Remake dari karya berjudul Emas yang belum lama di rilis dan karya teman penguasa berlengan satu yang sudah di drop.
Kisah seorang pria yang selalu di hina akibat dia hanya memiliki satu lengan. Dia di khianati istri yang sewaktu smp di tolongnya sampai mengorbankan lengannya. Mertua dan iparnya menganggap dia sampah karena dia sering di pecat karena kondisi nya.
Dia sempat berpikir mengakhiri hidupnya dan di tolong, dia mendapat lengan bionik karena kebetulan dan sempat mau di bunuh oleh selingkuhan istrinya, namun di saat kondisinya sudah kritis, lengan bionik nya malah menolongnya dan memberinya kekuatan untuk mengubah nasib. Bagaimanakah kisah perjalanan hidup baru nya ?
Genre : Fiksi, fantasi, drama, komedi, supranatural, psikologi, menantu terhina, urban.
100 % fiksi, murni karangan author. mohon like dan komen nya ya kalau berkenan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
Sementara itu, beberapa saat setelah Richard dan Hiro meninggalkan kontrakan, Vania terduduk di sofanya dan terlihat dia berpikir keras,
“Lengan....prostetik ? jadi dia ada di rumah sakit selama sebulan dan tidak bilang pada ku ? apa ini ? sejak kapan dia berani berontak seperti ini ? dimana dia sekarang ?” tanya Vania dalam hati.
Tangannya meraih smartphone di meja, dia mencoba sekali lagi menghubungi smartphone Marlon dan tentu saja “nomor yang anda hubungi tidak terdaftar, silahkan periksa kembali nomor tujuan anda,” Vania menggertakkan giginya setelah beberapa kali mendengar suara operator yang mengatakan hal itu itu saja dengan sempurna. Jarinya mulai lincah bergerak di layar smartphone mengirim pesan kepada Marlon.
Setelah itu dia bersandar di sofa nya dan menaikkan kakinya, duduk bersila sambil menarik nafas, tiba tiba “tok...tok,” pintu kontrakan nya di ketuk seseorang lagi. Walau malas, dia berdiri dan berharap kalau yang datang adalah si buntung, namun ketika dia membuka pintunya, wajahnya mendadak berubah total,
“Apa kabar sayang,” sapa Ditto yang berdiri di balik pintu membawa bunga dan kantung plastik berisi makanan.
“Mau apa lagi ? bukankah papa sudah menolak pertunangan kita ?” tanya Vania.
“Ah jangan seperti itu, aku mengunjungi mu karena kita teman kan ?” tanya Ditto santai.
Vania terdiam sejenak, kemudian dia membukakan pintu dan mempersilahkan Ditto masuk, tapi dia langsung terkejut karena di belakang Ditto ada satu orang pria lagi,
“Loh kakak ? ngapain ?” tanya Vania.
Teddy langsung memeluk dan cipika cipiki dengan adiknya seperti gaya seorang mafia di film dan novel.
“Mau main aja, kok gitu sih reaksinya,” jawab Teddy.
“Bukan, kok bisa sama Ditto ?” tanya Vania.
“Oh tadi kebetulan ketemu, bener ga Dit ?” tanyaTeddy santai.
“Yoi bro,” jawab Ditto melangkah masuk ke dalam.
Akhirnya setelah semua duduk di ruang tengah dan Vania menghidangkan minuman untuk mereka, Teddy yang melihat ada dua gelas di meja langsung bertanya,
“Tadi ada siapa sebelum kita ?” tanya Teddy sambil melirik gelas.
“Pak Richard, pemilik rumah sakit Dirgantara dan seorang dokter dari luar negeri,” jawab Vania singkat.
“Loh mau ngapain ? kamu sakit sayang ?” tanya Ditto sok perhatian sambil mencoba meraih rambut Vania.
“Apa sih, enggak lah, soal Marlon,” jawab Vania sambil mengibaskan tangan Ditto.
“Apa ? si buntung ? emang dia masih pulang ?” tanya Ditto kaget.
“Hah...tau dari mana kamu dia ga pulang ?” tanya Vania lebih kaget.
“Aduh Van, kamu udah ku bilangin jangan mikirin si buntung, aneh lah kamu, malah menolak perjodohan dengan Ditto, apa sih mau kamu sebenarnya ?” tanya Teddy dengan nada sedikit tinggi karena adiknya masih menyinggung soal Marlon.
“Apa sih, Marlon sama aku belum cerai kali, masa iya mau langsung merid aja,” balas Vania membela diri.
“Iya tapi hidup sama dia (melihat sekeliling) lihat rumah ini, walau ini kontrakan papa, tapi coba lihat lah, kalau sama Ditto kan tidak perlu seperti ini,” ujar Teddy.
“Jangan berisik lah kak, trus kemari mau apa ?” tanya Vania.
“Gini Van, kamu tau kan Tristan ?” tanya Teddy.
“Tau, kenapa dia,” jawab Vania.
“Perusahaan papa nya kan saingan perusahaan keluarga kita di ibukota, kamu coba deketin dia gih, aku dengar dengar dia ada di kota ini, ngurusin bisnis papa nya di sini,” balas Teddy.
“Trus supaya apa ?” tanya Vania.
“Gini, aku dan Teddy berencana mengambil lahan mereka di sini, kalau dia bersama kamu kan bisa kamu bujuk supaya kita bisa kerja sama dengan nya dan pelan pelan mengambil alih semuanya, tidak perlu dengan cara kotor kan, dah gagal juga kemaren, pokok nya tenang, kamu dapat jatah juga kok, ini proyek kita bertiga,” jawab Ditto.
“Hmm....bagian ku berapa ?” tanya Vania.
