Tak pernah terpikirkan sebelumnya jika Aruna harus menikah setelah kehilangan calon suaminya 1 tahun yang lalu. Ia dengan terpaksa menyetujui lamaran dari seorang pria yang ternyata sudah beristri. Entah apapun alasannya, bukan hanya Aruna, namun Aryan sendiri tak menerima akan perjodohan ini. Meski demikian, pernikahan tetap digelar atas restu orang tua kedua pihak dan Istri pertama Aryan.
Akankah pernikahan tanpa cinta itu bertahan lama? Dan alasan apa yang membuat Aruna harus terjebak menjadi Istri kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trilia Igriss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
Pagi-pagi sekali, Aryan sudah bersiap dengan menarik sebuah koper berwarna merah muda lalu memasukkannya ke bagasi mobil. Di belakangnya terlihat Aruna berjalan menunduk mengekori kemudian terhenti dan kembali berpamitan pada keluarganya. Terlihat jelas hanya Oma Setya yang memperlihatkan wajah sendunya saat melepas kepergian cucu perempuan.
"Jaga dirimu ya, Nak. Kalau ada sesuatu, panggil Oma saja." Ujar Oma seraya memeluk Aruna yang terlanjur menangis. "Oma bahagia Nak. Kamu juga harus bahagia ya!" Imbuhnya ditanggapi anggukan oleh Aruna sendiri. Setelahnya, Aryan membukakan pintu untuk sang Istri lalu lanjut berpamitan sebelum Ia benar-benar berlalu dari lingkungan rumah keluarga Aruna. Di sepanjang jalan, keduanya tak ada yang berbicara. Masing-masing terfokus pada kesibukannya sendiri. Sampai pada akhirnya, Aryan merasa tak nyaman akan kecanggungan diantara mereka.
"Aruna! Kenapa kamu mau nikah sama aku yang jelas udah punya Istri?" Tanyanya semula merasa ragu, namun Ia beranikan agar tak lagi menerka apa yang dipikirkan Aruna.
"Mas sendiri? Kenapa mau nikah sama aku dan jelas-jelas Mas udah beristri?" Aryan sedikit terkejut mendapati pertanyaan balik dari Aruna. Bukannya menjawab, wanita itu malah melempar pertanyaan yang sama padanya.
"Harusnya kamu udah tahu dari Ibu."
"Ibu kamu bilang kalau Istri pertama kamu gak bisa berperan penuh untuk melayani kamu sebagai suami." Sontak saja Aryan terhenyak. Tentu Ia menoleh kasar ke arah Aruna yang terlihat santai tanpa memperlihatkan ekspresi apapun. Tangannya mencengkram kemudi dengan kuat, nafasnya mendadak tak beraturan. Saat itu Aruna yang menyadari kekesalan Aryan pun memilih bersandar dan menutup matanya cepat-cepat. Ia tak ingin beribu pertanyaan mendadak menghujani dirinya yang bahkan tak tahu alasannya menikah dengan pria di sampingnya ini.
...----------------...
Kurang lebih 1 jam perjalanan, Aryan menepikan mobilnya di sebuah rumah bernuansa putih biru 2 lantai yang dimana itu akan menjadi rumahnya bersama Aruna. Meski begitu, Aryan berniat untuk pulang ke rumah Gita dan tak ingin terlibat dalam urusan Ibunya. Melihat Aruna yang masih terlelap, Ia tak membangunkannya, Aryan memilih untuk mengambil barang-barangnya yang ada di bagasi mobi.
"Loh.... Aruna mana?" Tanya Sundari terdengar jelas sehingga Aruna perlahan membuka matanya.
"Masih di mobil Bu." Jawab Aryan seraya memasuki rumah tanpa mempedulikan Aruna yang masih berada di dalam mobilnya. Dengan perasaan cemas, Sundari mendekat dan mengetuk kaca mobil seraya memanggil Aruna. Tak perlu mengulang panggilan untuk yang ke sekian kali, Aruna membuka pintu dengan sebuah senyum tersungging di bibir manisnya.
"Bu!" Sapanya segera menyalami sang mertua dengan santun.
"Kenapa masih di sini?"
"Una tadi ketiduran, terus pas sampai, kepala Una masih sakit. Jadi Una diem dulu." Jawabnya asal. Sebenarnya Ia tak benar-benar terlelap. Dan saat mobil menepi pun, Ia sudah terbangun namun enggan membuka mata.
"Ya sudah. Sekarang kamu istirahat, di sana ada Bi Ima. Kalau kamu butuh apa-apa, panggil Bi Ima saja. Ibu ada urusan dulu" Setelah mengatakan pesan tersebut, Sundari berpamitan dan berlalu setelah mobil hitam menepi di depan gerbang rumahnya. Memang tidak terlalu jauh, namun cukup menguras tenaga jika harus berjalan dari teras rumah menuju gerbang. Halaman rumahnya sangat luas, Ia melihat beberapa tanaman berjejer rapi di sekeliling. Terlihat seperti sebuah taman, dengan kolam kecil di pojok tembok pembatas.
Perlahan Ia melangkah menuju pintu dengan harap Aryan masih ada di sekitar ruang tamu agar Ia tak merasa seperti orang asing. Namun sayang, Aryan tak ada di sana. Aruna hanya melihat sesosok wanita paruh baya menghampirinya dan tersenyum.
