Seorang gadis bernama Amira berusia 20 tahun baru di pecat dari pekerjaannya. Karena rekomendasi dari ibu kosnya akhirnya ia masuk ke yayasan pengasuh milik teman ibu kosnya itu. Tak lama ia pun mendapat majikan yang baik bernama nyonya Sarah. Amira sangat menyukai pekerjaannya itu.
Hampir dua tahun ia bekerja disana dan ia pun bukan hanya mengasuh satu anak namun dua sekaligus karena tak lama setelah Amira diterima menjadi pengasuh nyonya Sarah melahirkan anak keduanya. Perlakuan nyonya Sarah yang baik dan bahkan menganggapnya seperti saudara membuat Amira sangat menghormati dan menyayangi majikannya itu begitu juga dengan kedua anaknya.
Suatu hari saat Amira ikut berlibur bersama keluarga majikannya tiba-tiba terjadi suatu peristiwa yang sangat mencekam. Saat suami nyonya Sarah tiba-tiba harus pergi karena urusan kantor terjadi penyerangan terhadap nyonyanya. Dalam keadaan terluka nyonya Sarah menitipkan kedua anaknya pada Amira. Kini Amira harus berjuang menyelamatkan kedua anak majikannya itu...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ye Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amarah Yang Salah
Setelah Maya pergi mereka pun melanjutkan obrolan mereka. Tak terasa waktu waktu berlalu dengan cepat sudah hampir 2 jam Amira disana. Dan mereka pun sepertinya tak kehabisan bahan perbincangan apalagi jika mengenai kenangan saat mereka jadi siswa dulu. Ada saja kenakalan yang pernah mereka lakukan.
"Eh ingat ga waktu kamu smack down kak Yuda..." kata Wanda.
"Iya waktu itu kamu keren banget..." timpal temannya yang lain.
Amira hanya bisa tersenyum.
"Tapi emang kamu ada dendam apa sama dia sampai-sampai dijadikan samsak hidup kayak gitu?" kata Wanda lagi.
"Gak ada ... cuma waktu itu kan pak Harun yang nyuruh.. kalian ga ingat?" kata Amira berbohong.
"Iya... tapi ga sampe kayak gitu kalee..." sambung yang lain.
Amira pun hanya bisa tersenyum kecut.
"Eh udah jam berapa ini aku masih ada janji soalnya..." kata Amira mencari alasan agar bisa segera pulang.
"Ah...masih juga jam 1 kalo mau sholat kan ada musholla..." jawab Rudi.
"Bukan sholat ... tapi memang bener aku udah ditunggu ini..." kata Amira.
"Ya udah kalo mau pulang sekarang juga ga pa-pa... tapi kalo kamu mau sholat dulu mushollanya masih tetap di tempat yang dulu..." terang Rudi.
"Makasih... oke aku ke musholla dulu ya..."
"Nanti kalo mau pulang kesini dulu ya kita foto-foto dulu..."
"Kenapa gak sekarang aja..." tawar Amira agar tak perlu kembali setelah sholat.
"Oke kita foto-foto sekarang...". Akhirnya mereka pun berfoto bersama.
Bahkan mereka juga sempat mengajak guru walikelas mereka untuk foto bersama. Selesai berfoto Amira pun pamit sholat sekaligus langsung pulang.
Selesai mengerjakan sholat, Amira tak langsung meninggalkan musholla. Dia masih betah duduk di depannya karena memang tempat itu sejuk karena ada beberapa pohon yang sengaja di tanam disana. Tiba-tiba saja hpnya berdering.
"Assalamualikum...."
"........"
"Ya kak... ini aku habis sholat, baru mau telfon kakak...."
"........"
"Baiklah aku tunggu di gerbang ya kak...."
"........"
"Waalaikum salaam..."
Dimasukkannya hpnya ke dalam tas. Lalu ia pun segera melangkahkan pergi ke gerbang tempat dimana ia akan dijemput. Belum sampai di tempat tujuan tiba-tiba Maya kembali menghalangi langkahnya.
"Apa maumu?" tanya Amira tak mau basa-basi.
"Kau tahu apa mauku..."
