Aku Bukan Wanita Malam

Arya memarkirkan mobil lamborgininya di tempat khusus untuknya. Dengan bergegas Arya memasuki kantornya di sambut oleh beberapa karyawan yang berada di sekitar koridor kantor, menundukkan kepala memberi hormat kepada direktur kedua yaitu Arya.

Lalu langkahnya menuju ke ruang meeting, dimana komisaris utama atau CEO yaitu Brasetyo dan juga beberapa anggota lainnya sedang mendengarkan meeting dan menunggu kedatangan Arya.

" Maaf atas keterlambatanku!" Ucap Arya menudukkan kepala, ketika semua anggota menyadari kehadiran Arya.

Sedangkan Brasetyo menggelengkan kepalanya melihat keterlambatan calon penerusnya. Lalu setelah itu, Anggota yang sedang membaca skripsi di depan melanjutkan persentasinya.

Beberapa menit telah berlalu, sesekali Arya melihat isi ponselnya sambil mendengar persentasi rekan kerjanya. Brasetyo yang melihat Arya tidak fokus pada meeting langsung mengajukan pertanyaan.

" Bagaimana Mr. Arya menurutmu tentang kandungan baru di dalam produk kita?" Tanya Brasetyo.

"Aduh...aku tidak mendengarkannya mulai tadi! Kenapa kakek tiba- tiba mengajukan pertanyaan kepadaku? " Batin Arya.

Arya langsung gelapan ketika pertanyaan langsung tertuju kepada dirinya." E..bagus! Kandungan vitamin c yang berada didalam produk juga bisa memacu mengurangkan sel melamin dalam kulit." Jawab Arya dengan asal.

Entah apakah jawabannya benar atau tidak. Fikirannya hanya mengarah kepada Viona yang sedang menghubunginya semenjak tadi lewat chat.

" Itu adalah kandungan lama, semua produk kita mengandung vitamin C. Coba jelaskan Mr, havid! Sepertinya hanya dia yang tidak mengerti!" Ucap Brasetyo mempermalukan cucunya sendiri.

Siapapun itu, Brasetyo akan tetap tegas dan adil. Jika cucu sendiri yang melakukan kesalahan, Brasetyo akan tetap menghukumnya.

"Sebenarnya dia kakekku bukan? Kakek telah mempermalukanku! " Batin Arya.

" Baiklah..kandungan mulberry yang mengandung banyak colagen dan delima bisa memacu..." Jelas Mr . Havid menerangkan kembali.

Saat ini Arya padam muka mendengarkan dengan cukup serius sambil duduk sempurna dan tidak menyandar santai seperti sebelumnya.

Meeting telah usai, Arya bergegas meninggalkan ruang meeting. Brasetyo yang berdiri menjabat tangan dari anggotanya, setelah semua anggota keluar kecuali dirinya dan juga Arya yang sampai di ambang pintu.

" Ar, tunggu!" Ucap Brasetyo. Membuat langkah Arya terhenti. Memutar tubuhnya dan kembali melangkah ke arah Brasetyo.

" Ada apa kek?" Tanya Arya dengan wajah kesal karena telah di permalukan oleh kakeknya sendiri.

" Kenapa kamu terlambat? Walaupun menjadi pengantin baru, bukan alasan untuk datang terlambat!" Ucap Brasetyo tersenyum mengira pernikahan sang cucu seperti pernikahan pasangan pada umumnya yang bahagia.

" Bicara apa kakek! Ini semua karena wanita malam itu. Setiap pagi dia selalu menyusahkanku! " Batin Arya.

" Ha..ha..kakek bisa saja!" Ucap Arya berpura-pura tertawa lebar seperti pengantin baru pada umumnya.

Bahkan kehidupannya saat ini, adalah hal yang tidak diinginkannya. Bahkan Arya berniat untuk datang seawal mungkin untuk menghindari wajah istrinya.

" Bagaimana kondisi kakek? Kakek tidak lupa meminum obat dengan teratur kan?" Tanya Arya.

" Tentu sangat baik, berkat dirimu dan istrimu! Yah, kakek sudah meminum obat dengan teratur. Kakek ingin menjadi sehat agar bisa menggendong cicit kembali." Jelas Brasetyo tertawa lebar sambil memegang pundak Arya.

" Apa? sabar kek, kakek akan mendapatkan cicit dari Viona! " Batin Arya.

" Ha..ha..baguslah kek!" Jawab Arya bahagia melihat sang kakek menjadi sehat dan segar seperti sedia kala.