“Banyak dah pokoknya, kamu bisa pindah dari kontrakan ini tanpa musti menunggu si buntung sukses, karena sudah di pastikan dia ga bakal sukses,” jawab Ditto tersenyum sinis.
“Hmm gitu ya ? beneran kak ?” tanya Vania sambil menaikkan satu kakinya dan melipat tangannya di dada.
“Yap beneran, papa kita dan papa nya Ditto kan mau ekspansi ke sini, jadi kita hajar di sini dan buat mereka hancur di sini, selagi mereka sibuk mengurusi semua yang ada di kota ini, kita hajar mereka di ibukota,” ujar Teddy tersenyum licik.
Vania menundukkan kepalanya berpikir dengan keras, tak lama kemudian, senyum licik pun muncul di wajahnya, tapi dia tetap berhati hati dan melihat dua pria di depannya,
“Ok, tapi perjanjiannya harus jelas,” balas Vania.
“Sip, pasti dong sayang,” balas Ditto.
“Ok lah (menoleh melihat Ditto dan memegang pundak nya) lo masih mau di sini ?” tanya Teddy.
“Lo mau duluan ga apa apa,” balas Ditto.
“Sip, gue duluan ya,” balas Teddy.
“Mang mau kemana kak ?” tanya Vania.
“Ada orang yang mau ku kunjungi,” jawab Teddy.
“Ok, kalau gitu,” balas Vania.
Teddy pun berdiri dan langsung keluar dari rumah, setelah pintu tertutup, Ditto langsung pindah ke sebelah Vania dan merangkul Vania dengan mesra, kali ini Vania membiarkan Ditto meraba raba gundukan nya yang besar, bahkan dia menurunkan kakinya agar Ditto bisa menyelipkan tangannya ke dalam celana Vania.
“Eh...aku belom mandi loh ?” tanya Vania menggoda.
“Memang kanapa ?” tanya Ditto.
“Mau mandi bareng ?” tanya Vania.
“Boleh deh yuk, sempit sempit deh hahaha,” jawab Ditto.
Keduanya berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi, mereka langsung melucuti pakaian mereka kemudian berciuman dengan panas, tangan Vania menyalakan shower untuk menghujani tubuh mereka yang sudah telanjang. Ditto mulai menjelajahi tubuh Vania jengkal demi jengkal, mulai dari bahu, kedua gundukan besar dan pucuknya, sampai pada akhirnya turun ke antara kedua kakinya,
“Aaaakh,”
Vania mengerang hebat, kedua tangannya memegang kepala Ditto dan wajahnya menengadah ke shower di atasnya. Namun ekspresi wajahnya nampak datar seperti tidak merasakan apa apa,
“Begitu aku punya uang, aku cari kamu fokus cari kamu buntung dan jangan pikir kamu bisa lari dari ku,” gumam Vania dalam hatinya.
******
Sementara itu, di kolong jembatan, lokalisasi tempat Amanda dan Andika tinggal sebelumnya, “klap,” Teddy turun dari mobilnya, dia berjalan ke sebuah ruko, terlihat semua preman di sana hormat ketika melihat Teddy. Dengan santai dan sambil bersiul, dia naik menuju ke kantor Cindy yang merupakan pengelola di sana. “Tok...tok...kreek,” Teddy masuk ke dalam, Cindy yang melihat Teddy langsung berdiri dan menghampiri Teddy dengan gaya jalannya yang khas.
“Wah bos Teddy, ada apa kemari ? kok ga telepon dulu sih ?” tanya Cindy.
“Udahlah jangan basa basi, yang waktu itu masih perawan namanya siapa ?” tanya Teddy.
“Oh dia, kenapa ?” tanya Cindy.
“Dia available ?” tanya Teddy.
“Wah sayang sekali, dia sudah ga di sini, udah keluar,” jawab Cindy.
“Hah...udah ga di sini ?” tanya Teddy kaget.
“Iya, dia sudah menikah dan pergi, suaminya kaya dan membayar semua hutang keluarganya, sama yang lain aja bos, bisa nyelup, kalau sama si perawan kan hanya bisa pijit,” jawab Cindy sambil merayu.
“Sori, ga minat, siapa nama laki laki yang meminang dia ?” tanya Teddy.
“Wah...saya ga tau, dia pernah kesini sih, orangnya ganteng banget, tapi dia ga sebut namanya,” jawab Cindy.
“Ok lah kalo gitu,” balas Teddy nampak kecewa.
“Saya pilihin yang lain ya bos, sama Sarah aja, walau udah bolong tapi masih legit banget kok, dia juga jarang melayani pakai bawahnya, muka nya juga ga kalah cakep sama si perawan kok,” Cindy merayu menawarkan bisnis nya.
“Ya udahlah, suruh siap siap, saya tunggu di kamar biasa, kebetulan aja lagi pegel juga,” ujar Teddy berbalik.
“Beres bos (plok plok....Ijal masuk ke dalam ruangan) Ijal, panggil Sarah supaya siap siap,” ujar Cindy.
“Ok mami (menoleh melihat Teddy) mari bos, saya antar ke kamar,” ujar Ijal ramah.
“Klap,” Teddy keluar dari ruangan bersama Ijal, Cindy kembali duduk di kursinya, “haaaah,” dia menarik nafas panjang dan tersenyum seakan akan meledek sembari menggelengkan kepalanya perlahan, namun raut wajahnya nampak lega.
“Dasar bos gila, adik sendiri mau di makan juga, untung kamu udah menikah Amanda, semoga kamu sekarang bahagia, aku selalu doakan kamu,” ujar Cindy dalam hati dan tersenyum dengan mata sedikit sedih.
mohon maaf lahir dan batin
tapi juga jangan lupa jaga kesehatan dan kebarokahan diri sendiri