"Aku istrimu, Aditya! Bukan dia!" Aurelia menatap suaminya yang berdiri di ambang pintu, tangan masih menggenggam jemari Karina. Hatinya robek. Lima tahun pernikahan dihancurkan dalam sekejap.
Aditya mendesah. "Aku mencintainya, Aurel. Kau harus mengerti."
Mengerti? Bagaimana mungkin? Rumah tangga yang ia bangun dengan cinta kini menjadi puing. Karina tersenyum menang, seolah Aurelia hanya bayang-bayang masa lalu.
Tapi Aurelia bukan wanita lemah. Jika Aditya pikir ia akan meratap dan menerima, ia salah besar. Pengkhianatan ini harus dibayar—dengan cara yang tak akan pernah mereka duga.
Jangan lupa like, komentar, subscribe ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23: Sikap Aurelia
"Apa yang kamu maksud... kamu tidak akan menggugat cerai Aditya?" suara Reyhan terdengar gemetar. Matanya menatap lurus ke wajah Aurelia yang tampak lebih tenang dari biasanya. Wajah itu tidak menunjukkan amarah, tidak pula kesedihan. Hanya keteguhan. Keteguhan yang misterius.
"Iya," jawab Aurelia datar, namun setiap suku katanya bagaikan palu godam menghantam dada Reyhan dan Raka yang duduk di hadapannya.
Raka mencondongkan tubuh, menatap serius. "Aurelia, aku tahu kamu wanita yang sangat kuat. Tapi alasan apa yang membuatmu tetap mempertahankan status itu? Setelah semua yang dilakukan Aditya dan Karina..."
Aurelia meneguk teh di cangkirnya pelan. Lalu meletakkannya di atas meja kaca dengan hati-hati. "Karena aku ingin mereka membayar lebih mahal lagi. Jauh lebih mahal daripada sekadar kehilangan nama atau harta. Aku ingin mereka kehilangan segalanya. Termasuk rasa damai dalam hidup mereka."
Reyhan dan Raka saling pandang. Udara terasa menegang. Bahkan jam dinding pun seakan berhenti berdetak.
"Lalu apa rencanamu?" tanya Reyhan akhirnya, suara sedikit menurun. Ia mengenal sepupunya ini terlalu dalam. Bila Aurelia sudah diam dan bersikap setenang ini, maka badai besar sedang bersiap datang.
Aurelia berdiri perlahan. Langkahnya menuju jendela besar ruang keluarga tempat dulu Pak Surya biasa duduk membaca koran. "Aku ingin mereka merasa tenang. Terlena. Merasa menang. Lalu saat itulah aku hancurkan semua yang mereka bangun dengan penuh ambisi dan dosa. Aku ingin mereka menatap kehancuran itu dengan mata kepala sendiri, tapi tidak mampu berbuat apa-apa."
"Kau... tidak takut terjerumus dalam kebencian sendiri?" tanya Raka pelan.
Aurelia tersenyum miris. "Aku tidak benci mereka. Aku hanya ingin menyeimbangkan timbangan. Bukankah hidup ini butuh keadilan?"
Reyhan menepuk lututnya, berdiri dan berjalan mendekati Aurelia. "Apa yang bisa kami bantu?"
"Kita mulai dari Karina. Dia kembali dengan kaki buatan, bukan? Dia sedang menjemput Aditya. Tapi... kali ini, aku yang akan menjemput mereka berdua."
Raka mengernyit. "Apa maksudmu?"
Aurelia menoleh, mata tajamnya menyala. "Kita pasang umpan. Buat mereka percaya bahwa aku sudah menyerah, lalu jebak mereka dalam permainan yang mereka buat sendiri. Aku akan masuk ke dunia Aditya lagi. Perlahan. Lalu kululuh lantakkan dari dalam."
"Tapi Nayra—" Reyhan menyela.
"Biarkan Nayra tak terlibat. Aku tak ingin mengotori langkahnya. Ini urusanku. Bukan balas dendam biasa, tapi sebuah pengadilan terbuka tanpa palu hakim."
Reyhan dan Raka kembali duduk. Suasana kini terasa seperti ruang pertemuan strategi perang.
"Aku akan kembali ke perusahaan, secara perlahan. Aku akan duduk di kursi direktur utama. Tapi bukan untuk membangun, Reyhan. Aku ingin tahu siapa-siapa yang dulu ikut membenci, ikut menjerumuskan, ikut menyebarkan. Aku ingin membuka satu persatu. Aku ingin tahu siapa yang masih setia dan siapa yang pura-pura."
