Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketidaktahuan Bara
Keesokan harinya Bara kembali ke mansion setelah mengantarkan Laura ke apartemennya, sebenernya Laura tidak membiarkannya pergi dengan berbagai alasan dan terus merengek meminta dirinya untuk tinggal.
Ya begitulah sikap posesif Laura yang keras kepala dan tidak mau mengalah dan selalu ingin Ia berada di sisinya setiap saat terlebih lagi semenjak Ia menikah,Laura semakin posesif dan selalu mengatur banyak hal namun Ia mengerti Laura mungkin takut kehilangannya.
Namun jujur saja semakin hari Ia semakin tidak nyaman dan di buat muak dengan sikap Laura yang terkadang berlebihan.
Masuk ke dalam mansion sepi dan sunyi hal itu yang langsung menyambut kedatangan Bara setelah beberapa hari ini tidak kembali,Itu sudah hampir jam dua belas malam jadi wajar semua orang sudah tidur.
Ia melangkah menuju kamarnya untuk membersihkan diri, ketika melawati ruang keluarga Ia berhenti sejenak untuk memastikan tidak ada siapapun di sofa, padahal biasanya setiap jam berapapun Ia pulang selalu ada yang menunggunya dan tidur di sofa itu.
"Apa yang ku pikirkan"
Mengabaikan hal itu Ia melanjutkan langkahnya untuk ke kamarnya, sesaat setelah berada di depan pintu Ia berhenti dan menoleh kamar yang berdampingan dengan kamarnya."Bukankah itu hal yang bagus"gumamnya dalam hati ketika cukup lama berdiri di sana sehingga memutuskan masuk ke kamarnya.
Tanpa Ia sadari sebenernya sedang menunggu seseorang menyapanya seperti setiap kali Ia kembali ke mansion itu.
***
"Mon gimana surat perceraian itu?"
"Sedang di urus,kau tenang saja surat perceraian itu pasti di keluarkan dengan cepat"
"HM,aku sudah lelah aku tidak ingin lagi berjuang seperti orang bodoh"
Monika tersenyum mendengarnya"Bagus itu baru namanya sahabat ku"
"Terimakasih ya Mon kau selalu berada di sisi ku dan membantu ku banyak hal,aku tidak akan merepotkan mu lagi dengan permintaan cara merebut hati mas Bara"
Monika jadi tertawa mendengarnya,memang benar Lily sering meminta tips dan cara untuk merebut hati seorang pria dan selalu memberikannya arahan,dan itu mereka lakukan selama setahun yang lalu pernikahan tepatnya sebelas bulan yang lalu.
"Iya memang sudah saatnya aku berhenti"
"Lily aku tau ini tidak akan mudah,bagaimana pun kau sudah menyukai Bara sejak SMA dan begitu mencintainya hingga sekarang tapi kau lihat saja dia tidak pernah memandang mu setelah banyak usaha yang kau lakukan selama hampir setahun kan"
Monika adalah sahabat Liliana sejak SMA, mereka sudah melewati banyak hal bersama dan saling mempunyai rahasia termasuk Liliana yang sejak masuk SMA sudah menyukai Bara yang pada saat itu kakak kelas mereka yang sudah kelas tiga.
Lebih gilanya lagi setelah lulus SMA Liliana sampai menyusul Universitas yang Bara ambil di luar negeri sudah seperti penguntit,ya bisa di katakan Liliana mengejar Bara dengan ugal-ugalan hingga bisa sampai menikah dengan Bara pria impiannya.
Monika sampai di buat tak habis fikir dengan kegilaan sahabatnya itu.
Liliana membalas genggaman di tangannya dan tersenyum lebar,"Aku memang begitu mencintai Mas Bara tapi jika aku sudah lelah dan mengatakan menyerah maka aku akan menyerah sampai ke titik nol"
***
"Pagi tuan"
Bi Inah menyapa Bara yang baru saja datang ke meja makan,tampaknya bersiap untuk sarapan sehingga dengan cepat Ia menyiapkan semuanya.
Dua pelayan lainnya juga segera menyusun menu sarapan di meja makan, sebenernya mereka tidak terlambat hanya Bara saja yang turun begitu awal tidak seperti biasanya.
