Rizki Bayu Saputra adalah seorang anak yang di besarkan oleh kakeknya yang merupakan pensiunan angkatan bersenjata.
Sebelum Kakeknya wafat dia telah menitipkan amanat bahwa dia harus mencari sebuah kebenaran di salah satu kota besar di negara tersebut.
apakah Rizki mampu menyelesaikan amanat mendiang kakeknya?
serta mendapatkan kebenaran tentang semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Frans Teguh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia
“apa maksudmu?!” tanya Bagas yang penasaran.
“begini paman, di bagian gelombang sebelah kiri ini!" ujar Rizki dengan menunjuknya.
"seperti terkesan pelukis ingin menunjukan bahwa dia sedang marah!" jelas Rizki dengan tenang.
"kenapa kau berkata seperti itu?!" tanya Bagas yang mulai kagum.
"karena bentuk gelombangnya yang tidak beraturan!” ujar Rizki dengan pelan.
"bukan kah itu bisa saja karena tidak sengaja karena tumpahan cat?!" tanya Bagas penasan.
"jika karena tumpahan cat maka warna nya tidak akan sesuai dengan yang lainnya!" jelas Rizki dengan tersenyum.
“seperti batu karang ini, dibuat karena tumpahan cat yang sengaja dia lemparkan ke lantai karena sedang kondisi kecewa!” tambah Rizki yang seolah melihat kejadian yang sebenanya.
Bagas yang mendengar semua penjelasan dari Rizki pun menjadi sedikit merasa emosional.
Karena semua penjelasan Rizki memang benar adanya.
Saat itu mendiang kakaknya membuat lukisan ini saat sedang merasa marah dan kecewa.
Disebabkan karena kematian orang tua mereka yang terbunuh.
Karena insiden kecelakaan pesawat saat mereka hendak menuju kota Castle Rock.
Rizki yang menyadari perubahan ekspresi Bagas menjadi sedikit bingung.
“apa aku salah bicara?!” gumam Rizki dalam hatinya.
Bagas pun tersadar saat datang seorang pelayan yang mengatakan bahwa makan siang sudah siap di meja.
“lebih baik kita segera menuju ruang makan!” ajak Bagas dengan tersenyum.
Bagas pun kembali berjalan mendahului Rizki yang masih berdiam diri saja di depan lukisan itu.
***
Sementara itu di sebuah rumah di kota Grozz.
Sedang duduk seorang lelaki tua yang saat ini tengah marah kepada orang yang ada di hadapannya.
“apa kau sudah menemukan siapa yang membunuh Leon dan Vargas?!” tanya laki laki tua itu dengan pelan.
“maafkan saya tuan, kami masih belum menemukan siapa pelakunya!” ujar salah seorang pria dengan hormat.
“tapi kami masih berusaha, untuk mencari tahu semuanya!” tambah pria tersebut kepada tuan Ardiansyah.
“baiklah, aku berharap padamu Johan!” ujar tuan Ardiansyah dengan tegas.
“terimakasih tuan, aku pasti akan memastikan semuanya berjalan dengan baik!” ujar Johan dengan hormat.
“silahkan lanjutkan pekerjaan mu!” perintah tuan Ardiansyah kepada Johan.
“baik tuan, saya pamit!” ujar Johan kepada tuan Ardiansyah.
Setelah Johan bersama anak buahnya sudah pergi.
Tuan Ardiansyah pun berjalan keluar menuju salah satu bangunan yang terpisah dari bangunan utama.
Bangunan itu sudah seperti rumah tua yang telah lama tidak di rawat.
Jika bangunan utama terlihat sangat mewah dengan dekorasi yang sangat modern.
Tapi di bagian ini seperti bangunan tua yang sudah di tinggalkan oleh pemiliknya.
Saat memasuki ruangan tersebut, tuan Ardiansyah berdiri dan menatap kearah sebuah kamar yang dikunci dengan rapat.
Pintu kamar itu terbuat dari material besi dan baja yang sangat kuat.
Bahkan sangat sulit untuk tikus melarikan diri dari dalam ruangan ini.
“apa kau masih tidak ingin membantu ayahmu?!” tanya tuan Ardiansyah dengan pelan.
Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar tersebut.
“apa kau masih marah dengan semua keputusan keluarga kita dulu?!” tanya tuan Ardiansyah kembali.
Tapi lagi lagi tidak ada jawaban dari dalam, bahkan bisa di bilang tuan Ardiansyah hanya berbicara seorang diri.
“baiklah, aku hanya datang untuk memberi tahu bahwa adikmu Leon sudah terbunuh!” ujar tuan Ardiansyah dan melangkah pergi.
Tepat sebelum tuan Ardiansyah melangkah keluar tiba tiba dari balik kamar itu ada suara yang menyahut pernyataan tuan Ardiansyah tadi.
“siapa yang telah membunuh adik ku?!” ujar suara dari balik pintu itu.
“apa kau ingin membantu ku?!” ujar tuan Ardiansyah yang gembira.
“jawab saja pertanyaanku?!” ucap suara itu kembali dengan sangat keras.
“aku belum mengetahuinya secara pasti, namun adikmu terbunuh di kota Nozel saat sedang melakukan pengembangan usaha kami!” ujar tuan Ardiansyah dengan bersedih.
“kau harus membalasnya Luis atau saudara mu Leon tidak akan tenang disana!” ujar tuan Ardiansyah memanasi.
“kau harus menceritakan semuanya kepadaku!!” ujar Luis dengan marah.
“baiklah akan aku ceritakan semuanya!” ujar tuan Ardiansyah dengan jelas.
Namun sebelum tuan Ardiansyah menceritakan semuanya.
Tiba tiba pintu kamar itu hancur dan Luis berjalan keluar dengan santai.
Tuan Ardiansyah yang melihat itu pun terkejut dan sedikit merasa ketakutan dalam hatinya.
“bagaimana mungkin kau bisa bebas?!” tanya tuan Adiansyah dengan gugup.
“apa kau pikir besi besi itu akan mampu menahanku disini?!” tanya Luis dengan senyum mengejek.
“kenapa tempramen anak ini berbeda sekarang?!” gumam tuan Ardiansyah dalam hatinya.
“sekarang ceritakan semuanya kepadaku!” ujar Luis dengan tegas.
Berbeda dengan yang ada di benak dari tuan Ardiansyah.
Semua kepribadian Luis bahkan tempramennya berubah sangat signifikan.
Luis yang melihat bahwa tuan Ardiansyah masih terkejut dengan kejadian tadi pun sedikit emosi.
“cepat ceritakan, aku tidak akan bertele tele dengan mu!!” ujar Luis yang emosi.
tdi bagi tugasnya masing-masing 30 org, berarti total ny 120 tambah pemimpin jadi 124 orang lah
jadi lanjut baca saja, Kalo ceritanya sudah sudah tidak menarik baru.... Permisi Selamat tinggal...