Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Informasi
Keesokan harinya.
Pagi hari, di Sky City, Arumi dan ketiga muridnya sedang berkumpul di apartemen milik Arumi. Mereka membicarakan tentang kondisi Nathalia saat ini.
"Apa hal ini ada hubungannya dengan batu yang ada pada kalung tersebut??" Tanya Arumi sambil meletakkan tangannya di dagu.
"Kemungkinan, iya. Akan tetapi, batu tersebut bukannya ditemukan oleh ayahnya melalui petunjuk sebuah mimpi??" Tanya Al yang sedang membaca buku berisi informasi tentang batu perhiasan.
"Benar, Al. Ayahnya dapat petunjuk melalui mimpi. Beliau menemukannya di sebuah lokasi jatuhnya meteor dari planet lain. Hanya saja, asal-usul batu tersebut tidak diketahui. Kekuatan yang bersemayam di batu tersebut adalah kecepatan dan kelincahan yang meningkat. Untuk selebihnya, kami tidak tau," jawab X menanggapi. Arumi mengangguk-anggukkan kepalanya.
Sepertinya, Arumi sedikit paham dengan apa yang terjadi pada Nathalia. Semenjak Nathalia memiliki batu tersebut, kekuatan yang ada pada batu dan perlengkapan lainnya terserap ke dalam tubuhnya. Kemungkinan besar, kekuatan tersebut memilih Nathalia sebagai tuannya.
Namun, apa penyebabnya? Apakah ada hubungannya dengan statusnya sebagai reinkarnasi Mirage?
"Apa di Parvita Company ada data mengenai batu tersebut??" Tanya Arumi.
"Hanya sebatas lokasinya saja, Sensei. Beberapa ilmuwan Parvita mengatakan bahwa saat mereka datang ke lokasi jatuhnya meteor tersebut, sudah tidak ada batu yang dimaksud," kata H.
"Begitu," jawab Arumi menanggapi.
Dari wajahnya, ia tampak berpikir keras. Ketiga muridnya sudah mengenali tingkahnya yang seperti itu. Arumi yang sangat peduli terhadap orang-orang terdekatnya, entah itu keluarganya atau murid-muridnya, sangat memperhatikan keselamatan mereka semua. Ketiganya beranggapan bahwa Nathalia sudah dianggap sebagai keluarga oleh Arumi.
"Aku rasa, ada dugaan sementara ayahnya yang mengambil batu tersebut secara penuh. Kamu mengatakan bahwa pedangnya terbuat dari batu yang sama seperti batu permatanya, bukan??" Tanya Arumi kepada X dan ditanggapi olehnya dengan anggukan kepala.
"Batu permata itu seharusnya berisi kekuatan dari Mirage dan kesembilan reinkarnasinya. Hanya peningkatan kemampuan melihat, mendengar dan parkournya saja. Hmm.... Ini membingungkan. Batu permata itu juga sama warnanya dengan yang di meteor, bukan??" Tanya Arumi lagi kepada X.
"Ya benar, Master."
"Apa mungkin ayahnya menggabungkan kedua batu itu??" Tanya Arumi sembari menjentikkan jarinya.
"Tidak mungkin , Sensei. Aku rasa tidak akan bisa digabungkan seperti itu. Ketika batu tersebut dipecahkan atau dilebur, kekuatan yang ada di dalamnya akan hilang. Jadi, tidak mungkin beliau menggabungkannya," sanggah H.
"Mengapa tidak, H?? Teknologi Parvita mampu melakukan hal tersebut," timpal X.
"Sekarang yang jadi pertanyaan adalah apa alasannya ayahnya mengambil kekuatan dari batu tersebut?? Apa ia ingin menjadikan putrinya sebagai manusia super??" Tanya Al terheran-heran.
"Pastinya, iya. Naluri orangtua pasti akan melakukan yang terbaik untuk melindungi anaknya. Mungkin, itu adalah yang terbaik menurut ayahnya," jawab Arumi.
"Andaikan beliau tau bahwa putrinya merasa tertekan dengan semua ini, mungkin ada rasa penyesalan di hatinya," kata Al mengomentari perkataan Arumi.
"Lebih menyesal lagi jika putrinya harus mati di tangan orang yang jahat. Kita tau bahwa ayahnya mengetahui putrinya diincar oleh penjahat," jawab Arumi. Ketiga muridnya mengangguk. Ada benarnya juga apa yang Arumi katakan.
"Baiklah. Lebih baik kita ke Parvita Company saja. Kalian berdua ikut denganku. Sensei di sini saja, berjaga-jaga kalau gadis itu kembali lagi," kata H.
"Ya. Aksinya yang parkour sana-sini mengundang amarah dari para penduduk Sky City. Sebenarnya, dia gadis yang cerdas, hanya saja sedikit polos," kata Arumi sembari tersenyum.
"Betul. Sedemikian cerdasnya, ia berani menjahiliku sampai-sampai aku tidak bisa memakan kue milikku lagi yang terjatuh di lantai. Ditambah, itu adalah kue kesukaanku," kata H dengan kesal sembari berkacak pinggang. Kedua rekannya tertawa mengingat apa yang dialami oleh H.
"Jangan tertawa kalian berdua," kata H sembari melirik kedua rekannya dengan kesal. Arumi melihat mereka hanya tersenyum saja.
Kemudian, ketiganya berangkat menuju gedung Parvita untuk mencari tahu lebih lanjut. Arumi akan menunggu hasil investigasi mereka di apartemen miliknya. Dalam hatinya, semoga mereka bertiga mendapat jawaban yang memuaskan.
