"Aku mencintai kamu."
Sesederhana itu, cara ku mencintaimu.
"Jangan tanya kenapa aku mencintaimu, karena sederhana saja aku mencintaimu dan jangan tanyakan alasannya.
Karena jawabannya sama, aku mencintaimu."
I LOVE YOU ❤️❤️❤️
"aku mencintaimu dan aku ingin hidup bersama mu."
😍😍😍
Seorang laki-laki yang memperjuangkan cintanya dengan hambatan restu dari Mamanya karena mereka berbeda.
Apakah mereka akan masih bisa bersama dengan tembok pembatas yang begitu tinggi dengan segala perbedaan yang membatasi mereka.
"Hidup ku jauh lebih nyaman sebelum mengenal Mu, Mas. Terimakasih atas semuanya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aeni Santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#23
"Kasih."
Kasih yang berjalan bersama Septi menuju ke dalam menengok ke arah suara yang memanggilnya.
"Pak Reza, guys."
Bisik Septi.
"Tenang Sep."
Kasih tersenyum saja dan Septi juga untuk menghormati manager mereka.
"Kasih setelah meeting ini saya tunggu diruangan."
Ucap Reza sambil tersenyum.
"Maaf Pak, ada perlu apa.?"
Kasih sedikit berani sekarang sesuai pesan Akmal.
"Ada hal yang ingin saya bicarakan sama kamu."
"Soal pekerjaan atau pribadi Pak, maaf Pak saya sedikit berani bertanya karena saya merasa kurang nyaman."
"Sekarang dia berani."
Dalam hati Reza sambil menatap Kasih namun masih tetap pasang muka senyum.
"Ya sudah nggak jadi."
Pak Reza langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Heh.. Lihat itu Kasih."
"Udah yuk, biarin aja. Kita butuh sebulan lagi aja Sep kita bisa."
Mereka berlanjut ke ruangan untuk memulai pekerjaannya.
Kasih dan Septi fokus dengan pekerjaan mereka sedangkan Pak Reza masih rapat namun konsentrasinya terganggu oleh Kasih yang berani menjawab sekarang.
"Kasih sepertinya sekarang berani."
Dalam hatinya dengan ekspresi muka yang kurang menyenangkan.
"Pasti dia sudah diracuni sama Akmal, aku harus tekan dia supaya dia mau menuruti mau ku."
Reza masih berusaha terus untuk menekan Kasih dengan membuat rencana ingin mengintimidasinya.
Saatnya istirahat siang telah tiba.
Septi dan Kasih pergi ke masjid setelah melaksanakan kewajibannya lalu dia pergi ke kantin.
"Kasih, kamu kepikiran nggak kalau sampai Pak Reza memberikan ancaman ke kita."
Septi sudah ada firasat kesana melihat sikap Pak Reza tadi pagi saat menyapa mereka.
"Maksudnya gimana Sep."
"Ya, dia mengatasnamakan kekuasaannya terus menekan kita dengan memberikan ancaman mungkin nanti nilai kita atau entah apalah kita difitnah telah melakukan kesalahan kan bisa saja Kasih."
Kasih baru kepikiran kesana, jujur ada rasa khawatir di dalam dirinya tetapi kan dia juga punya hak untuk menolak apalagi bukan masalah dengan pekerjaan itu malah lebih ke masalah pribadi.
"Iya kan Kasih.?"
Septi sambil menikmati makan siangnya.
"Iya sih Sep, tapi apa iya kita harus menuruti perintahnya yang tidak berkaitan dengan pekerjaan."
"Itu yang nggak masuk akal, kita harus hati-hati Kasih."
"Kalau itu iya, apalagi dikasih tahu sama Mas Akmal aku jadi selalu waspada."
"Kita memang tidak salah Kasih tetapi yang namanya dia juga manajer di sini pasti Kalau dia orang jahat akan memanfaatkan jabatannya dong untuk menekan kita yang hanya anak magang."
"Kita bisa saja melaporkan ke kampus kan Septi."
Septi menyeruput minumannya.
"Memang, tapi jika kita ingin membuat laporan ke kampus pasti kita juga butuh bukti pendukungnya kan.?"
"Yang jelas kita harus selalu waspada Sep."
"Makanya itu, kita harus punya orang yang percaya sama kita."
"Bismillah saja Sep, semoga kita selalu dilindungi."
"Kita emang harus selalu berdoa Kasih tetapi juga tidak bisa hanya berdiam diri kan.?"
"Insyaallah kita selamat, satu bulan kedepan dan magang ini selesai dengan baik."
"Aamiin Kasih, kamu jangan lupa cerita sama Mas Akmal supaya dia juga bisa membantu kita."
Kasih tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Jam istirahat habis dan mereka ke ruangannya kembali.
Saat Kasih baru saja duduk, Rina yang merupakan sekretaris dari Pak Reza mendekatinya.
"Kasih."
