tidak menghiraukan istrinya yang meronta ingin minta diturunkan.
Keluarga mereka tersenyum melihat kelakukan pasangan pengantin baru itu.
Sampai kamar, Digo menurunkan Manda di ranjang miliknya.
"Maaf, sayang kamarnya belum dirapikan."Memang kamarnya sedikit berantakan, karena kamar Digo sejak dulu di kunci dan baru dibuka lagi sekarang. Paling dibereskan minimal 1 bulan sekali. Tampaknya Trissya lupa bahwa anaknya akan pulang membawa menantu, jadi tidak meminta ART untuk membersihkannya.
"Enggak papa, nanti biar aku yang rapihin. Sekalian masukkin bajuku ke lemari." Selain baju yang baru dibelinya, Lea memang membawakan satu koper baju Manda. Itu baru sedikit, sisanya Lea meminta Manda mengambilnya sendiri jika dibutuhkan ke rumahnya.
"Bukan kamu aja yang bersihin aku juga, kan sekarang jadi kamar kita. Aku bakal bantuin kamu, sayang. Oh iya, kalau kamu mau rubah design dan lain-lain untuk kamar ini kamu bebas kok. Kamu boleh melakulan apapun, buat kamar ini seperti kamar kamu sendiri. Agar kamu nyaman menempatinya." Manda mengangguk, mereka mulai merapikan kamar Digo lalu memasukkan baju Manda di lemari Digo.
***
Keesokkan harinya.
Manda terbangun dari tidurnya, ternyata ia masih dipeluk oleh sang suami. Manda yang baru sekali menempati kamar Digo, sedikit terkejut tadi. Merasa asing dengan kamar yang ia tempati sekarang.
Manda meraba wajah suaminya, Digo sangat tampan walau sedang tertidur.
"Maka nikmat yang mana lagi yang kau dustakan. Terima kasih ya Allah, sudah memberikanku suami begitu tampan. Tentunya juga sangat baik sekali." Manda berbicara sendiri, bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padanya.
"Mas bangun!" Manda berusaha membangunkan suaminya, ia juga tidak akan bisa bangun karena sang suami memeluknya dengan erat. Jika Digo tidak bangun, lalu melepaskan pelukannya. Digo masih berkelana di dalam mimpinya jadi susah untuk dibangunkan.
"Suamiku tersayang, ayo bangun. Sudah subuh, kita harus salat subuh, Mas." Manda mencoba membangukan Digo sekali lagi, akhirnya Digo perlahan mengerjabkan matanya.
"Tadi kamu manggil Mas apa sayang?" tanya Digo menggoda, Manda sendiri malah merasa malu karena yang ia ucapkan tadi malah terdengar suaminya.
"Mas ayo bangun! Ini peluknya erat banget, sampai aku enggak bisa lepas," kesal Manda karena suaminya sudah bangun, tetapi malah memejamkan mata lagi. Pelukkannya pun belum dilepaskan.
"Jawab dulu dong, sayang. Tadi kamu manggil Mas apa?" Digo berusaha membuat Manda mau mengatakannya lagi. Manda nurut. "Iya deh, tadi aku manggil Mas. Suamiku tersayang."
"Mas suka kamu manggil Mas gitu, sayang."
"Yaudah, ayo suamiku tersayang. Bangun, mandi terus salat subuh. Sebelum waktunya habis," titah Manda lembut. Digo melepaskan perlahan pelukannya, lalu bangkit dari ranjang.
"Ayo mandi bareng, sayang," ajak Digo, yang sontak mendapatkan pelototan dari sang istri. "Mandi sendiri-sendiri aja, nanti makin lama kalau harus mandi bareng."
Manda ke kamar mandi dulu, Digo mengikutinya dari belakang. Ingin masuk juga, tetapi tidak di perbolehkan oleh Manda.
Setelah mandi secara bergantian, Manda dan Digo salat subuh berdua. Digolah yang mengimami Manda, salat sudah selesai. Mereka berdua berdoa, meminta kepada yang maha kuasa.
Ya Allah yang maha pengasih dan penyayang hamba tau, hamba bukanlah pria baik. Hamba terlalu buru-buru mengambil keputusan untuk menikahi dua wanita, padahal hamba sendiri tidak yakin akan bisa adil terhadap mereka. Tetapi hamba meminta padamu ya Allah, permudah segala urusan hamba. Termasuk tentang poligami ini, semoga hamba dan kedua istri hamba dapat menjalaninya dengan baik. Ya allah, ampunilah dosa hamba, istri-istri hamba dan kedua orang tua hamba. Semua mertua hamba juga ya allah, berikanlah kesehatan pada semua orang yang hamba sayangi. Hanya padamulah hamba meminta pertolongan, karena engkau tuhanku yang maha mengasih dan penyayang. Aamiin.
Digo berdo'a dalam hati, meminta kepada-Nya. Begitu juga Manda.
Ya Allah, yang maha pengasih dan penyayang. Hamba meminta padamu, kuatkanlah pundak suami hamba. Tuntunlah suami hamba menjadi suami yang adil untuk hamba dan Kak Ara, hamba tidak mau sampai karena tidak adilan yang ia lakukan pada pernikahan poligami. Membuatnya menambah dosa, semakin jauh untuk mendapatkan surgamu ya allah. Berikanlah kesehatan kepada Kak Ara ya allah, hamba tidak tega melihatnya terus sakit-sakitan. Berikanlah kebahagiaan kepada keluarga kami ya allah.
Setelah keduanya selesai memanjatkan do'a, Manda mencium tangan suaminya.
"Tadarus bentar yuk sayang," ajak Digo pada suaminya, Manda mengangguk. Ia langsung mengambil Al-Qur'an dan membacanya berdua dengan Digo. Mereka membaca Al-Qur'an bergantian, saling menyimak bacaan pasangannya. Baik Manda dan Digo sangat senang bisa tadarus berdua sebagai suami istri. Setelah selesai, Digo keluar kamar untuk berolahraga. Sedangkan Manda, ia lebih memilih pergi ke dapur.
Kebetulan di dapur masih sangat sepi, sepertinya belum ada yang keluar kamar. Manda memutuskan untuk memasak sarapan untuk keluarganya, pertama kali ia memasak di dapur masion Revano sebagai istri Digo. Manda berencana memasak masakkan spesial untuk semuanya, tentu mereka berharap semua akan suka dengan masakkannya. Manda mencari bahan makannya di kulkas, lalu mengambilnya sesuai kebutuhan agar tidak mubazir juga.
"Loh Manda sudah bangun?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik.
"Iya, mom. Mommy sendiri sudah bangun? Manda mau masak buat sarapan semua mom," jelasnya. Wanita paruh baya cantik itu memang Trissya, ibu mertua Manda.
"Iya, Mommy emang sudah bangun, Manda sayang. Mau masak ya? Biar Mommy bantu ya?" Manda mengangguk, mereka berdua memasak bersama. Saat memasak, mereka menyempatkan untuk mengobrol. Agar mereka bisa menjadi jauh lebih dekat.