Insha dan Hanafi akhirnya melangsungkan pernikahan. Pernikahan mereka sangat bahagia, tentu saja karena Insha sangat mencintai suaminya begitu pula dengan Hanafi. Hari-hari mereka isi dengan canda tawa, cinta dan kasih sayang yang tulus dari kedua nya. Sampai pada suatu hari Insha sangat menyesal telah mencintai seorang laki-laki yang salah dan telah ingkar janji terhadapnya. Ya,..Hanafi menikah lagi dengan seorang perempuan yang tidak lain adalah kakaknya sendiri Salma. Hidupnya bagai neraka dengan derita dan luka yang tiada habisnya. Akankah Insha sanggup menjalani kehidupan berdampingan dengan Salma yang berstatus sebagai istri muda sekaligus kakaknya. yuk..ikuti kelanjutan kisah hidup Insha,jangan lupa vote dan tinggalkan komennya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cawica, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pingsan ( part 3 )
Hanafi mengoleskan minyak kayu putih ke hidung insha dan terus berusaha untuk membangunkan nya.
Akhirnya setelah beberapa menit berkecimpung dalam kepanikan yang tercipta terbukalah mata Insha.
"Insha....syukurlah kau sudah sadar..."
sadar...memang aku kenapa..Insha
Ia masih mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, sedikit terkaget karna saat bangun tiba-tiba ada Hanafi di sampingnya dan ketiga pembantu yang mengelilingnya dengan wajah yang khawatir.
Di hidungnya masih tercium jelas aroma minyak kayu putih yang khas dan juga terasa sedikit basah, karna mungkin Hanafi terlalu banyak saat mengolesnya tadi.
aku kenapa..yang aku ingat aku tidur tadi..lalu..
Ia berusaha keras untuk mengingatnya tapi kepalanya terasa sangat pening sekarang dan perutnya terasa sakit tak tertahankan.
aduuh ..kenapa perutku sakit sekali..
Insha tak memperdulikan berbagai pertanyaan yang terlontar dari ke empat orang yang mengelilingi nya, ia hanya fokus merasakan sakit perut yang luar biasa.
Masih berusaha mencerna apa yang sebernarnya terjadi tapi tiba-tiba paramedis datang dengan membawa berbagai alat kesehatan semuanya masuk ke dalam kamar dan seketika kamarnya menjadi penuh dengan banyak orang, terlihat juga pak Sardi dan juga pak Tono berada di ambang pintu.
"Lama sekali kau ..."
"Sebenarnya ada apa han..kenapa dengan nona cantik ini..."
bertanya sambil berusaha mengusir Hanafi dari samping istrinya.
"Hey...bisakah kau memanggil hanya dengan namanya saja...telingaku sakit mendengarnya..dan apa ini kenapa kau akan duduk disini..sana jangan dekat-dekat dengan Insha ku.."
Sudah memandang dengan wajah sinisnya.
tadi aku di suruh cepat-cepat datang kesini sekarang di suruh jangan dekat-dekat lalu bagaimana aku bisa memeriksanya..dasarr...
Arya urung untuk duduk dia mematung di sebelah Hanafi yang sedang duduk mengenggam erat tangan istrinya.
"Bawa Insha ke rumah sakit sekarang kenapa hanya diam saja.."
"Han..han...ku mohon tenang dulu..sebenarnya kenapa dengan nona cantik ini.."
"Sudah ku bilang jangan memanggilnya dengan sebutan itu..telingaku sakit mendengarnya.."
sudah menatap dengan tatapan seperti ingin membunuh seseorang.
Apa masih perlu berdebat seperti ini..mas han ku mohon biarkan dokter memeriksaku..aku juga tak tau dengan apa yang terjadi dengan tubuhku..Insha
"oke..oke..ceritakan dulu apa yang terjadi dengan nona .."
"Dia pingsan tadi aku tak tau seberapa lama dia pingsan..tiba-tiba aku menemukannya sudah tergeletak di lantai.."
pingsan....aku pingsan...
astaga bukan kah aku tadi akan ke bawah dan mengambil beberapa roti untuk ku makan..aku belum makan semalam..rupanya itu yang membuat perutku sakit..
Kini Hanafi sudah mengalah dan membiarkan dokter Arya dan beberapa tenaga kesehatan lain memeriksanya.
Saat memeriksa Insha pun dokter Arya dan Hanafi masih beradu argumen tidak memperbolehkan ia menyentuh istrinya, seakan tak rela melihat istrinya di sentuh lelaki lain padahal itu memang yang seharusnya di lakukan oleh dokter untuk mengetahui keadaan pasien nya.
Dokter Arya pun terus menggerutu dalam hatinya,
bagaimana aku bisa mengetahui keadaannya kalau aku tak memegangnya...tuan muda gila..
Sementara Insha melihat sekilas ada segelas susu di meja dekat tempat tidurnya, ia ingin mengambilnya tetapi tangannya masih di periksa di bagian sana sini, sehingga dia mengurungkannya.
pemeriksaan pun selesai tenaga kesehatan yang membantu dokter Arya pun seakan mengerti dengan tatapan mata atasannya yang menyuruh mereka untuk pergi, mereka semua pun keluar dari kamar tersebut. Sehingga kini yang tersisa hanya Arya, Hanafi, Insha dan ketiga pembantunya.
"Bagaimana keadaannya.."
sudah tampak gusar saat Arya sudah menghentikan pemeriksaan nya.