"Bu Aruna, saya Bi Ima. Pelayan yang bertanggung jawab atas kebutuhan Ibu." Ujarnya membuat Aruna mengangguk ragu. "Mari Bu, saya antar ke kamar Ibu." Imbuhnya lalu menuntun jalan menuju lantai atas. Saat Ia memasuki ruangan asing tersebut, Ia tak mendapati dimana Aryan. Ia hanya melihat kopernya saja yang sengaja diletakkan di samping tempat tidur.
"Mas Aryan dimana, Bi?" Tanyanya tentu menoleh pada Bi Ima.
"Tadi Pak Aryan tidur di kamar tamu, Bu." Jawab Bi Ami ditanggapi anggukan oleh Aruna. Sempat Ia berniat untuk mempertanyakan kenapa Aryan memilih tidur di sana, namun pertanyaannya tak sampai ke tenggorokan. Ia berpikir sejenak bahwa Aryan tak menginginkan kebersamaan dengannya.
"Ibu mau makan? Biar saya siapkan." Aruna terdiam sesaat, kemudian tersenyum dan menggeleng pelan menanggapi tawaran Asisten rumah tangganya tersebut.
"Enggak Bi. Aku mau mandi dulu, setelahnya mau beres-beres." Jawabnya demikian. Dengan begitu, Bi Ima gegas meninggalkan ruangan yang menjadi tempat istirahat untuk majikannya.
"Masa iya sih Bu Aruna perebut. Dari gelagatnya aja kayak gak peduli sama Pak Aryan." Batin Bi Ima menerka.
...----------------...
"Mas. Kamu kok di sini?" Pekik Gita tentu saja terhenyak mendapati sang suami datang malam-malam ke rumahnya. Segera Aryan memeluk sang istri dengan erat, lalu melayangkan sebuah kecupan di lehernya.
"Mas.. kamu ngapain?" Protesnya membuat Aryan melepas pelukan dan menatap dalan kedua manik Gita.
"Aku ini suami kamu. Apa salahnya aku pulang ke pelukan istri aku."
"Tapi kamu udah--"
"Enggak Gita. Jangan bilang gitu. Aku gak nerima pernikahan ini. Ini kemauan kamu sama Ibu. Alasan hanya karena anak, kita bisa berusaha lagi kan?"
"Tapi kamu udah terlanjur Mas. Aruna istri kamu juga sekarang. Kamu harus memperlakukan dia seperti kamu memperlakukan aku."
"Gak bisa Gita. Dia bukan kamu."
"Mas... aku sama dia beda. Tapi--" belum selesai Gita berucap, Aryan segera membungkamnya dengan ciuman bertubi-tubi. Ia memilih menghabiskan malam bersama Gita dari pada harus bersama dengan wanita yang tidak Ia cintai.
Sementara itu, Aruna masih terjaga meski sudah larut. Ia benar-benar merasakan kehampaan di malam yang seharusnya menjadi malam bahagia bersama sang suami. Namun, kenyataannya Malam ini Aryan tak ada di sampingnya.
"Ibu belum tidur?" Tanya Bi Ima seraya meletakkan sebuah cangkir berisi kopi latte instan kesukaannya.
"Belum ngantuk Bi." Jawabnya mendongak sejenak kemudian kembali fokus pada laptopnya.
"Mau saya temani, Bu?"
"Gapapa Bi. Bibi tidur aja. Besok pasti harus bangun lebih awal, kan?" Sahutnya menolak halus tawaran Bi Ima yang mengerti dan langsung berlalu meninggalkan Aruna sendiri. Pikirannya kembali berkecamuk sesaat setelah Bi Ima menutup rapat pintu kamar.
Apa artinya malam pengantin? Apa arti ijab qabul kemarin? Ia tak lebih hanya sebuah mainan yang tak pantas dihargai. Baik itu oleh Aryan, Ibunya, dan orang tuanya sendiri.
"Sebenarnya apa mau mereka? Kenapa menempatkanku dalam ikatan tanpa arti?" Gumamnya memijit dahi lalu terpejam sampai Ia terlelap tidur.
Entah sudah berapa lama Ia tertidur, Ia terbangun ketika tubuhnya sudah berbaring di sofa dengan secangkir kopi yang tak tersentuh. Ia mendengar sayup-sayup suara percikan air di kamar mandi dan terlihat pula ponsel dan jam tangan tergeletak di atas nakas. Apa Aryan kembali? Pikirnya menerka. Benar saja, tak lama dari itu, terlihat Aryan keluar dengan membalut tubuhnya dengan handuk. Namun yang membuatnya heran, mengapa Aryan sampai membasahi rambutnya malam-malam begini? Pikiran Aruna seketika berkecamuk lalu tersadar sendiri bahwa Aryan mungkin memilih menghabiskan waktu bersama Istri tuanya dari pada dengan orang yang tidak Ia kenal. Meskipun itu Istri barunya. Namun mengapa Aryan kembali jika Ia teringin menghabiskan waktu bersama Gita?
...-bersambung...
gimana ya thor aruna dg Adnan
biar nangis darah suami pecundang
masak dak berani lawan
dan aku lebih S7, Aruna dg Adnan drpd dg suami pecundang, suami banci
drpd mkn ati dg Aryan, sbg istri ke 2 pula
berlipat lipat ,
memikiran gk masuk akal sehat..