Ini kisah cinta Sinaga, pria beristri yang jatuh cinta pada wanita yang mengandung anaknya. Mereka bukan kekasih, bukan musuh. Mereka hanya orang asing yang terjebak oleh keadaan. Karena satu malam, Moza hamil. Bagaimana Moza menjalani hidupnya? Apa Naga tahu, bahwa wanita asing itu mengandung benih yang tak sengaja ia tanam.
Follow akun Instagram Sept
Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Sierra
18+ Istri Gelap #28
Oleh Sept
Dua orang terlihat duduk bersama di sebuah sofa warna maroon. Mereka sedang menonton pertandingan sepak bola. Hanya mata mereka yang menatap layar kaca sebesar 40 inci tersebut. Sedangkan hati dan pikiran sudah terbang ke mana-mana.
"Tidurlah!" titah Naga yang melirik ke arah Moza. Wanita itu sudah menguap beberapa kali.
Moza pun bangkit, lebih baik ia tidur di kamar. Lagi pula, sebentar lagi akan menjelang pagi.
"Ke mana? Tidur di sini!" Tangan Naga meraih lengan Moza, ia menarik tubuh istrinya itu hingga kembali terduduk di atas sofa.
Naga menepuk pahanya sendiri, seakan sudah menyiapkan bantal alami untuk Moza.
Sedangkan Moza, wanita itu terlihat ragu. Itu sesuatu yang aneh. Sejak kapan mereka menjadi sedekat ini? Ucapan kata cinta saja tak pernah terucapkan dari bibir keduanya.
"Ke mari!" Seperti yang sudah-sudah, Naga lebih aktive dari pada Moza. Wanita itu begitu passive. Tapi, bila Naga sudah menuntunnya, Moza bisa mengimbangi dengan baik.
Dengan rasa malu yang menyelimuti, Moza meletakkan kepalanya di pangkuan Naga. Awalnya memang terasa tidak nyaman, namun lama-lama Moza menikmatinya. Karena pria itu membelai rambutnya dengan lembut.
Tanpa sadar, mata ibunda Sendy itu pun terpejam. Mungkin tubuhnya sudah sangat lelah, hingga ia mudah sekali untuk tertidur.
Pagi hari di dalam sebuah kamar, Moza yang semalam tertidur di pangkuan Naga, kini sudah pindah tempat. Ia terlihat masih tertidur pulas. Wajah yang kini memiliki goresan itu, nampak tidur dengan damai. Semalam Naga memindahkan istrinya itu. Kakinya sampai kesemutan, karena terlalu lama jadi bantal Moza, tapi itu semua tidak jadi soal.
Di ruang tamu, Naga sedang bermain dengan putrinya. Dua orang itu sedang memainkan PS. Suara bising dari game tersebut akhirnya sampai ke kamar di mana Moza tidur dengan lelap.
Matanya mengerjap, Moza nampak bingung saat membuka mata. Kamar sudah sangat terang, sinar matahari menerobos masuk karena jendela yang sengaja dibuka lebar.
"Aku kesiangan!" batin Moza. Ia lantas bangun dan pergi ke kamar mandi. Setelah berpakaian lengkap, Moza ke luar kamar. Ia penasaran suara bising dari mana yang sejak tadi terdengar oleh telinganya.
Bibirnya mengulas senyum tak kala menatap Naga dan putrinya main game sambil bersenda gurai.
"Sendy ...!" panggilnya.
Yang dipanggil Sendy, tapi yang menoleh padanya malah Naga. Sendy sedang fokus, gadis kecil itu tidak mau gagal fokus dan kalah melawan papanya.
"Sen!"
Panggilan kedua baru Sendy menoleh.
"Iya Mama. Yahhh ... kalah," sesal gadis kecil itu.
"Jangan banyak main game!"
"Sekali-kali nggak apa-apa, Moza," potong Naga.
Sendy tersenyum senang, memiliki Papa membuat ada yang membela ketika ia dimarahi sang Mama.
"Kalau sudah siap, ayo kita makan di luar," tambah Naga.
"Tunggu, aku belum memandikan Sendy," sergah Moza.
"Sudah, Ma. Mama tadi tidur lama sekali. Sendy jadi mandi sendiri," celoteh anak kecil itu.
