Indah, seorang gadis dari kampung yang merantau ke kota demi bisa merubah perekonomian keluarganya.
Dikota, Indah bertemu dengan seorang pemuda tampan. Keduanya saling jatuh cinta, dan mereka pun berpacaran.
Hubungan yang semula sehat, berubah petaka, saat bisikan setan datang menggoda. Keduanya melakukan sesuatu yang seharusnya hanya boleh di lakukan oleh pasangan halal.
Naasnya, ketika apa yang mereka lakukan membuahkan benih yang tumbuh subur, sang kekasih hati justru ingkar dari tanggung-jawab.
Apa alasan pemuda tersebut?
Lalu bagaimana kehidupan Indah selanjutnya?
Akankah pelangi datang memberi warna dalam kehidupan indah yang kini gelap?
Ikuti kisahnya dalam
Ditolak Camer, Dinikahi MAJIKAN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. pernikahan
Setelah ditetapkan sejak sebulan yang lalu, sejak Indah mengiyakan lamaran Nyonya Felly demi tidak adanya kekhawatiran akan kehilangan hak asuh anak dalam kandungannya, akhirnya hari ini Indah dan Rama akan menikah. Walau awalnya Indah masih merasa ragu, sepertinya dia tidak punya pilihan lain. Toh, sebenarnya tawaran dari Nyonya Felly tidak merugikannya juga.
"Mama senang, akhirnya kalian akan menikah!" ucap Nyonya Felly sambil menggenggam tangan Indah.
"Apa Nyonya benar-benar yakin?" Indah meremas jemarinya. Keraguan itu kembali datang. Semalaman Indah tidak bisa tidur. Matanya terpejam, tetapi angannya entah pergi ke mana, terbang melayang, menembus awang-awang.
Memang benar bahwa dia diuntungkan dengan pernikahan ini karena dengan begitu dia tidak perlu takut lagi akan kehilangan hak asuh anaknya. Tak akan ada yang berani menyentuhnya jika dia telah menjadi istri Tuan Rama, bahkan jika itu keluarga Tuan Handoko sekalipun.
Indah pernah sekali mencari di mesin pencarian terpopuler dan terakurat di negeri ini, karena begitu penasarannya akan sosok yang akan menjadi pelindungnya. Sehingga dia pun mencoba mencari artikel tentang bisnis milik Tuan Rama dan milik Tuan Handoko, dan dari situ terlihat sekali jika kelas Tuan Handoko berada jauh di bawah bisnis milik keluarga Tuan Rama.
Akan tetapi, justru itulah yang sekarang ini membuat Indah merasa bimbang. Perbedaan antara dirinya dan Tuan Rama sungguh jomplang, bagaikan langit dengan bumi. Tidakkah nantinya ini akan menjadi bahan ungkitan di kemudian hari?
Tuan Handoko, yang kekayaannya masih jauh di bawah Tuan Rama saja, memandangnya sebelah mata, lalu bagaimana dengan Tuan Rama yang justru berada jauh di atas Tuan Handoko?
Bukan hanya itu. Bukan hanya status mereka saja yang jomplang, usia mereka juga terpaut jauh. Tuan Rama seorang pria matang dengan usia 35 tahun, sedang dirinya baru 20 tahun. Apa dia akan bisa mengimbangi tuan Rama nantinya?
Lalu, bisakah dia nantinya menjalani pernikahan ini, pernikahan tanpa cinta? Tidak akan sulit baginya untuk jatuh cinta pada Tuan Rama. Lalu bagaimana dengan Tuan Rama sendiri? Dia tidak tahu bagaimana perasaan Tuan Rama padanya. Lalu bagaimana dengan kehidupan selanjutnya? Ataukah dia harus bersikap biasa saja seperti sebelumnya, ataukah dia harus menganggap bahwa dia hanya pembantu yang berkedok istri?
Nyonya Felly menatap lekat ke arah Indah.
"Apakah kamu ragu dengan keputusan ini? Apakah kamu ingin berpikir ulang? Jangan mempermalukanku, Indah!! Semuanya sudah ada di depan mata! Dan jika kamu membatalkannya secara tiba-tiba, lalu di mana aku harus meletakkan mukaku?!"
Nyonya Felly berusaha berkata tegas. Bukan dia ingin menggertak Indah, tetapi dia tidak ingin Indah berubah pikiran. Nyonya Felly paham dengan apa yang dirasakan Indah, mungkin saja Indah memang merasa ragu, atau mungkin juga Indah merasa takut.
Akan tetapi, sayangnya Nyonya Felly sudah berjanji dalam hatinya bahwa Indah hanya akan bahagia bersama Rama. Nyonya Felly tahu persis jika putranya lah yang jatuh cinta kepada Indah. Wanita itu tahu, walaupun putranya tak pernah mengucapkannya.
Nyonya Felly pernah melihat putranya jatuh cinta, dan itu kepada Selena. Akan tetapi, itu adalah dulu, sebelum Selena berkhianat. Setelah itu, selama dua tahun lebih putranya itu menutup diri, tak pernah lagi berkomunikasi dengan lawan jenis, tak pernah juga berdekatan dengan mereka yang mengejarnya. Rama bersikap cuek dan dingin, dan berulang kali Rama menolak perjodohan yang sudah diatur olehnya.
