NovelToon NovelToon
Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Pangeran Sampah Yang Menyembunyikan Kemampuannya

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Akademi Sihir / Harem / Romansa / Menyembunyikan Identitas / Slice of Life / Light Novel
Popularitas:9.2k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Seorang pengguna roh legendaris, yang sepanjang hidupnya hanya mengenal darah dan pertempuran, akhirnya merasa jenuh dengan peperangan tanpa akhir. Dengan hati yang hancur dan jiwa yang letih, ia memutuskan mengakhiri hidupnya, berharap menemukan kedamaian abadi. Namun, takdir justru mempermainkannya—ia terlahir kembali sebagai Ferisu Von Velmoria, pangeran ketiga Kerajaan Velmoria.

Di dunia di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk menjalin kontrak dengan roh, Ferisu justru dikenal sebagai "Pangeran Sampah." Tidak ada roh yang mau menjawab panggilannya. Dipandang sebagai aib keluarga kerajaan, ia menjalani hidup dalam kemalasan dan menerima ejekan tanpa perlawanan.

Tetapi saat ia masuk ke Akademi Astralis, tempat di mana para ahli roh belajar tentang sihir, teknik, dan cara bertarung dengan roh, sebuah tempat terbaik untuk menciptakan para ahli. Di sana Ferisu mengalami serangkaian peristiwa hingga akhirnya ia menunjukkan siapa dirinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 16 : Aku Menantangmu Duel!

Satu minggu di Akademi Astralis sudah cukup bagi Ferisu untuk mendapatkan perhatian dari semua orang, meski bukan perhatian yang positif. Sikap malas dan acuh tak acuhnya menjadi topik pembicaraan di berbagai sudut akademi. Namun, perhatian terbesar justru datang dari Viana Voltaire, siswi berbakat yang menjunjung tinggi nilai kerja keras dan prestasi.

Di dalam kelas, Viana mengamati Ferisu yang dengan santainya tertidur di meja. Mata hijau zamrudnya memancarkan kilatan risih. "Sungguh tidak masuk akal... kenapa dia ada di sini kalau hanya untuk tidur sepanjang waktu?" gumam Viana dalam hati.

Bel istirahat berbunyi, menggema di seluruh ruangan. Ferisu perlahan bangun, meregangkan tubuhnya dengan malas sebelum keluar kelas bersama dua tunangannya, Erica dan Licia.

Viana yang penasaran sekaligus frustrasi segera berdiri dari bangkunya, memutuskan untuk berbicara dengan Erica. Ia mempercepat langkahnya, memanggil gadis itu dengan suara tegas.

"Erica-sama, apa saya bisa meminta waktu Anda sebentar?"

Erica berhenti dan menoleh bersama Ferisu dan Licia. Tatapan Erica menunjukkan sedikit kebingungan, namun tetap menjaga sikap sopan.

"Ada perlu apa, Viana-sama?" tanyanya.

Viana menatapnya serius, "Aku ingin berbicara empat mata dengan Anda."

Sebelum Erica sempat menjawab, Ferisu tiba-tiba menghela napas panjang. "Temani saja dia," katanya santai. "Aku dan Licia akan menunggu di tempat biasa."

Ferisu melambaikan tangan tanpa peduli dan mulai berjalan pergi bersama Licia, meninggalkan Erica dengan Viana.

Erica mendecakkan lidahnya kesal. "Tch! Selalu saja seperti ini..." gumamnya pelan, cukup untuk didengar oleh Viana.

Viana hanya bisa terdiam. Sikap santai Ferisu dan reaksi Erica membuatnya bingung harus bereaksi seperti apa.

Erica akhirnya menatap Viana, menghela napas panjang. "Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan denganku?"

"Ini tentang tunangan Anda, Pangeran Ketiga, Ferisu," jawab Viana langsung.

Erica tampak kurang tertarik, matanya sedikit menyipit. "Jadi hanya karena itu? Kalau begitu, lupakan saja. Aku akan terlambat makan siang," ucapnya, melangkah pergi dengan cepat.

"Kenapa Anda masih bertahan dengannya?" tanya Viana cepat, mencoba menghentikan Erica. "Maksudku... bukankah dia cukup—"

Namun, sebelum Viana bisa menyelesaikan kalimatnya, Erica memotongnya dengan nada dingin. "Entahlah, mungkin karena aku pernah melihat sisi lainnya."

Tanpa memberi penjelasan lebih lanjut, Erica pergi meninggalkan Viana yang berdiri terpaku.

Viana menatap punggung Erica yang menjauh. Di dalam pikirannya, pertanyaan-pertanyaan baru mulai bermunculan. "Sisi lain? Apa yang dia maksud? Apa mungkin aku melewatkan sesuatu tentang Pangeran Ferisu?"

