NovelToon NovelToon
PERJODOHAN & PERJANJIAN

PERJODOHAN & PERJANJIAN

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Tunangan Sejak Bayi / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Violetta Gloretha

"Kamu akan menyesalinya, Aletta. Aku akan memastikannya." Delvan mengancam dengan raut wajahnya yang marah pada seorang wanita yang telah menabrak mobilnya.


Azada Delvan Emerson adalah pengusaha yang paling ditakuti, tidak hanya di negaranya tetapi juga di luar negeri, karena sifatnya yang arogan dan kejam. Dia bukan orang yang mudah memaafkan atau melupakan.

Sementara itu, Aletta Gabrelia Anandra merupakan putri kedua dari keluarga Anandra yang baru saja menabrak mobil Delvan dan menolak untuk tunduk di hadapan Azada Delvan Emerson yang menantangnya untuk melakukan hal terburuk.


Akankah Delvan berhasil membuat Aletta bertekuk lutut terutama sekarang, karena ia harus menikah dengannya atau akankah Aletta berhasil melawan suaminya terutama ketika ia mengetahui bahwa dia adalah kekasih dari musuh bebuyutannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12

    Kedua mata Aletta membelalak kaget saat membaca dokumen itu. Bagaimana Delvan bisa menemukan ketentuan seperti ini? Dan apakah pria itu benar-benar mengira Aletta akan menyetujuinya?

"Di sini tertulis bahwa setelah kita menikah, aku akan tinggal di rumahmu dan kita akan tidur di kamar yang sama?." Tanya Aletta, dahinya mengernyit.

"Menurutmu apa kata orang kalau kamu tinggal di rumahmu setelah kita menikah?." Delvan bertanya balik dengan sudut bibirnya terangkat, membentuk seringaian tipis.

Aletta mendengus, memutar matanya. Delvan berbicara kepadanya seolah-olah dia adalah anak berusia lima tahun. "Aku mengerti maksudmu, Delvan. Aku tidak bodoh. Tentu saja, aku akan tinggal di rumahmu setelah kita menikah--."

"Senang mendengarnya." Tukas Delvan.

Aletta mendesis tajam, tetapi dia tidak membalas pernyataan sarkastik Delvan karena itu hanya akan membuat pria itu  marah dan Aletta sendiri tidak memiliki kekuatan untuk melawannya.

"Kenapa kita harus tidur di kamar yang sama? Kita bukan pasangan sungguhan, jadi tidak perlu tidur di kamar yang sama."

"Kamu benar-benar polos, Aletta." Katanya sembari mencubit pipi wanita itu dengan lembut.

"Hei, sakit!. Berhenti mencubitku!" Gerutu Aletta.

Delvan mendengarkannya dan melepaskan cubitan pipi Aletta. "Apakah kamu sudah bertemu Kakakmu?." Tanya Delvan.

"Kenapa kamu menanyakan pertanyaan bodoh seperti itu?" tanya Aletta merasa kesal. "Aku bukan anak kecil, tahu?."

"Tapi kamu bertingkah seperti anak kecil." Goda Delvan. “Kamu sudah bertemu dengan adik ku dan dalam waktu singkat yang kalian habiskan bersama, kamu seharusnya menyadari bahwa dia tidak tahu apa arti privasi. Dia datang dan pergi sesuka hatinya dan itu bukan terbatas di kantorku. Bayangkan apa yang akan dipikirkannya tentang kita kalau suatu hari dia menerobos masuk ke rumahku dan mendapati kita tidur di kamar yang berbeda. Menurutmu apa yang akan terjadi?." tanya Delvan.

Aletta menggigit bibir bawahnya kuat-kuat. Mengapa pria ini selalu benar? Tidak! Ia tidak akan menerima kekalahan kali ini. "Bagaimana jika kita katakan padanya bahwa kita bertengkar dan itulah sebabnya kita tidur di kamar yang berbeda?." Kata Aletta mengusulkan dan dia menyesali perkataannya begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya.

