Cinta yang ngga mungkin bersatu. Malik Arkana Artha Mahendra sudah berusaha melupakan cinta terlarangnya pada Liliana Aldrin. Tapi kabar gadis itu masih hidup membuat cintanya bangkit lagi
Semoga suka, ya❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lolos?
Setelah kepergian Malik dan rombongan wanita beda generasi, Fazza menghembuskan nafas lega.
"Syukurlah dia mau menurut," komen Jeff.
"Ya."
Hening.
"Mereka kecele," kekeh Kaysar. Kaysar cs sudah tau kalo Malik sedang diincar. Jadi malam ini mereka berniat mau meringkus Dante dan pengawal pengawalnya.
"Kita harus lebih hati hati menjaga Malik dengan kekasihnya," timpal Eriel.
"Ya," sahut Zayn.
"Semoga dia ngga sadar kalo kita akan menyergapnya," tukas Devin.
Tapi yang menyebalkan laki laki itu sepertinya sedang mengenakan topeng tipis untuk mengelabui wajahnya.
Sia alan!
"Aku memang sudah mencurigai laki laki yang menginap di kamar 605," sambung Devin lagi.
"Sebaiknya kita ke sana. Anak anak kita juga sedang ke sana juga, kan," timpal Jeff sambil mempercepat langkahnya.
Dia sudah ingin cepat cepat mengakhiri ini.
Eleanor memang sudah mati, tapi teror yang wanita itu berikan masih saja berlanjut sampai sekarang
"Ayo!" respon Eriel menjejeri langkah Jeff. Dia pun sama muaknya dengan Jeff dan ingin semua ini cepat selesai.
*
*
*
"Kekasihmu kenapa?" tanya Bara yang berpapasan dengan Malik dan rombongannya.
Hera yang berada di samping papinya ngga bisa menyembunyikan tatapan irinya pada Cassie yang sedang digendong Malik.
Malik terlihat sangat memperhatikan kekasihnya.
Apa kelebihannya sampai Malik bisa secinta itu?
"Kurang sehat, om," jawab Malik sopan. Tatapannya hanya tertuju pada Bara.
"Sakit apa? Sudah panggil dokter?" tanya Bara jadi khawatir.
"Kamu lupa kalo ada oma.Khanza, sayang," senyum Moana-istri Bara sambil mendekat.
"Oh iya...." Senyum Bara melebar, juga senyum para wanita yang beda generasi itu.
"Kamu kenapa Hera?" Moana bisa melihat bekas aliran air mata di pipi Hera.
"Tid tidak apa apa, mam," ucap Hera pelan.
"Ya, sudah kalo begitu. Kamu nginap di hotel saja. Kita semua juga bakal nginap," ucap Moana lembut.
Hera mengangguk pelan.
"Iya, mam."
"Ayo, Malik, biar Cassie lebih cepat istirahatnya," ucap Oma Khanza. Dia agak malas berbasa basi setelah mendapat laporan dari Dewa akan kelakuan Hera.
"Oh iya, Oma."
"Cepat sembuh, ya, Cassie," ucap Bara saat Malik melewatinya.
"Terimakasih, om." Wajah Cassie makin merona. Malik benar benar membuatnya seolah sedang sakit parah.
Rombongan itu segera pergi meninggalkan Bara dan Hera.
"Nanti papi akan kenalkan kamu dengan laki laki yang akan bisa mencintai kamu apa adanya," ucap Bara sambil menatap Hera lembut.
"Iya, Papi."
"Ziyan juga belum punya pacar," tawar Bara walaupun nadanya agak ragu. Khawatir mantan bosnya Zain kurang berkenan.
Apalagi kalo mereka tau tadi kelakuan Hera.
Sangat memalukan!
Tadi saja Bara merasa gentar juga melihat tatapan Cleora.
Tanpa sadar Hera menghela nafas panjang.
"Ngga usah, Pa. Aku mau fokus karir dulu," tolak Hera, dia masih penasaran dengan Malik.
Hera juga ngga minat untuk membuka hati untuk laki laki lain.
Wajah Bara langsung cerah.
"Oke. Papi senang dengarnya."
Hera memaksakan senyumnya agar papinya percaya.
*
*
*
BRAAAK!!
Pengawal pengawal Devin langsung mendobrak kamar yang dicurigai ditinggali Dante.
Dewa, Deva, Theo, Sean dan Ziyan yang ikut bersama pengawal itu cepat memasuki kamar yang sudah berantakan.
Dewa, Deva dan Theo segera menuju balkon. Sedangkan Sean dan Ziyan memeriksa kamar mandi dan ruangan lainnya.
DUG
Terdengar bunyi benda yang bertabrakan keras dengan tembok.
"TIARAAAP...!" seru Theo yang melihat seseorang sedang menuruni balkon hotel dengan memggunakan tali dan mengacungkan pistol ke arah mereka.
PLUP
TUK
Peluru mengenai tembok di dekat mereka bertiga.
PLUP!
PLUP!
Dewa masih nekad balas menembakkan pistolnya dan terdengar suara sumpah serapah dari bawah sana.