"Apa kau sudah g***? kalau kau tidak bilang alasannya bagaimana aku tahu?" jawab Amira yang sudah jengah dengan kelakuan mantan seniornya itu.
"Jangan dekati Yuda!"
"Oh jadi itu alasannya..." kata Amira sambil tersenyum remeh.
"Iya ... karena dia itu tunanganku" kata Maya.
"Ck siapa juga yang mau dekati dia..." ucap Amira yang tak mau dianggap perusak hubungan orang.
"Kau pikir aku tidak tahu... sejak dulu kau berusaha mendekatinya" kata Maya berapi-api.
"Loh bukannya dulu Yuda udah punya pacar? Dan yang aku tahu dia bukan kamu" tunjuk Amira pada wajah Maya.
"Yang aku tahu pacarnya itu Celia ... jadi kau sudah salah alamat jika mengatakan aku berusaha mendekati Yuda" mendengar itu Maya hanya terdiam.
"Kalau kau ingin marah... sana cari Celia! Atau kau takut ya pada Celia ... secara dia itu anak dari kepala sekolah? Jadi kau hanya bisa marah-marah pada orang lain" kata Amira tak kalah berani.
"Kau itu sudah salah cari mangsa untuk jadi korban bullyanmu..." sambungnya.
Setelah itu dengan langkah lebar Amira pun meninggalkan Maya yang tak bisa membalas perkataannya.
Sesampainya di gerbang Amira sengaja berdiri di sebelah pos satpam yang ada di samping gerbang. Wajahnya sudah terlihat murung.
"Sial... tahu begini aku ga akan datang kemari. Dasar nenek sihir merusak moodku saja." gerutunya.
"Kenapa? Kok mukanya di tekuk gitu? Nanti cantiknya ilang lho..."
Mendengar itu Amira pun langsung menoleh dan dilihatnya Yuda sudah berdiri disebelahnya sambil tersenyum.
"Dia lagi... nih orang maunya apa sih... udah punya tunangan juga..." gerutunya dalam hati.
"Kok diam? Kenapa, lagi sakit gigi ya?" godanya saat Amira tak mau menjawabnya.
"Kau ini jadi orang ga pernah berubah ya..." akhirnya Amira mau juga bicara.
"Lho emang kenapa?" tanya Yuda tak mengerti.
"Kalau kamu udah punya tunangan itu dijaga kelakuanmu, jangan sok-sokan akrab sama setiap cewek" kata Amira yang sebal dengan tingkah Yuda.
Mendengar itu Yuda tampak terkejut dan wajahnya langsung berubah datar.
"Siapa yang bilang?" tanyanya.
"Tentu saja tunanganmu itu... Maya. Jadi mulai sekarang jaga sikapmu jangan sok akrab denganku karena sejak dulu memang kita bukan teman akrab..." sambung Amira lalu ia pun memilih untuk meninggalkan Yuda yang masih berdiri ditempatnya.
Tiba-tiba saja Amira merasa ada yang menarik tangannya dari belakang. Reflek ia pun membalikkan badannya. Ternyata Yudalah yang menarik tangannya itu. Dengan cepat di lepasnya genggaman tangan Yuda.
"Apa?" tanyanya.
"Itu bohong Ra." kata Yuda.
"Apanya?"
"Maya bukan tunanganku Ra..."
"Terus apa hubungannya dengan aku?" tanya Amira yang masih kesal.
"Kalau kamu ingin minta maaf karena kejadian dulu, tenang saja sudah aku maafkan. Seharusnya aku juga minta maaf sama kamu karna dulu sempat bikin kamu bulan-bulanan" sambungnya.
"Tak bisakah kita bicara Ra?" tanya Yuda.
"Soal apa?" tanya Amira tak mengerti.
Tampak Yuda seperti hendak mengatakan sesuatu namun tak tahu mulai dari mana. Terlihat sikapnya yang terlihat gelisah. Karena menunggu lama tak ada kelanjutan dari Yuda, Amira pun jadi semakin kesal.
"Emang mau ngomong apa?"
"Sepertinya ga enak kalau ngomong disini Ra...".
"Kenapa?"
"Ini..." belum lagi Yuda menyelesaikan kalimatnya terdengar suara klakson mobil.