Bara dengan tubuh tinggi tegapnya dan wajah dinginnya serta tatapan tajamnya hanya berdiri dengan memasukkan tangannya ke dalam saku,memperhatikan tiga orang yang bolak balik dan memperhatikan ke sekitar lagi mencari-cari seseorang namun tak menemukan.
"Bik Inah dimana dia?"
"Eh apakah tuan tidak tau?"
Bi Inah yang di tanya tampak kebingungan dan balik bertanya.
Bara menatap Bi Inah seakan-akan Ia memang tidak tau apa-apa dan seolah bertanya.
"Nyonya kecelakaan seminggu yang lalu tuan!"Bi Inah sedikit meninggikan suaranya,Ia sungguh tak percaya tuannya itu tidak tau kalau istrinya kecelakaan yang cukup parah.
Deg!
"Kecelakaan!"
Sungguh,Bara begitu terkejut mendengar berita itu rasanya ada sesuatu yang langsung menimpa dadanya.
"Kenapa tidak memberitahu ku?!"
Raut wajah dingin dan aura mencengkam seketika menyelimuti Bara.
"Saya pikir nyonya memberitahu tuan, ternyata tuan bahkan tidak tau sama sekali setelah maut yang hampir saja merenggut nyawanya?"
Bi Inah tiba-tiba menangis,Ia tidak peduli melihat api kemarahan dan aura yang begitu mencekam saat ini dari tuannya itu.
"Bagaimana jika nyonya sampai kehilangan nyawanya dan tuan sama sekali tidak tau apa-apa?"
"Selama ini Nyonya begitu mencintai tuan bahkan rela memberikan nyawanya untuk tuan,tapi ketika nyonya hampir saja kehilangan nyawanya tuan bahkan tidak tau apa-apa dan...-dan lebih mementingkan wanita lain...maaf tuan"
Bi Inah langsung berbalik namun tak bisa menghentikan air matanya,"Sungguh malang nasib mu nyonya padahal kau mencintai tuan begitu besar namun dia bahkan sama sekali tidak peduli dengan mu"
Bara terdiam di tempatnya dengan raut wajah yang berubah,jantungnya terasa mencelos hatinya menjadi tidak tenang dan dengan cepat Ia berbalik meninggalkan meja makan.
"Cari tahu dimana Liliana sekarang"
"Eh apakah tuan sama sekali tidak tau kalau nyonya Liliana di rumah sakit selama seminggu ini,apakah karna terlalu sibuk dengan seseorang?",terdengar sindiran langsung dari Willy sekretarisnya dari balik telepon.
Bara memejamkan matanya merasakan sesuatu yang menancap di dadanya,apakah Ia satu-satunya orang yang tidak tau apa yang terjadi dengan istrinya?
"Kau tau?kenapa tidak memberitahu ku?!"
"Sabar dulu tuan,sebenernya saya ingin memberitahu anda tapi melihat anda yang sibuk dengan orang lain jadi saya urungkan"
Bara berusaha menahan kekesalan di hatinya kemudian langsung memutuskan telepon,Ia begitu kesal dengan sekretarisnya itu.
"Cari tahu dimana istri ku sekarang juga"
"Baik tuan"
Ia menyuruh orang kepercayaannya selain Willy sekretarisnya.
***
Siang harinya...
"Selamat siang tuan apa ada yang bisa kami bantu?"
"Pasien dengan atas nama Liliana Regantara seminggu lalu karna kecelakaan ada di ruangan mana?"
"Sebentar ya tuan,saya carikan"
Ketika mendapatkan alamat rumah sakit dari orang kepercayaannya,Bara tidak menyangka Liliana ternyata ada di rumah sakit yang sama dengannya selama menjaga Laura,"Apakah aku sudah keterlaluan?"
"Pasien atas nama Liliana Regantara ada di ruang VVIP di kamar no 5 tuan"
"Baik terimakasih"
Bara segera meninggalkan meja resepsionis itu dengan langkah panjangnya dengan postur tubuhnya yang tinggi dan tegap, jantungnya berdebar tidak jelas dan Ia tidak suka akan hal itu.
Bersambung...
jangan lupa like komen vote ya guyss😘
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏
lanjut Thor 💪😘🤗
harusnya kamu bilang pertemuan mu dengan laura