Nyonya Felly ingin putranya itu bisa move on, dan sekarang ini Nyonya Felly sudah melihat perubahan itu pada diri putranya. Dia melihat benih cinta itu kembali hadir terpampang nyata di dalam sorot mata putranya, dan itu adalah karena Indah.
Nyonya Felly melihat perbedaan antara tatapan mata putranya terhadap Indah dan terhadap Selena yang dahulu. Kalau dahulu terhadap Selena mungkin putranya itu hanya sebatas kagum, menyukainya, bukan cinta yang tulus sesungguhnya.
Tetapi Nyonya Felly melihat perbedaan itu ketika putranya menatap Indah. Benar-benar cinta yang tulus. Rama bahkan tidak memperdulikan keadaan Indah yang hamil di luar nikah. Oleh karena itu, Nyonya Felly bertekad bahwa Indah hanya akan menjadi milik putranya, apa pun caranya. Nyonya Felly pasti akan memperjuangkannya.
Hati Indah tersentak oleh perkataan Nyonya Felly itu. Benar, jika memang dia menolak, seharusnya itu dilakukan sejak awal, bukan sekarang ketika pelaminan sudah ada di depan mata. Karena itu pasti akan sangat menghancurkan reputasi Nyonya Felly.
"Tidak, bukan seperti itu, Nyonya!" jawab Indah. Dia tak ingin kehancuran kehormatan keluarga Nyonya Felly terulang kembali, seperti saat dulu pernikahan Tuan Rama dengan Nona Selena. Nyonya Felly dan Tuan Rama sudah begitu baik kepadanya selama ini.
Baiklah, jika pun bukan karena cinta, maka dia akan mengabdikan dirinya kepada Tuan Rama sebagai bentuk balas budi. Tidak masalah meskipun Tuan Rama hanya menikahinya karena kasihan. Toh, dia juga diuntungkan dengan keadaan itu. Bukan harta Tuan Rama yang dia pikirkan, tetapi bayi yang daat ini ada dalam kandungannya. Dia akan bisa membesarkan putranya tanpa takut keluarga Jerry Handoko akan merebut hak asuh atas anaknya.
"Lalu...?" Nyonya Felly menatap lekat ke arah Indah, menanti jawaban atas keraguan gadis itu.
"Saya hanya merasa bahwa diri saya sungguh tak layak!" ucap Indah lalu menundukkan wajahnya.
"Aku tqhu. Dan aku akan mengajarimu satu hal..." Nyonya Felly kembali meraih tangan Indah. "Kamu tahu kan? Putraku itu orang yang sangat kaya raya? Maka manfaatkanlah dia sesukamu!!"
"Haa...?" Indah melongo mendengar ucapan calon mertuanya itu. Mana ada seorang ibu yang dengan entengnya mengkompori calon menantunya untuk memanfaatkan putranya sendiri?
"Katakanlah saat ini kau tak layak, maka jadikan dirimu layak. Rama punya banyak harta, setelah kau jadi istrinya. Gunakan harta Rama untuk merubah dirimu, dari segi apa pun, entah itu penampilan, atau kemampuan, juga pendidikan. Setelah bayimu lahir, Kau bisa melanjutkan kuliah. Kau juga bisa menggunakan harta suamimu nanti untuk menyokong kehidupan orang tua dan adikmu!!" Nyonya Felly melanjutkan ucapannya dengan panjang lebar.
"Hanya satu yang tak boleh kau lakukan. Berkhianat!!" Indah merinding mendengar suara nyonya Felly yang tiba-tiba berubah dingin. Tentu saja dia tak kan melakukan hal seperti itu. Dia bukan orang yang tak tahu terima kasih.
"Bahkan jika kau mau, kau juga bisa memanfaatkan suamimu nanti untuk membalas dendam pada mantan terindahmu itu!" Nyonya Felly melanjutkan ucapannya.
"Mana ada yang namanya mantan terindah, Nyonya!!" tiba-tiba Bibi Sumi ikut menyela.
"Benar, tak ada yang namanya mantan terindah, karena kalau indah, maka tidak akan jadi mantan!" Dalam hati, Indah menyetujui ucapan Bibi Sumi
"Ish... Bibi ini ikut nimbrung saja..." Nyonya Felly berkacak pinggang kesal, karena Bibi Sumi yang mengacaukan petuahnya, membuat dia bahkan melupakan apa lagi yang ingin dia ucapkan pada Indah.
Bibi Sumi terkikik geli melihat kekesalan Nyonya Felly.
"Ah... aku lupa..." ucap Nyonya Felly sambil menjentikkan jarinya.
"Mantanmu itu akan menjadi salah satu tamu undangan. Yaaa, itu juga kalau dia datang sih. Jadi siapkan mentalmu. Jangan perlihatkan kalau kau terluka karena penolakan mereka padamu!!"
Deg
Indah tersentak, badannya terhuyung; hampir saja dia terjatuh mendengar ucapan calon mertuanya. Untung Bibi Sumi sigap memeganginya.
"Gunakan momen ini sebagai langkah awal balas dendammu. Membalas tidak berarti kau harus berbuat jahat juga. Melihatmu lebih bahagia tanpa mereka, itu sudah jadi pukulan telak bagi mereka. Tegakkan wajahmu. Tunjukkan padanya kau sama sekali tidak membutuhkannya. Tunjukkan kau bahkan bisa mendapatkan yang lebih darinya, bahkan berkali-kali lipat!"
keselek biji kedondong gak tuh/Smug//Smug/