Awalnya aku merasa melayang dan jatuh cinta, tapi setelah tahu alasannya memilihku hanya karena aku mirip cinta pertamanya, membuat hatiku terluka.
Bisakah aku, kabur dari obsesi cinta suamiku🎶
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18. Dering Suara Hp
Tanpa pemberitahuan atau menelpon, Tuan Bastian dan sekretarisnya membuat pagi yang tenang di klinik kesehatan menjadi heboh.
Sekitar jam 8 pagi, setelah Viola selesai menyuapi ibu, dan Venus sedang mengemasi barang-barang ibu, bibi perawat berjalan tergopoh-gopoh memasuki ruangan perawatan.
"Vio! Venus! ada tamu, ada tamu untuk kalian. Hah! Bagaimana kalian bisa kenal dengan beliau?"
Viola meletakkan piring.
"Siapa lho Bi?"
"Itu lho, tuan pemilik Vila." Bibi perawat mengusap keningnya.
"Apa!" Viola dan Venus berteriak bersamaan.
Ibu dan satu orang pasien serta keluarganya terlihat saling pandang ikut bingung. Tentu saja mereka tahu tentang pemilik vila, walaupun belum pernah melihat orangnya.
Kenapa sampai bibi perawat juga tahu tentang pemilik Vila! Viola bangun dari duduk, sekarang aku harus apa dulu! Aaaaaa! CEO gila!
Bibi perawat meneruskan bicaranya sembari Viola berfikir mau melakukan apa.
"Beliau, beliau itu penyumbang dana untuk klinik ini. Selain beliau membeli vila, beliau juga menyumbang dana yang banyak sekali buat klinik ini, padahal klinik ini sudah mau kolaps karena banyak banget yang nunggak kan, hutang pembayaran kan." Bibi perawat memukul bahu Venus, yang dipukul cemberut karena dia salah satu pelaku hutang. "Beliau datang seperti penyelamat bagi klinik ini."
"Ja.. jadi beliau menyumbang untuk klinik juga Bi?" tanya Venus. "Ba.. baik ya mereka."
Venus menutup mulutnya, sebenarnya tidak mau memuji, tapi pujiannya meluncur begitu saja. Dia sudah punya istri! Vio hanya akan jadi istri kedua. Tapi walaupun begitu, dia tetap orang baik kan.
Venus mulai goyah.
Bibi perawat menggoyangkan kepalanya karena malah bicara melantur kemana-mana.
"Haduh bukan itu yang penting sekarang, katanya beliau datang bukan untuk melihat keadaan klinik, tapi untuk menjenguk ibu kalian."
Venus terguncang kaget, Viola pias. Apa yang mau kalian lakukan! Begitulah teriakan di kepala Viola menggema.
Padahal aku sudah memohon-mohon supaya dia tidak datang kemarin, Aaaaaa! Vio memang kapan si CEO gila dan sekretarisnya itu pernah mendengar kata-kata mu. Cuma bisa berteriak kesal sendiri Viola.
"Mereka ada di mana Bi?" tanya Viola dan Venus bersamaan.
"Sedang bicara dengan kepala klinik. Kalian benar-benar kenal dengan beliau?"
Bibi perawat menunjuk pintu keluar, dan bersamaan dengan pintu itu terbuka. Semua orang langsung pandangannya tertuju ke satu arah.
Kepala klinik masuk, dikuti oleh Tuan Bastian dan juga sekretarisnya, tangan Viola sudah berkeringat saking tegangnya. Venus diam-diam memegang lengan Viola.
Be.. benar-benar, dia benar CEO Hexana Group dan sekretarisnya. Venus memang belum pernah bertemu langsung dengan Bastian, dia hanya melihat dari jauh, tapi kalau dengan sekretarisnya, dia sudah bicara secara langsung kemarin.
Wajah Venus ikut pucat sekarang.
Saat kepala klinik bicara memperkenalkan Tuan Bastian sebagai penyumbang dana, Venus hanya bisa mengganguk-angguk. Ibu tersenyum senang dan beberapa kali mengucapkan terimakasih. Begitu pula pasien yang dirawat satu ruangan dengan ibu.
Kepala klinik tertawa senang sekali, dia bangga bisa menjelaskan situasi tentang klinik pada penyumbang dana.
Viola masih membeku diam, dibawah sorot mata tajam Bastian yang meliriknya sesekali. CEO gila! pekik Viola dalam hati.
Dan saat tuan sekretaris mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Venus, laki-laki itu refleks mengusap tangannya di celana dan mengulurkan tangannya kikuk.
Tuan sekretaris bicara seolah-olah sangat kaget ketika mengetahui Venus adalah kakak Viola. Venus hanya menjawab dengan gelagapan.
Kakak, dimana sesumbarmu kemarin! jangan tertipu! Kalau mereka tahu kau kakakku, kau pasti sudah habis dikerjai mereka! Hati Viola yang rasanya ngilu sendiri.
"Tentu saja, Anda kan kakak wanita yang dicintai Tuan Bastian," ujar tuan sekretaris dengan ramah.
"Hah..."
"Tentu saja saya harus menghormati Anda," ujar tuan sekretaris sambil menganggukkan kepala. "Senang bertemu lagi dengan Anda, Tuan Venus."