Ketika Viana kembali ke kelas, pikirannya dipenuhi oleh rasa penasaran. Sosok Ferisu yang selama ini terlihat seperti tidak peduli dan malas mulai terasa lebih misterius baginya.

...----------------...

Semenjak hari itu, Viana Voltaire mulai memperhatikan Ferisu lebih serius. Namun, setelah satu minggu berlalu, kesabarannya benar-benar habis. Setiap hari, Ferisu hanya terlihat tidur di kelas, bangun saat istirahat, lalu makan siang bersama dua tunangannya. Ketika ada latihan di lapangan, dia bahkan tidak menunjukkan niat sedikit pun untuk ikut serta, hanya duduk santai di tepi dan memandang dengan rasa bosan.

Suatu siang, saat berada di kantin, Viana tak sengaja mendengar percakapan dua pelayan.

"Hei, kamu pelayannya Erica-sama, kan?"

"Ya, ada yang bisa saya bantu?"

"Kenapa Erica-sama masih mau bertahan dengan Ferisu-sama?"

Pelayan Erica menggelengkan kepala dengan ragu. "Sebenarnya, saya juga tidak tahu. Tapi Duke Valcrest memerintahkan saya untuk bersikap ramah terhadap Ferisu-sama."

Viana mendengarkan dengan saksama, pikirannya mulai dipenuhi tanda tanya. "Bahkan Duke Valcrest, seorang bangsawan yang dihormati, menaruh perhatian pada pangeran sampah itu?"

Dia merenungkan informasi itu. Hal ini semakin membuat rasa penasaran Viana memuncak. "Apa yang sebenarnya disembunyikan oleh Ferisu? Mengapa seorang Duke rela memerintahkan pelayannya untuk memperlakukan Ferisu dengan hormat?"

Namun, itu belum semuanya. Pikiran Viana kembali terusik ketika dia mengingat tunangan Ferisu yang lain. "Licia adalah putri dari negeri Elf... Ras yang dikenal sangat menjunjung tinggi kehormatan dan kebanggaan. Lalu, kenapa kerajaan Elf mengizinkan putri mereka bertunangan dengan pangeran yang bahkan tidak memiliki reputasi baik? Apa alasannya?"

Keesokan harinya, sebelum kelas dimulai, Viana memutuskan untuk bertindak. Kali ini, dia ingin mendapatkan jawaban langsung. Dia berjalan dengan penuh tekad menuju meja Ferisu yang seperti biasa sedang tertidur di sudut ruangan.

Tanpa berkata apa-apa, Viana melepas sarung tangannya dan melemparkan benda itu ke meja Ferisu, tepat di samping wajahnya.

"Aku menantang Anda untuk berduel!" serunya dengan suara lantang.

Ruangan langsung dipenuhi keheningan. Semua siswa yang sedang berbicara spontan terdiam, kepala mereka serempak menoleh ke arah Viana dan Ferisu.

Ferisu perlahan membuka matanya, menatap sarung tangan itu, lalu mengangkat wajahnya untuk melihat Viana yang berdiri tegap dengan sorot mata penuh tantangan.

Reaksi para siswa mulai terdengar, penuh keterkejutan dan antusiasme.

"Apa-apaan ini? Viana Voltaire menantang Pangeran Sampah?"

"Apakah dia serius?"

"Bagaimana Ferisu bisa melawan dia? Itu akan menjadi pertandingan yang memalukan!"

Sementara bisik-bisik terus terdengar, Ferisu hanya menghela napas malas. Dia duduk tegak, memandang Viana dengan tatapan setengah bosan.

"Maaf, apa aku sedang bermimpi, atau kamu benar-benar menantangku?" tanyanya dengan nada santai, seolah hal itu sama sekali tidak penting baginya.

"Saya serius," tegas Viana. "Saya ingin melihat apakah Anda pantas disebut sebagai seorang pangeran!"

Ferisu terdiam sejenak, lalu mendesah panjang. "Baiklah, jika itu yang kamu inginkan. Tapi jangan menyesal nanti," ujarnya dengan senyuman kecil, yang entah kenapa terasa menantang.

Sorak-sorai kecil mulai terdengar di kelas. Duel antara Viana Voltaire, siswa paling berbakat, dan Ferisu von Velmoria, pangeran yang disebut "sampah," akan menjadi tontonan yang tak ingin dilewatkan siapa pun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...----------------...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mereka segera berpindah ke lapangan duel. Ferisu dan Viana berdiri saling berhadapan, masing-masing memegang pedang besi tumpul yang telah disiapkan oleh instruktur. Para siswa berkumpul di sekeliling lapangan, wajah mereka dipenuhi rasa ingin tahu dan antusiasme untuk menyaksikan duel yang tak terduga ini.