BUUKKK!
Deva dan Theo berusaha mengintip sambil menembakkan pistol berperedam mereka.
"Si al!"
Umpat Theo dan Deva bersamaan. Laki laki itu berhasil kabur.
"Gila, dia hanya pake tali ini turun dari lantai enam." Theo menggelengkan kepalanya sambil memegang seutas tali tambang yang diikatkan pada celah balkon.
"Dia sepertinya ke basemen," ucap Deva sambil menatap kembarannya.
Dewa segera menghubungi beberapa pengawal yang ada di basemen.
"Dia berhasil kabur?" tanya Sean yang baru muncul dari dalam ruangan.
"Sepertinya dia sudah tau akan disergap," tukas Theo kesal.
Berarti dia juga punya mata mata
"Aku sudah kumpulkan jejak sidik jarinya," ucap Ziyan sambil menunjukkan sebuah kantong plastik.
Kemudian dia menunjukkan topeng tipis yang dia temukan di atas meja.
"Kita akan sulit menemukannya. Dia punya banyak wajah palsu. Lihat aja topengnya yang dia tinggalkan, pasti dia masih punya lagi yang lainnya," lanjut Ziyan.
"Huuuhff..." Sean menghembuskan nafas kesal.
Opa Rakha is calling.....
"Yakin dia berada di basemen?"
Sean menatap Dewa, Deva dan Theo.
"Apa?" tanya Dewa.
"Sepertinya opa ngga menemukan dia di basemen......"
Deva dan Theo menatap Dewa.
"Dia beneran nggak ada di basemen," suara Opa Rakha terdengar lagi karena Sean mengonkan loudspeakernya.
"Tadi waktu kamu nembak, dia udah di bawah, kan?" tanya Deva memastikan.
Dewa terdiam. Dia memang sempat lihat laki laki itu jatuh ke bawah. Tapi hanya sebentar, karena dia harus berlindung akibat laki laki itu terus menembak ke arahnya.
"Berarti dia masih di hotel....." Suara Opa Rakha terdengar lagi.
"Aku akan periksa rekaman cctv opa," ujar Sean
"Oke." Opa Rakha menutup telponnya.
Sean menatap sahabat sahabatnya.
"Dia bahaya."
"Ya," sahut Deva.
Sementara Fazza cs juga memasuki kamar. Memeriksa tiap sudut ruangan bersama para pengawal.
"Om Devin lagi ngecek rekaman kamera cctv," ujar Fazza membuat Sean cs menoleh.
"Aku sepertinya melukainya," lapor Dewa.
"Iya, opa Kendra menemukan nofa darah. Tapi anehnya dia kemana?" Nathan ngga nyangka mereka gagal.
"Ada orang lain juga, dad, yang menembak selain Dante," tambah Deva.
Saat dia mengacungkan pistolnya, dia terpaksa membatalkan tembakannya karena ada pistol dari laki laki lain yang juga teracung padanya.
"Betul. Mereka sepertinya juga sedang bersiap di bawah," tambah Theo.
Eriel melihat topeng tipis yang dipegang Ziyan.
"Kita harus hati hati. Dia tau kita dengan sangat jelas. Tapi kita ngga tau topeng wajah sepert apa yang dia pakai," ucapnya yang membuat yang lainnya terdiam.
*
*
*
Setengah jam sebelumnya.
Dante yang baru saja melepas topeng tipisnya, menerima panggilan telpon pengawalnya dengan nada marah.
"ADA APA?!"
"Tu tuan. Cepat kabur. Mereka sudah tau keberadaan anda, tuan. Sekarang mereka sedang menuju kamar anda...!"
"APA?"
Dengan buru buru dia mengambil tali yang sudah dia siapkan jika harus kabur dalam keadaan terpaksa seperti ini.
Tapi dia melupakan topeng yang diletakkan di atas meja.
Akhirnya setelah berhasil menyelamatkan diri dari baku tembak yang melukai bahunya, dia berhasil juga menaiki kamar yang berada satu tingkat di atasnya.
Tembakan tembakan pengawalnya memuluskan langkahnya mencapai balkon itu.
Dia tak lupa menembak beberapa kamera cctv yang ada di sana.
"Si-al!" makinya penuh emosi saat memasuki kamar yang memang sudah dia pesan sebelumnya buat berjaga jaga dalam keadaan darurat seperti ini.
Semoga ingatan Lili segera pulih
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
Liliana adalah Cassie,, Cassie adalah Liliana..
hayu ingat Cassie sayang., ❤
berdarah , pingsan, setelah sadar ingatan nya kembali.
Hera dpt karma atas perbuatan nya
maka jadi perempuan jgn murahan
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
kok Hendra di paksa ele... masak sih.... secara diumur beda jauh kan...
akibat Hera gatal sih maka nya Dy di gituin cowok
DinDut Itu Pacarku ngasih iklan
udah jelas² circle nya Malik Cs gak ada respect sama loe.. gak usah cari perhatian dech... bikin malu mommy Maona dan papi Bara aja
😖😖
DinDut itu pacarku ngasih iklan