"Lalu apa langkah pertamamu?" tanya Raka.
Aurelia mengeluarkan berkas dari map coklat dan meletakkannya di meja. "Aku akan mengeluarkan surat pengangkatan kembali staf lama, yang pernah dipecat karena fitnah Karina. Kita mulai dari situ. Aku ingin Aditya dan Karina berpikir aku bodoh, dan sedang mencoba mengais-ngais simpati mereka."
"Padahal..." Reyhan mendengus kagum, "...kamu sedang menggali lubang untuk mereka terjun bebas."
Aurelia tak menjawab. Ia hanya melangkah ke lorong dan menatap foto keluarga yang tergantung di dinding. Foto dirinya dengan Pak Surya dan Aditya, masa lalu yang kini telah usang.
Sementara itu, Reyhan membuka pesan terbaru di ponselnya. Sebuah notifikasi dari intel yang ia sebar. Ia menoleh cepat pada Aurelia. "Seseorang dari masa lalu Karina muncul. Aku rasa, kita punya senjata tambahan."
Aurelia menoleh, matanya menggelap. "Siapa dia?"
"Suami pertamanya. Yang selama ini hilang. Dan... dia membawa bukti pemalsuan identitas Karina di masa lalu."
Raka terdiam. "Kamu yakin itu bukan jebakan?"
"Kita harus temui dia lebih dulu. Tapi jika benar... maka ini akan jadi pintu masuk kehancuran yang lebih dalam."
Aurelia berjalan kembali ke meja, memungut berkasnya dan berkata, "Kalau begitu, siapkan segalanya. Aku akan menemui mereka lebih dulu. Di pesta ulang tahun yayasan amal yang akan digelar minggu depan. Aditya pasti hadir. Aku akan datang dengan status sebagai istrinya."
Reyhan tersenyum, namun di balik senyum itu ada kegelisahan. Malam itu saat semua terlelap, ia menatap peta digital keamanan gedung yang akan digunakan untuk pesta. Ada satu titik merah berkedip.
"Titik ini... siapa yang akses?" gumam Reyhan.
Layar bergerak otomatis. Di pojok kanan atas, muncul satu nama login yang tidak asing: KARINA_ADMIN
Reyhan mendadak bangkit dari kursinya. "Aurelia harus tahu ini. Karina lebih cepat dari yang kita kira."
Namun sebelum ia sempat bergerak, layar gelap. Semua sistem mati. Dan sebuah suara dari ponsel Reyhan bergetar masuk:
"Kamu pikir hanya Aurelia yang bisa bermain, Reyhan? Game ini belum selesai."
Wajah Reyhan memucat. Ia menatap ponselnya lekat-lekat, lalu menoleh ke arah kamar Aurelia.
"Kita sedang diawasi. Dan mereka sudah bergerak."
"Biarkan saja, Rey. Itu yang aku inginkan. Toh sebatas mengawasi karena semua percakapan kita tidak akan pernah bisa di tembus mereka," senyum kecil di bibir Aurelia.
Raka dan Reyhan penuh penasaran.
"Kalian tahu, ruangan ini khusus di buat kedap suara dan juga ada alat pendeteksi jika sedang di sadap. Dan kalian tahu, aku tahu dari awal kita dia awasi. Maka dari itu aku sudah mengaktifkan sistem ruangan ini dengan anti sadap, jadi aman." itulah yang di jelaskan Aurelia.
Matanya yang sangat tajam dan tahu akan situasinya sejak meninggalnya Pak Surya, ia harus mawas diri dan jauh lebih hati hati.
"Syukurlah, setidaknya semua yang kita bicarakan tidak ada orang ke empat." lega Raka.
"Kau sudah membuatku semakin kagum, Lia." ucap Reyhan.
"Mari buat mereka percaya jika aku telah kalah, buat mereka semakin berani buat menghancurkan aku. Kalian lakukan seperti yang sudah di rencanakan." pinta Aurelia.
Aditya dan Karina, lihatlah aksiku. Mundur selangkah demi maju tiga langkah. Aku akan buat kalian menyesal telah hidup. Aditya, kau bukti lelaki yang suka sekali selingkuh kini saatnya menerima karma itu dengan Karina yang tidak mau melepaskanmu. Batin Aurelia.
(BERSAMBUNG KE BAB SELANJUTNYA)
kadang dituliskan "Aurelnya pergi meninggalkan ruangan tsb dengan Anggun"
Namun.. berlanjut, kalau Aurel masih ada kembali diruangan tsb 😁😁🙏