DILARANG PLAGIAT YA!
Seorang lelaki berjaket hitam terduduk di lantai, dia membersihkan cairan merah kental yang menodai tangannya. Dia mengambil pisau dan tongkat kasti kesayangannya, siapapun yang berani melukai wanitanya maka orang itu akan ia bebaskan dari dunia ini.
Dia adalah Dave Winata, namanya jarang didengar karena identitasnya yang sengaja dirahasiakan. Wajah dan sorot matanya yang dingin menyerang siapapun dengan tatapan elang yang siap memangsa. Hanya ada satu kelemahannya, yaitu air mata wanitanya.
Penasaran kan? Lanjut yuk ke ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sekar Arum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BERENCANA KABUR
WARNING:
SEBELUM LANJUT MEMBACA DIWAJIBKAN UNTUK RATE, VOTE, LIKE DAN TINGGALKAN KOMENTAR SESUKA KALIAN.
DUKUNGAN KALIAN ADALAH SEMANGAT UNTUK AUTHOR.
HAPPY READING 😘
.............................
"Sarapan untukmu!" ucap Dave yang menyerahkan nampan di depan Aryn.
Tapi Aryn sama sekali tidak merespon Dave.
"Kau tidak dengar?" sahut Dave lagi, sekarang ia mencoba melihat wajah Aryn yang tertutup novel.
"Aryn!" seru Dave dengan intonasi yang mulai meninggi.
Dave mencengkeram nampan dengan keras. Ia mencoba menahan emosinya.
"Letakkan saja di situ!" jawab Aryn dengan intonasi yang sama tinggi dengan Dave.
Aryn mengatakannya tanpa melihat ke arah Dave. Ia memilih untuk mengacuhkan Dave. Ia memusatkan perhatiannya pada novel yang dibacanya. Sebenarnya sedari tadi Aryn sudah takut. Keringat dingin menetes di dahinya, ia menutupi wajah takutnya dengan novelnya.
"Kalau aku sedang berbicara denganmu, lihat aku!" seru Dave dengan suara lantangnya.
Prang,
"Aaaa..." teriak Aryn.
Dave membanting nampan yang ia bawa. Bubur dan teh hangat yang Dave bawa berceceran di lantai. Untung Dave menggunakan sepatu kulit hari ini, kakinya selamat dari pecahan kaca.
Tangan Aryn gemetaran, ia sudah menyembunyikan wajahnya di balik selimut. Tubuh kecilnya bergetar, ia menangis. Trauma Aryn kembali lagi. Ia berusaha sebisa mungkin mengatasi ketakutannya.
Melihat Aryn yang ketakutan lagi karena ulahnya. Dave mendekati Aryn. Ia merasa bersalah.
"Aryn," lirih Dave.
"Aku mau pergi dari sini huhuhu!" teriak Aryn.
"Kau tidak boleh pergi," sahut Dave dengan lirih.
Dave menjambak rambutnya sendiri, ia benar-benar tidak tahu bagaimana menghadapi Aryn. Meskipun Dave kasar, selama ini tidak ada wanita yang berani menolak dan menghinanya. Semua wanita tunduk pada Dave, karena harta dan tahta yang Dave miliki. Aryn adalah wanita yang berbeda. Semakin hari tingkahnya ternyata lebih parah dari Elsa. Aryn juga lebih keras kepala. Dia selalu mengatakan ingin pulang, padahal dia tahu jika pulang ibu tirinya akan menjadikannya seorang PSK. Tetap saja ingin pulang. Itulah yang membuat Dave semakin eerrr pada Aryn.
Dave keluar dari kamarnya, meninggalkan Aryn yang masih bersembunyi di bawah selimut.
Klik,
Dave mengunci pintu dengan kunci otomatis, menggunakan kode rahasia tentunya. Kalau dengan kunci biasa, Aryn pasti bisa kabur.
"Apa dia mengunci pintunya?" gumam Aryn.
Aryn membuka selimutnya. Ia perlahan turun dari ranjang. Aryn meringis, menahan nyeri di tubuhnya. Ia berjalan dengan berpegangan pada dinding. Ia merayap hingga sampai di pintu.
"Sial! Kodenya apa ya?" keluh Aryn yang mencoba menekan-nekan nomor.
Sudah dua kali Aryn menekan-nekan kotak nomor yang ada di atas gagang pintu itu. Tapi selalu salah, ya memang karena ia tidak tahu kodenya. Apakah Dave menggunakan tanggal lahirnya sebagai kode? Entahlah Aryn oun tidak tahu tanggal lahir Dave. Ia menyerah, ia kembali ke ranjangnya dengan langkah keputusasaan.
"Aku tidak akan bisa keluar dari sini," gumam Aryn.
Aryn diam di ranjangnya, ia memikirkan cara lain untuk keluar dari mansion ini.
Jika ia meminta bantuan Silvi, pasti dia akan menolak. Karena Silvi sangat ingin Aryn menjadi Kakak iparnya untuk selamanya. Reza! Reza tentu bisa menolongnya saat ini. Tapi bagaimana Aryn bisa menghubungi Reza? Ponsel saja ia tidak punya.
Di saat Aryn benar-benar putus asa, ia tidak sengaja melihat intercom yang ada di sebelah pintu. Bagaimana bisa ia melupakan alat itu?