"Hah? ba.. baik. Senang bertemu dengan Anda juga."
Kakak! jangan tertipu! Mereka ini orang gila! Saat Viola melirik Bastian, laki-laki itu mengulurkan tangan ke arah Viola.
"Vio, kemarilah."
Deg..
Venus pucat, ibu kaget, apalagi bibi perawat dan kepala klinik. Suasana di ruang perawatan benar-benar campur aduk, apalagi saat Viola berjalan ke samping Bastian, dan tangan laki-laki itu menyentuh lengan Viola.
Adikku, gumam Venus menatap tangan Bastian yang bertengger di bahu Viola.
"Ibu, Kakak," ujar Bastian.
Ibu kaget, melihat ke Venus. Laki-laki itu tidak bisa memberi jawaban apapun pada ibu.
Bastian kembali bicara.
"Maaf, baru bisa menyapa kalian secara resmi hari ini. Saya Bastian, kekasih Viola."
Viola bisa merasakan, usapan tangan Bastian di bahunya.
"Apa? Pacar Viola? Anda? pemilik vila pacar anak saya Viola?"
Bastian tersenyum pada ibu, senyum yang terasa hangat dan tulus, sampai Viola terkejut, karena Bastian bisa tersenyum seperti itu.
"Benar Bu, maaf, saya baru bisa menyapa ibu dan kakak hari ini, saya pemilik vila, sekaligus CEO Hexana Group."
Kakak? CEO Hexana Group memanggilku kakak, Venus semakin goyah. Menggeser kalimat dia sudah punya istri yang berdengung di kepalanya. Dia sopan dan baik ternyata gumamnya lagi.
"Hexana Group? bukannya itu perusahaan, Venus yang punya hutang kan?" Ibu berujar bingung.
"Benar Bu, kalau tahu desainer itu kakak Viola, saya pasti tidak akan mempermasalahkan tentang uang 100 juta itu." Viola bisa merasakan sekali lagi, tangan Bastian yang mengusap bahunya. "Anggap saja, hutang itu sudah lunas, kakak tidak perlu mengembalikan apapun," ujar Bastian.
Semua orang yang ada di dalam ruangan tercengang kaget.
"Hah? lu.. lunas.. tapi hutang saya itu 100 juta." Venus gelagapan bicara.
"Kakak kan kakaknya Viola, bagaimana bisa saya menagih uang pada kakak wanita yang saya cintai."
Tekanan tangan Bastian di bahu Viola menguat, gadis itu mendongak dan tersenyum pada Bastian.
Hiks, ibu, kakak! disatu sisi Viola berharap mereka tidak tertipu kata-kata manis Bastian, namun disisi lain, tentu saja mereka harus tertipu, supaya semua bisa berjalan sesuai rencana.
"Ibu, Kakak, maaf, aku tidak mengatakannya. Kami sudah berkencan lama, maaf baru memperkenalkan Kak Bastian pada kalian. Kakak, kakak tidak berterimakasih, karena hutang kakak pada Hexana Group sudah dianggap lunas?"
"Ah, benar.. benar juga. Te.. terimakasih, saya benar-benar mengucapkan terimakasih. Semoga Hexana Group semakin jaya kedepannya, saya sungguh sangat berterimakasih.
Bastian tersenyum lagi.
"Kakak, terlepas Kakak itu kakaknya Viola atau bukan, saya sangat suka dengan desain yang kakak buat, apa Kakak mau bergabung dengan Hexana Group? kami akan memberikan tawaran profesional dan gaji yang bagus untuk Kakak."
Tidak! Jangan! Viola menjerit, tapi cuma dalam hati. Karena sekali usapan tangan Bastian di bahunya menguat.
"Tentu saja, tentu saja saya mau. Saya mau bergabung dengan Hexana Group."
Venus terjerat semakin dalam dengan kata-kata manis Bastian, dia benar-benar menjadi sandra Viola. Yang semakin mengikat Viola dan membuat gadis itu tidak bisa lari kemana-mana.
Orang-orang di dalam ruang perawatan tampak gembira, ibu terlihat sumringah. Putrinya memiliki kekasih yang baik hati dan sopan, sementara hutang putranya lunas begitu saja. Tentu saja ibu terlihat semakin sehat.
"Vio, angkat hpmu, ada yang menelepon," suara Bastian mengejutkan Viola.
Gadis itu juga mendengar suara hpnya berdering beberapa kali. Gadis itu mencari-cari dimana hpnya. Dering hp semakin keras.
Tiba-tiba...
Bola mata Viola mengerjap kaget, matanya berputar menatap langit-langit ruangan. Hah? aku dimana?
Suara dering hp, mengembalikan kesadaran Viola, dia bangun dari tiduran. Sekarang, dia ada di kamar.
"Aku bermimpi tentang masa lalu?"
Dering hp semakin keras, disambarnya hp di dekat kaki. Viola tersentak kaget. Ada 10 panggilan dari suamiku tercinta 💖.
Dengan tangan gemetar Viola menggeser layar. Wajah dingin suaminya memenuhi layar.
"Maaf Kak.. aku.."
"Vio..." suara rendah Bastian terdengar.
"Ma.. maaf Kak, aku ketiduran."
Terdengar suara helaan nafas Bastian.
"Turunkan hpmu, aku mau melihat kakimu."
Bersambung