Kenapa Aletta mengatakan hal-hal bodoh seperti itu? Dia tidak pernah berbicara seperti ini. Pasti karena Delvan. Itulah satu-satunya penjelasan logis yang bisa dia berikan. Aletta harus melakukan sesuatu untuk mengatasi hal ini atau dia akan terus mempermalukan dirinya sendiri di hadapan Delvan.

    Sementara itu, Delvan justru tertawa mendengar pernyataan Aletta. Apakah calon istrinya benar-benar naif atau dia hanya berpura-pura naif? Aletta tidak cukup mengenalnya untuk memberikan jawaban seperti ini, tetapi sebenarnya dia lebih menyukainya dengan cara ini. Aletta terlihat sangat manis dan akan sangat mudah bagi Delvan untuk menipunya.

"Oh benarkah dan apakah Vino percaya itu? Dia tidak bodoh." Kata Delvan.

"Baiklah, baiklah. Aku tahu bahwa tidur di kamar terpisah bukanlah rencana yang baik. Tapi, apakah kita akan tidur di ranjang yang sama?" tanya Aletta berbisik sembari mencondongkan tubuhnya ke depan dengan cemas menunggu jawaban Delvan.

Delvan juga mencondongkan tubuhnya ke depan, mengganggu pikiran Aletta. "Di mana lagi kita akan tidur?." Tanya Delvan dengan sinis.

Aletta langsung melompat. "Oh tidak, Tuan Delvan, sudah cukup buruk bahwa aku akan menikah denganmu, tapi tidak mungkin aku akan tidur di ranjang yang sama denganmu. Tidak akan pernah."

Delvan bersandar santai di sofa dan menyilangkan kakinya. "Apakah kamu takut terjadi apa-apa di antara kita?" tanyanya tanpa malu.

Setelah mendengar pertanyaan Delvan yang tidak tahu malu, wajah dan telinga Aletta memerah. Bagaimana mungkin dia mengatakan hal-hal seperti itu dengan santai dan dengan wajah serius.

Tentu saja Aletta takut terjadi sesuatu di antara mereka. Tadi malam, Delvan hampir menciumnya dan Aletta tidak berusaha menghentikannya. Tidak mungkin sesuatu tidak akan terjadi jika mereka tidur di ranjang yang sama selama setahun.

Delvan di sisi lain sangat menikmati reaksi Aletta. Wanita muda itu sangat mudah diajak main-main.

"Tidak, aku tidak takut terjadi apa-apa, aku hanya tidak merasa nyaman." Jawab Aletta.

"Baiklah kalau begitu, kita tidak akan tidur di ranjang yang sama." Kata Delvan.

Aletta menghela napas lega, tetapi napasnya terputus saat dia mendengar kata-kata Delvan selanjutnya.

    "Kamu bisa tidur di sofa." Sambung Delvan

"Apa!" teriak Aletta. "Pria macam apa kamu?" tanyanya kesal.

"Kamu akan segera tahu." Kata Delvan dengan senyum di wajahnya, tetapi Aletta merasa kata-katanya lebih seperti ancaman daripada pernyataan. Aletta bisa tahu bahwa ada makna tersembunyi di balik keinginan Delvan, tetapi saat ini Aletta terlalu marah untuk memikirkannya.

"Kita bisa bicarakan di mana kamu akan tidur nanti. Mari kita lanjutkan dengan syarat dan ketentuannya." Kata Delvan dengan tegas.

Sementara Aletta dengan enggan duduk kembali di sofa. Ia mengambil dokumen itu dan melanjutkan membacanya.

"Di sini juga tertulis bahwa aku berhak atas sebagian saham dan properti Emerson yang harus aku kembalikan. Tidak perlu repot-repot memberiku apa pun karena aku tidak menginginkannya." Kata Aletta.

    Ya, Aletta tidak menginginkan apa pun milik keluarga Emerson karena Aletta tidak akan tinggal di sana terlalu lama setelah menjadi menantu perempuan mereka. Ini seharusnya diberikan kepada orang yang tepat dan itu jelas bukan dia.