Aryn bergegas turun dari ranjang lagi dan merayap menuju intercom itu. Ia menekan-nekan nomor sesuai daftar nomor di sebelahnya. Ia menghubungi Ily, kepala pelayan.
"Apa bibi melihat Reza? Saya ingin bicara dengannya sekarang!"
"Tuan Reza sedang sarapan dengan Nona Silvi,"
"Tolong panggilkan sebentar! Tapi jangan bilang kalau saya yang menyuruh, bilang saja dari penjaga atau sopirnya! Suruh dia menghubungiku dengan intercom ini!"
"Baik, Nona!"
Aryn duduk menunggu di sofa yang tidak jauh dari intercom. Ia tidak melepaskan pandangannya dari benda itu. Hingga tak berapa lama, benda itu berbunyi dan lampunya berkedip.
"Ada apa?"
"Reza ini Aryn. Aku ingin keluar dari sini, Reza! Aku ingin pulang huhuhu!"
"Astaga! Apa Dave menyakitimu lagi?"
"Dia terus saja bersikap kasar kepadaku! Aku ingin pulang! Tolong bantu aku, dia mengunciku di kamarnya!"
"Kau tenanglah! Aku tidak yakin apakah aku bisa menolongmu, tapi akan aku pikirkan!"
Reza mengakhiri panggilan mereka. Aryn terduduk lemas di sofa. Sekarang, harapannya untuk bisa keluar dari mansion ini semakin kecil. Ia memutuskan untuk berbaring kembali di ranjangnya.
.....................
Sebagian karyawan berhamburan keluar dari gedung pencakar langit yang merupakan gedung dari Winata Company. Mereka akan menggunakan jam istirahat makan siang mereka untuk menyantap makanan di restoran maupun cafe sekitar kantor.
Dave, sang presiden direktur dari perusahaan itu sedang menunggu kedatangan tamunya. Ia sudah membuat janji untuk bertemu di jam makan siang.
Tok...tok...tok
"Masuk!" sahut Dave.
"Dia sudah datang, bos!" ucap Ken.
"Suruh dia masuk,"
Ken tampak berbicara dengan seseorang di depan pintu. Lalu ia membuka lebar pintu itu, seorang pria tinggi yang berambut gondrong masuk ke ruangan Dave.
"Ada keperluan apa hingga membuat presdir dari perusahaan sebesar ini memanggilku kemari!" ucap pria gondrong itu.
"Jangan bicara terlalu formal kalau tidak ada orang lain!" seru Dave yang membuat pria itu terkekeh.
"Oke oke!" jawab pria itu.
"Gua butuh bantuan lo, bro!" ucap Dave.
"Bantuan apa?"
"Cara menaklukan hati wanita!" sahut Dave.
Pria tinggi berambut gondrong itu adalah Zack. Ya! Salah satu sahabat sekaligus anggota Red Blood. Dave sengaja memanggil Zack untuk menemuinya karena ia ingin menanyakan kiat-kiat sukses mendekati wanita. Zack adalah rajanya play boy. Sekali lirik saja banyak wanita yang kecantol. Dia sangat mahir memikat wanita. Untuk itulah Dave perlu berguru dengannya.
"What! Lo serius?" tanya Zack.
"Iyalah!" jawab Dave ketus.
"Kenapa lo mendadak berubah kayak gini? Apa gara-gara bini lo yang agak mirip Elsa itu?" tanya Zack.
"Gua udah buang fotonya. Gua OTW melupakan masa lalu!" jawab Dave.
"Mimpi apa semalem?" tanya Zack yang langsung mendapat tatapan tajam dari Dave.
"Udah waktunya gua lupain Elsa!" sahut Dave.
"Terus lo mau naklukin hatinya Aryn? Bukannya lo cuma nikah kontrak?" Zack duduk di sofa depan Dave.
"Kontrak itu bisa dibatalin, asalkan kedua pihak setuju! Daripada dijodohin sama anaknya Hans, gua pilih Aryn lah! Apalagi Silvi sayang banget sama dia. Gua akan coba buka hati!"
"Oke! Gua akan coba bantu! Tapi gimana perasaan bini lo sama lo sekarang?" tanya Zack.
"Gara-gara kejadian malam itu, dia benci sama gua. Lihat muka gua aja nggak mau!"
"Emangnya lo apain?" Zack penasaran.
"Gua dorong dia. Yang gua lihat malam itu Elsa bukan Aryn. Gua nggak bisa ngontrol emosi!"
"Apa yang harus gua lakuin?" tanya Dave.
"Santai! Langkah yang lo ambil sudah tepat. Cara move on terampuh adalah dengan mencari pengganti. Di sini lo udah punya bini sebagai pengganti Elsa. Lo bakal bisa lupain Elsa dengan alami. Sekarang yang harus lo lakuin adalah bikin Aryn buka hati buat lo! So, kapan lo mau mulai? Tapi ini bakalan sulit, karena bini lo udah terlanjur benci sekaligus takut sama lo!" ucap Zack.
"Gua mulai hari ini!" seru Dave dengan penuh keyakinan.
.....................
Jangan lupa like dan vote! Rate juga ya! ❤️