Dit...dit...dit... Amira pun menoleh kearah suara ternyata mobil nyonya Sarah sudah sampai di dekat mereka.
"Ah itu jemputanku udah datang Yud, aku pulang dulu ya..." pamit Amira.
Dalam hati ia bersyukur karena sopir nyonya Sarah datang tepat waktu.
"Ya sudah ... tapi lain kali kita bicara ya..." teriak Yuda karena Amira sudah melangkah ke arah mobil.
Namun Amira sama sekali tak menjawab justru ia langsung membuka pintu depan sebelah sopir dan masuk kedalam mobil tanpa melihat kearah sang sopir.
"Jalan pak..." ucapnya sambil mengenakan sabuk pengaman. Lalu mobil pun langsung meluncur meninggalkan sekolah.
"Nyonya Sarah udah langsung ke hotel ya Pak?" tanyanya sambil menengok kearah sopir disampingnya.
Namun ia langsung terkejut saat melihat yang disebelahnya itu bukan sopir nyonyanya tapi tuan Sam.
"Tu...tuan?" tanyanya dengan wajah memerah.
"Kenapa?" tanya tuan Sam datar.
"Anu...kenapa tuan yang datang?" tanyanya masih dengan ekspresi terkejut.
"Tadi itu siapa?" bukannya menjawab tuan Sam justru balik bertanya.
"Itu..." belum lagi Amira menyelesaikan kalimatnya tuan Sam sudah memotongnya.
"Mantan kamu?" tanyanya dengan wajah datar.
"Mantan dari hongkong?" gumam Amira lirih namun masih terdengar oleh tuan Sam.
Seketika wajahnya yang datar berubah menjadi cerah dan senyumnya pun mengembang. Namun Amira tak melihatnya karena ia memalingkan wajahnya ke arah jendela.
"Kamu sudah makan?" tanya tuan Sam memecahkan keheningan.
"Su..." namun belum juga ia menyelesaikan kalimatnya justru perutnya yang berkhianat.
Kruuyuuuk.... wajah Amira pun langsung memerah dan ia langsung menundukkan wajahnya sambil memukul pelan perutnya yang tak bisa diajak kompromi itu.
Tuan Sam pun tersenyum lalu ia langsung mengarahkan mobilnya ke restoran terdekat dengan bantuan mbak goglo. Tak lama mereka pun sampai di sebuah restoran padang. Terlihat suasananya yang cukup ramai pertanda tempat itu favorit warga sekitar. Melihat tuannya berhenti di depan restoran tersebut mata Amira langsung membola...
"Ya Allah ... kenapa tuan berhenti disini? bisa batal deh dietku...." batin Amira, sementara perutnya semakin meronta.
"Kenapa ga turun? kamu ga suka?" tanya tuan Sam yang telah memarkirkan mobil dan mematikan mesinnya.
"Suka... tuan." jawab Amira cepat.
Lalu mereka pun turun dari mobil dan masuk ke dalam restoran. Tuan Sam langsung memilih tempat duduk di sudut yang agak sepi. Saat memilih menu Amira berusaha sekuat tenaga agar tak tergoda untuk memesan terlalu banyak.
Ya Amira termasuk penggemar masakan padang. Dulu saat kedua orangtuanya masih ada mereka sering makan masakan padang entah beli atau pun memasak sendiri. Setelah pesanan mereka datang mereka pun langsung makan tanpa saling bicara. Amira sibuk menikmati makanan kesukaannya itu, sedang tuan Sam tampak sering memperhatikan tingkah gadis yang ada dihadapannya itu. Dimata tuan Sam ekspresi Amira tampak menggemaskan saat menikmati makanannya. Selesai makan tampak Amira sangat puas dan tanpa sengaja ia pun bersendawa yang membuat wajahnya memerah karena malu karena ada tuan Sam di depannya.
"Maaf tuan..." ucapnya sambil menundukkan kepala.
Tuan Sam hanya tersenyum melihatnya.
"Kau sangat menyukai masakan seperti ini?" tanyanya.
"Iya tuan... dulu saat kedua orangtua saya masih ada kami sering makan masakan seperti ini walau jarang menggunakan daging..." kenang Amira.
Selesai makan keduanya pun langsung pulang.