Ayahnya itu, andaikan beliau masih hidup sekarang, mungkin antara senang atau sedih melihat keadaan putrinya. Bakat alami yang dimilikinya hanya sebatas dari kepandaiannya beraksi parkour. Memiliki otak yang cerdas, melampaui Mirage. Terbukti, ia cepat belajar bahkan sampai menguasai kemampuan miliknya. Kekuatan dari Mirage dan sembilan reinkarnasinya hanya sebatas peningkatan saja. Berarti, kekuatan yang lain seperti kemampuan teleportasi, regenerasi dan yang lainnya ada pada batu tersebut.
Arumi melangkah ke jendela apartemennya lalu memandangi ketiga muridnya yang sudah berada di bawah, hendak menuju Parvita Company.
-----
Sampai di gedung Parvita, X dan kedua rekannya melakukan penyamaran. X yang menyamar sebagai karyawan Parvita dengan mudah melumpuhkan dua karyawan lainnya.
"Silakan kalian pakai dulu. Baru kita akan masuk," kata X sembari memberikan pakaian yang berhasil ia curi.
"Lalu bagaimana dengan tanda pengenalnya??" Tanya H kepada X.
"Tenang saja." X mengetuk sisi kiri dahinya lalu keluar sebuah kacamata yang men-scan wajah mereka berdua. Kemudian, ia mencetaknya ke tanda pengenal tersebut. Hasilnya, kedua tanda pengenal memiliki foto dengan wajah mereka berdua.
"Hebat, bukan??" Tanya X sembari menyombongkan diri.
"Sombong sekali," kata H dan disambut pukulan manis dari Al.
Mereka bertiga bergegas masuk lalu X membimbing mereka menuju sebuah ruangan penelitian. Sejauh ini, mereka aman-aman saja. Tidak ada karyawan lain yang menyadari keanehan mereka.
Saat di dalam, H dan Al ditunjukkan sebuah data mengenai batu tersebut. Mereka bertiga mengamati isi datanya. Hanya berupa informasi mengenai letak jatuhnya pecahan meteor tersebut. Untuk asal-usulnya, tidak dijelaskan sama sekali.
Hanya terdapat informasi yang berisikan tentang sebuah bangsa yang kejam pernah turun ke bumi dan berusaha menjajah bumi. Mereka bertiga sudah tahu siapa itu bangsa yang ingin menjajah bumi. Namun yang membuat mereka bingung adalah jarak antara jatuhnya meteor tersebut dengan kedatangan bangsa penjajah itu sangatlah dekat. Hanya berjarak 6 bulan saja.
Kemudian, Al menunjuk salah satu data yang terkunci di komputer itu. Ada satu data yang sangat rahasia sekali dan hanya dapat diakses oleh satu orang. X mengetahui siapa yang dapat membuka akses tersebut. Ia menyebutkan siapa orang yang berpengaruh di Parvita Company bahkan dengan namanya, semua data milik perusahaan Parvita, tidak menjadi rahasia lagi.
"Alexander Parvita?? Pemilik perusahaan ini??" Tanya H terkejut.
"Ya. Aku rasa ada informasi yang penting di dalamnya. Aku bingung harus bagaimana," jawab X sambil berkacak pinggang.
X memikirkan bagaimana caranya membujuk Alexander untuk membuka data tersebut. Menggunakan alasan apa, pikirnya. Al terlihat sibuk mengutak-atik data tersebut. Ia sangat serius sekali mengamati data itu.
"X, aku menemukan sebuah solusi," kata Al kemudian.
"Apa itu??" Tanya X penasaran.
"Data ini dapat dibuka dengan sidik jari dan suaranya. Kita hanya perlu mengambil sidik jari miliknya dan merekam suaranya," kata Al menjelaskan.
"Apa yang harus ia katakan untuk membuka data tersebut?? Aku yakin, bukan hanya asal suara saja," kata H.
"Ya. Disini diminta untuk mengatakan..." Kedua rekannya saling berpandangan ketika Al berhenti sesaat.
"Eeee... Selamat tidur, Malaikat Kecilku."
Sontak, kedua rekannya terperangah dengan perkataan Al. Begitu juga dengan Al.
"Apa kamu yakin??" Tanya X memastikan.
"Lihat saja sendiri," jawab Al sembari mempersilakan X untuk melihat kata sandi yang dibutuhkan.
"Benar sekali. Siapa 'malaikat kecilku' itu??" Tanya X ketika sudah melihat hal itu.
Al menyimpulkan bahwa sebutan 'Malaikat Kecilku' adalah putrinya. Mengingat putri Alexander bertubuh mungil dan putri satu-satunya. Pastinya, Alexander begitu menyayangi putrinya.
"Entahlah. Sepertinya kita harus beraksi sekarang," kata H menyarankan.
"Kita akan kembali ke kota Jalundra, menuju kediaman Alexander. Pokoknya, kita harus mendapatkan informasi tersebut dengan segera," kata Al menambahkan. X mengangguk.
Kemudian, Al mengirim sebuah pesan rahasia kepada Arumi melalui burung merpatinya. Di kertas tersebut, ia memberi tahu bahwa saat ini, Al dan kedua rekannya akan menuju ke kediaman Alexander. Ada sebuah data yang bersifat rahasia. Mereka penasaran dengan apa isi data tersebut dan sepenting apakah informasinya, sampai-sampai Alexander mengunci informasi tersebut rapat-rapat.
Setelah selesai mengirim pesan itu, mereka segera berangkat meninggalkan Sky City dan menuju ke Jalundra.