"Iya Mbak Rina."
"Kamu dipanggil sama Pak Reza ke ruangannya sekarang."
Kasih langsung deg-degan.
"Ada apa ya Mbak."
"Saya kurang tahu tapi memang tadi Pak Reza masuk ke ruangannya terus meminta dipanggilkan kamu."
Kasih terdiam dan menatap ke arah Septi duduk.
"Ayo Kasih, sudah ditunggu sama Pak Reza di ruangan."
"Hmm.. Saya sendiri Mbak."
"Iya Kasih, buruan nanti Pak Reza bisa marah."
Kasih pun berjalan mengikuti Rina dan sesampainya di depan pintu ruangan Pak Reza, Rina meminta kasih untuk masuk seorang diri.
"Kamu masuk Kasih."
"Mbak, Ada apa ya saya dipanggil ke sini seorang diri."
Kasih merasa ragu untuk masuk ke dalam apalagi ini hanya dia sendiri.
"Saya nggak tahu gak sih pokoknya tadi mintanya kamu untuk ke sini, sudah masuk saja mungkin mau membicarakan soal pekerjaan kamu."
"Boleh minta tenan Mbak."
"Masuk Kasih."
Rina mengetuk pintu itu dan ada suara dari dalam yang memintanya untuk masuk.
"Ayo masuk Kasih."
Kasih pun akhirnya memberanikan diri untuk membuka pintu itu dan melihat pak Reza yang duduk di kursi kebanggaannya.
"Masuk Kasih, silahkan duduk."
Pak Reza pun berdiri melihat Kasih menghampirinya dan kemudian duduk di kursi.
"Ma.. Maaf Pak, Ada hal apa sehingga saya dipanggil ke sini."
"Tenang Kasih duduk dulu."
Kasih masih berdiri karena dia takut kalau Pak Reza melakukan sesuatu yang nekat.
"Maaf Pak, bisa katakan saja ada pekerjaan apa yang harus saya lakukan."
Kasih masih berdiri dan Pak Reza yang berjalan mendekatinya membuatnya dia deg-degan.
"Kasih, Kasih Saya cuma mau ngobrol sama kamu."
Kasih yang ketakutan dia mundur karena Pak Reza seperti mau menyentuhnya.
"Bapak, jangan kurang ajar saya bisa melaporkan ke pihak kampus atas perlakuan bapak yang tidak mengenakkan."
"Ha ha ha . Anak ingusan mau lapor."
Kasih badannya gemetar, saat ini Pak Reza seperti bukan Dia tapi wujud yang lain yang menakutkan dan seperti mau menerkam.
Septi yang tadi melihat Kasih masuk ke dalam ruangan Pak Reza merasa tidak tenang.
"Sebentar ya Mbak."
Septi izin dengan pembimbing magangnya.
"Kemana Sep."
"Sebentar Mbak, nanti saya kembali."
Septi perjalanan menuju ke arah ruangan dari Pak Reza dan ada Rina di depan.
"Maaf Mbak, Kasih apa masuk ke dalam.?"
"Iya, kenapa.?"
"Ada hal apa ya Mbak, Kasih dipanggil ke dalam sama Pak Reza."
"Saya juga tidak paham mungkin masalah pekerjaan, kamu apa tidak ada pekerjaan kenapa ke sini.?"
"Saya masuk ya Mbak."
Septi mau menarik handle pintu dari Pak Reza namun dicegah oleh Rina.
"Jangan, kamu mau ngapain.?"
"Mbak, kalau terjadi apa-apa sama teman saya di dalam sana Mbak pasti akan saya ikut laporkan."
Teriak Septi, Dia memang sudah tidak punya takut lagi.
"Apa maksud Kamu.!!"
Suara Septi dan juga Rina yang sama-sama keras hingga menarik perhatian karyawan lainnya.
"Mbak, teman saya didalam sendiri. Saya mau masuk."
"Saya panggil satpam kamu sudah kurang ajar di sini."
"Panggil sana Mbak, saya Nggak takut.."
"kasih..."
Teriak Septi, karyawan yang lain pun akhirnya ikut mendekat.
"Kenapa Mbak Rina."
Septi menarik tangan Rina dan akhirnya bisa meraih handle pintu itu dan mendorongnya.
"Kasih.."
"Septi..."
Kasih berlari ke Septi dan dia menangis, saat Septi masuk Kasih sudah terpojok oleh Pak Reza dan tinggal sedikit lagi Reza akan menyentuhnya.
"Ada apa ini.."
terima Reza.
"Kita pergi Kasih."
Semua mata melihat ke arah ruangan itu dan melihat Kasih yang menangis, Septi membawa Kasih pergi dari ruangan itu dan mengambil tasnya.
"Dasar anak magang ya, awas kalian..!!. Kalian lihat apa KERJA...!!"
teriak Reza yang kesetanan..
😂😂😂😂
masih arogan atau langsung baik😂