Ferisu memutar pedangnya dengan santai, sesekali menguap seolah-olah duel ini bukanlah hal yang penting baginya. "Kalau cuma duel biasa, rasanya membosankan, ya kan?" katanya sambil tersenyum tipis.

Viana mengerutkan dahi, merasa terganggu dengan sikap santainya. "Apa maksud Anda?" tanyanya dengan nada tegas.

"Bagaimana kalau kita buat taruhan?" Ferisu menjawab dengan nada penuh tantangan, matanya yang sebelumnya tampak malas kini menunjukkan sedikit kilau keberanian.

Viana terdiam sejenak, memikirkan apa yang akan dipertaruhkan. Meski merasa terpojok, dia tidak mau menunjukkan keraguannya. "Baiklah," katanya akhirnya. "Kalau saya menang, Anda harus belajar dengan serius dan memperhatikan semua pelajaran di akademi."

Ferisu tertawa kecil mendengar itu, suaranya nyaris seperti gumaman. "Tentu saja aku tak akan menuruti itu," pikirnya dalam hati.

"Dan kalau aku menang," tambah Ferisu dengan senyuman misterius, "aku akan mengatakannya nanti."

Viana menatapnya curiga, tapi rasa penasarannya mengalahkan keraguan. "Baik, aku terima tantanganmu."

Instruktur berdiri di sisi lapangan, mengangkat tangannya sebagai tanda dimulainya duel. "Bersiap... mulai!"

Viana langsung bergerak dengan kecepatan luar biasa, aura semangat menyelimutinya. Dalam hitungan detik, dia menyerang Ferisu, pedangnya menghantam milik Ferisu dengan tenaga yang cukup untuk membuatnya terpental dari genggamannya.

Semua orang menahan napas.

"Eh...?" Viana tampak bingung. Dia tidak menyangka duel ini akan berakhir begitu cepat.

Instruktur dengan cepat mengangkat tangannya untuk mengumumkan hasilnya. "Pemenangnya adalah Viana Voltaire!"

Sorak-sorai dan tepuk tangan memenuhi lapangan, namun Viana merasa ada yang aneh. Dia menatap Ferisu yang hanya berdiri diam, mengangkat bahunya dengan santai seolah-olah kekalahan itu bukanlah sesuatu yang mengejutkan.

"Serius? Anda bahkan tidak mencoba?" tanya Viana dengan nada marah.

Ferisu tersenyum kecil, lalu mengambil pedangnya yang jatuh. "Sudah kubilang, ini cuma duel biasa. Tidak ada yang menarik darinya," katanya sambil berjalan pergi meninggalkan lapangan, membiarkan Viana berdiri dalam kebingungan.

Para siswa mulai berbisik-bisik. Beberapa merasa kecewa dengan hasil duel itu, sementara yang lain hanya memperkuat keyakinan mereka bahwa Ferisu benar-benar pangeran malas tanpa bakat.

Namun, jauh di lubuk hatinya, Viana tahu ada sesuatu yang tidak biasa. "Dia sengaja kalah... tapi kenapa? Apa yang dia sembunyikan?" pikirnya, mencoba memahami maksud tersembunyi dari tindakan Ferisu.

1
Anton Setiawan
Pangeran yg Smart..
Saryono Raharjo
Luar biasa
Buang Sengketa
saya malah suka mc tipe pemalas dengan segala prinsipnya.. tentunya diselingi gangguan ratusan kecantikan 😁
Frando Wijaya
btw next Thor 😃
Frando Wijaya
yg buat Laura jd feminim jls yg pembuat cerita...tpi spa ya itu??
Z Uli
kalo di dunia nyata sifat si Laura mirip kayak gadis tomboy
Ipung Umam
bagus cerita. lanjutkan 👍👍
Ipung Umam
Luar biasa
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
nunggu noa balik
Frando Wijaya
next Thor 😃
Frando Wijaya
cpt atau lmbt Dunia bkl mengetahuiny eh....heh 😏😈❄️....gw mlh gk yakin...jika dh ketahui apa yg klian lakukan?
Frando Wijaya
eh buset! bner bch keras kepala 🤦💢
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
soal itu mah suka2 authornya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
kupikir bakalan cerita apaan kek🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: agak kecewa ringan
Katsumi: 🤣🤣 beliau males
total 2 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
minum paramek aja
Protocetus
Haduh MC
Frando Wijaya
btw next Thor 😃
Frando Wijaya
Thor...menurut lo MC bkl sikap acuh trs?
Frando Wijaya: hmm...gw harap begitu
Katsumi: ngga, nanti ada masanya dia sadar dan berubah
total 2 replies
Frando Wijaya
next Thor 😃
Frando Wijaya
klo pokemon mlh type petir klh lwn type tanah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!