"Maafin Mama, Sen. Badan Mama capek banget!" ucap Moza sambil melirik ke arah Naga. Yang dilirik pura-pura acuh. Inihi to be karena ia sadar, siapa biang keroknya. Membuat Moza sampai harus bangun kesiangan.
Akhirnya mereka bertiga mencari makan, di sebuah tempat yang mengutamakan privasi untuk pelangannya.
Sejauh ini semua berjalan mulus-mulus saja, hingga mereka kembali ke villa. Sebuah telpon membuat Naga nampak gusar.
"Moza, kita balik sekarang!" ucapnya dengan nada dingin.
Moza tidak mengira, mereka baru sampai kemarin pagi. Kok sekarang diajak balik? Apa ada sesuatu yang sangat serius? wanita itu hanya bertanya-tanya dalam hati.
"Baiklah, akan ku siapkan barang-barang semuanya." Tanpa tanya ini dan itu, Moza masuk kamar. Memasukkan semua bajunya ke dalam koper.
Ketika Moza sedang berbenah, Naga berjalan ke luar vila. Ia langsung menghubungi Sierra.
"Apa yang kamu lakukan?" sentak Naga yang sudah tidak bisa menahan marah.
"Ini yang harusnya aku lakukan sejak dulu!" jawab Sierra tidak kalah galaknya.
"Jangan keterlaluan kamu Sierra. Apa maksudnya dengan menjual semua sahammu pada rival bisnisku!" Naga tak terima dengan tindakan Sierra yang dinilai gegabah. Hanya karena marah pada dirinya, sebagian saham dijual pada pihak lawan. Tentunya dengan harga yang merusak. Itu sangat berakibat buruk pada Sanrio Group.
"Aku baru memulainya, tapi Mas sudah kebakaran jengot. Tunggu saja, masih banyak hadiah dariku atas pernikahan kalian!" ancam Sierra.
"Sierra ... hallo! Sierra!" teriak Naga pada telpon gengam yang sudah dimatikan sambungannya oleh Sierra.
Moza yang sudah berbenah, sempat mencuri dengar. Ia barusan menguping, ternyata suaminya sedang dalam masalah. Dan Moza rasa, itu adalah karena dirinya.
Naga yang masih merasa marah dan kesal, ia pun masuk ke dalam. Dilihatnya koper sudah siap semuanya.
"Maaf, kita harus kembali lebih awal!" sesal Naga di tengah amarahnya.
"Tidak apa-apa, ayo kita pulang."
Moza mengandeng tangan Sendy, mengajak putrinya itu keluar dari vila yang penuh sejarah. Sebuah vila dengan tragedy kebaya pengantin yang dikoyak oleh istri pertama dan malam yang panas bersama Naga. Benar-benar vila dengan sejuta rasa.
Kini mereka sudah masuk ke dalam mobil yang sama, meninggalkan vila dengan diikuti oleh pengawal yang dari kemarin menjaga di vila itu.
Di kediaman keluarga Sierra.
"Apa yang terjadi? Tindakanmu sangat ceroboh!"
Papa Sierra sangat marah atas perbuatan putrinya, melepas sahamnya begitu saja. Tuan Surya memgamuk, merasa kecewa dengan kebodohan putri satu-satunya itu.
"Pa! Tenang, pasti Sierra memiliki alasan atas semua ini." Mama Sierra mencoba membela putrinya. Nyonya Surya yakin, pasti ada alasannya, mengapa Sierra nekat sampai seperti ini.
"Apa pun alasannya, jangan bertindak ceroboh! Kamu tahu akibat dari perbuatanmu? Bukan Sanrio saja yang kena! Bisnis Papa juga akan kena imbasnya!" teriak Tuan Surya.
Sementara itu, melihat papanya yang marah dan berapi-api kepada dirinya. Sierra menghela napas panjang.
"Bagaimana jika Sierra katakan alasan mengapa Sierra melakukan ini?" Wanita itu diam sejenak, mengamati mimik wajah kedua orang tuanya.
"Katakan! Apa kalian bertengar? Harusnya wajar dalam rumah tangga ada keributan. Tapi jangan seperti ini, Sierra." Nyonya Surya mencoba menasehati putrinya.
"Mas Naga menikah lagi."
Seketika itu wajah kedua orang tuanya mengeras. Bersambung.