"Sepertinya nona baik-baik saja han..mungkin dia hanya kelelahan...kau tak perlu membawanya ke rumah sakit dia hanya perlu istirahat.."
"Apa kelelahan bisa menyebabkan dia pingsan.."masih tampak heran dengan penjelasan sang dokter.
" Tentu saja...memangnya apa yang nona lakukan seharian kemarin di rumah..."
sudah berganti menatap Insha.
Mendengar pertanyaan dari dokter Arya Hanafi sekarang menatap Fatimah dan Risna yang berdiri tidak jauh darinya.
"Apa Insha bekerja seharian membersihkan rumah.."
Fatimah dan Risna tampak tertunduk ketakutan mereka tau ini adalah salah mereka. Mereka membiarkan nona nya tak memakan apa pun semalam, sampai ia pingsan sepagi ini.
Mereka berdua juga terbayang lagi sedari menaiki tangga menuju kamar Hanafi bude sudah memarahi mereka berdua, bagaimana bisa mereka semalam makan dengan tenang sementara nona nya di biarkan kelaparan begitu saja.
"Jawab mbak Fat..mbak Ris.."
yang di tanya masih terdiam membisu.
"Maaf den.."
jawab mereka bersamaan.
"Jadi benar Insha bekerja membersihkan rumah seharian.."
wajahnya tampak kecewa pada kedua orang tersebut. Pasalnya Hanafi sudah berpesan kepada para pembantunya terutama Fatimah dan Risna untuk menjaganya ketika dia sedang tidak dirumah dan tidak memperbolehkan Insha untuk melakukan apapun apalagi pekerjaan rumah.
"Tidak den nona tidak bekerja kemarin.."
jawab Fatimah spontan.
"Iya den sumpah nona tidak mengerjakan apapun.."
Risna juga mencoba meyakinkan.
"Lalu kenapa Insha bisa pingsan tadi pagi.."
tanya nya dengan wajah heran sambil melihat Insha dan mereka berdua bergantian.
"Nona Insha belum makan semalam den.."
Bude yang tiba-tiba menjawab dengan tenang.
Fatimah dan Risna hanya gemetar di tempatnya sambil menundukkan kepala, mereka tau mereka telah gagal menjaga wanita kesayangan Hanafi.
"Belum makan apa pun?? bagaimana bisa...apa tak ada makanan di rumah ini ..sampai Insha tidak makan semalaman.."
seketika mata Hanafi terbelalak, bagaimana bisa di rumah seorang tuan muda sebesar ini tak ada makanan sama sekali sampai istrinya tak menyantap apapun.
"Tidak den, kami sudah memasak hidangan makan malam tapi..."
"Tapi apa...sehari saja aku bekerja kalian menjaga satu orang saja tidak bisa...aku benar" kecewa pada kalian.."
kalimatnya di tujukan pada Fatimah dan Risna karna dia tau bude tak akan seceroboh itu, Hanafi pun tau kemarin bude tak terlihat sama sekali karna dia kurang enak badan.
"Maaf den, tapi nona tidak mau makan karna menunggu aden pulang semalam.."
Risna menjawab lantang tapi ada benang ketakutan di dalam nada bicaranya.
Seketika Hanafi menatap Insha, ada rasa kecewa dalam tatapan matanya. Bukan pada Insha tapi pada dirinya sendiri, kenapa dia tidak membangunkannya tadi malam untuk makan.
Tapi ketika itu Hanafi sama sekali tak terfikir untuk membangunkannya dan makan malam bersama, yang ada di fikirannya hanya khawatir Insha menunggu nya terlalu lama.
Ia lega saat mendapati Insha sudah tertidur dengan lelap, ia pun juga memutuskan untuk tidur bersamanya.
Hanafi mengingat segelas susu yang tadi di minta nya tergeletak di meja, ia segera meraihnya dan menyerahkannya pada Insha, dengan sigap Insha menerimanya dengan tersenyum dan meminum nya. Dalam sekejab susu yang sudah sedikit dingin itu habis tanpa sisa.
Hanafi berjongkok di sebelah Insha menerima gelas kosong itu dan menaruhnya di meja, lalu Hanafi memegang erat tangan Insha.
"Maafkan aku Insha..tlah membuatmu sakit.."
"Aku baik-baik saja mas han..tenang lah.."
menjawab dengan senyuman yang semakin merekah karna perutnya sudah terasa lebih baik karna terisi oleh segelas susu.
"Berhenti katakan kau baik-baik saja...jelas-jelas kau sakit karna ku.."
Sekarang mencium punggung tangan Insha lembut.
Rupanya Hanafi tak menyadari akan suasana di sekitarnya yang masih terdapat beberapa orang yang menyaksikan apa yang dia lakukan. Insha yang malu, wajahnya bersemu merah ia menatap Hanafi dengan wajah bingungnya seakan memberi tanda
bukan hanya ada kita di ruangan ini mas han..
Bersambung...
😡😡😡
Dari omongan Salma, apakah mungkin Pras cinta sama Insha???
Terus kenapa bisa mencintai Salma juga?!
MEMBINGUNGKAN!!!
😡😡😡
Hanafi dengan dalih demi kebaikan insha, menuruti hawa nafsu menikah dengan salma, berhubungan dengan Salma
sayang banget ya, karma buat Salma langsung dibuat meninggal, harusnya sengsara dulu di dunia.