"Bukan tugasku untuk memberimu saham dan properti itu, Aletta. Itu tradisi keluarga Emerson yang tidak bisa dilanggar." Jawab Delvan. "Begitu kamu menjadi istriku, ayahku akan mengirim pengacara untuk memberimu beberapa dokumen yang harus kamu tandatangani, suka atau tidak," jelasnya lebih lanjut.

"Dan aku mengembalikannya setelah satu tahun?" tanya Aletta karena itulah yang ia pahami dari istilah tersebut.

"Kamu tidak berencana untuk menyimpannya setelah perceraian kita?." Delvan balik bertanya.

"Tentu saja tidak. Aku bahkan tidak menginginkannya sejak awal."

"Bagus, kalau begitu sudah beres. Beberapa bulan ke depan kamu mungkin akan mengerti..."

Aletta menghabiskan lima menit berikutnya dengan hati-hati membaca dokumen tersebut karena dia tidak ingin menandatangani kontrak yang tidak akan menguntungkannya.

Aletta merasa puas dengan sisa syarat dan ketentuan, kecuali satu.

"Apa maksudmu dengan mengatakan aku harus bersikap seperti istrimu di tempat umum, suka atau tidak?" tanya Aletta, karena dia tahu ada maksud lain dari istilah ini.

"Seperti yang tertulis. Kita akan bersikap seperti pasangan suami istri yang bahagia di hadapan dunia. Kamu dan aku akan melakukan apa pun untuk meyakinkan mereka." Delvan menjelaskan.

"Apa pun yang diperlukan? Apakah ini termasuk menciummu?." Tanya Aletta dengan suara gemetar.

"Jika situasinya mengharuskan, ya," jawab Delvan. Ia melihat ekspresi ketakutan di wajah Aletta saat wanita itu mendengar jawabannya. "Apakah kamu pernah dicium oleh seseorang, Aletta?

"Ya, aku sudah pernah. Kenapa kamu menanyakan hal seperti itu padaku?!" Tanya Aletta dengan nada tinggi, mencoba terdengar tersinggung. Itu karena sebenarnya Aletta belum pernah mencium siapa pun sebelumnya karena dia membenci konsep hubungan, oleh karena itu, dia menjauhkan diri dari pria.

Delvan mengangkat sebelah alisnya bertanya-tanya sementara bibirnya kembali tersenyum. Dia hampir tidak pernah tersenyum, tetapi entah mengapa Delvan lebih sering tersenyum dari biasanya akhir-akhir ini. "Kamu tahu, kamu benar-benar pembohong yang buruk. Jadi kamu belum pernah mencium siapa pun sebelumnya." Kata Delvan.

Aletta berdiri dan menyilangkan lengannya. "Aku tidak berbohong. Aku pernah dicium sebelumnya."

Delvan tidak berkata apa-apa. Ia malah mencengkeram pinggang Aletta dan menariknya ke pangkuannya.

"Delvan, apa yang sedang kamu lakukan?." Tanya Aletta sembari berusaha melepaskan diri dari tangan Delvan, tetapi dia bahkan tidak bisa bergerak sedikit pun karena cengkeraman Delvan yang terlalu kuat untuknya.

"Aku tidak percaya padamu. Kenapa kamu tidak membuktikannya denganku?." Bisik Delvan di telinga Aletta.

"Apa? Bagaimana aku bisa membuktikannya padamu?." Aletta bisa merasakan wajahnya memerah dan jantungnya berdetak kencang di dadanya. Dia begitu berada dekat dengan Delvan sehingga dia bisa merasakan napas pria itu di kulitnya. Hal ini mengirimkan sensasi aneh ke tulang punggungnya.

    Delvan menempelkan dagunya di bahu Aletta. "Cium aku," bisiknya di telinga Aletta.

    Membuat tubuh Aletta langsung membeku dan desahan keluar dari bibirnya saat mendengar permintaan Delvan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!