" Dan kapan kamu akan berencana berbulan madu? Kakek sudah mempersiapan bulan madumu ke Paris!" Jelas Brasetyo.

" Apa? Paris?" Ucap Arya membuka mulutnya lebar-lebar.

" Apa? Paris? berbulan madu? Aduh, kakek...bisakah kakek membiarkan Arya mengatur kehidupan Arya sendiri??? Untuk apa aku ke Paris. Jika dengan Viona, aku setuju! " Batin Arya.

" Kenapa? Apakah kamu tidak ingin berbulan madu ke Paris? Kamu bisa membatalkannya dan memilih negara yang kalian sukai. Aku fikir Paris pilihan yang tepat karena disana adalah kota romantis. Bahkan Paris adalah tempat kesukaan nenekmu!" Jelas Brasetyo sambil berjalan ke arah luar bersama Arya.

" Siapa yang sudi berbulan madu dengan wanita malam itu? Bahkan negara romantis yang di ucapkan kakek itu akan menjadi negara menyebalkan karena kehadiran wanita malam seperti dia. " Batin Arya.

" Biarkan Arya menanyakannya kepada Aneska kek!" Lanjut Arya.

...****************...

Disisi lain Aneska masih merasa sangat lemas dengan kondisi tubuhnya. Bahkan untuk berjalan ke kamar mandi, Aneska meminta bantuan kepada pelayan. Pelayan tersebut masih memapah Aneska menuju ranjangnya selepas dari kamar mandi.

" Terima kasih bik" Ucap Aneska.

" Ia nona, apakah nona ingin memakan sesuatu? Bibik akan membuatkannya untuk nona. Nona tidak perlu khawatir, masakan bibik tidak kalah enak dengan masakan koki handal!" Jelas pelayan tersebut.

" haha..tidak bik..Anes masih belum bisa menelan semua makanan. Ya bubur buatan bibik sangat enak!" Jelas Aneska tertawa simpul sambil memegang perutnya mendengar ucapan pelayannya yang sangat menggelitik.

" Bibik, siapa nama bibik?" Tanya Aneska tersenyum manis.

" Oh, nama saya singkat saja nona, Inahhhh..Bik Inah." Jelas Inah dengan logat lucu yang berhasil membuat Aneska tertawa.

" Baiklah bik Inah, maukah bik Inah menjadi guru memasak Anes? Anes tidak bisa memasak bik!" Ucap Aneska menunduk kecewa.

" Siap non, bibik bersedia jika non berkenan. Non selain cantik ternyata juga baik. Tidak pernah ada satu pun majikan yang akrab dengan saya selain nona. Nona sangat baik, mau bicara banyak dengan bibik!" Ucap Inah.

Memang benar, sebelumnya tidak pernah rasanya Inah akrab dengan majikannya dan berbicara banyak, biasanya para majikan hanya memerintah Inah saja, lalu Inah mengerjakan tugasnya sesuai yang diperintahkan. Selain itu tidak ada.

" Kenapa tidak! Bibik sangat menyenangkan. Lagi pula dengan kedatangan bibik di rumah ini, Anes jadi punya temen. Disini sangat sepi bik. Hanya ada aku dan tuan saja!" Jelas Aneska.

Penjual nasi goreng saja begitu akrab dengan Aneska, bahkan pria hidung bel*ng yang mempunyai niat buruk kepada Aneska, Aneska juga melayaninya dengan baik dan sopan. Aneska hanya menggerutu buruk pria hidung bel*ng tersebut, hanya di dalam hatinya. Jadi semua sikapnya saat ini karena dari pengalaman pribadinya dan lingkungannya yang membuat Aneska bertumbuh menjadi gadis yang baik dan tidak pernah pilih- pilih. Aneska semua ratakan.

" Nona begitu baik, tapi kenapa tuan sepertinya kasar dengan nona?" Tanya Inah bicara nyerocos tanpa rem, dimana Inah selalu melihat Arya yang selalu menghina Aneska.

" e..maaf nona, bibik tidak bermaksud lancang!" Ucap Inah membekap mulutnya yang kelewat batas.

"Tidak apa-apa bik, pernikahan kita adalah keterpaksaan. Tidak ada cinta di antara kita. Kita di jodohkan, walaupun begitu. Saya ingin menjadi istri yang baik, ini permintaan ibuku. Selain itu, bukankah itu adalah tugas seorang istri." Jelas Aneska.

" Benar nona, baiklah..nanti jika nona sudah sehat. Bibik akan mengajarkan nona memasak." Ucap Inah.