Clarisa hanya bisa menyesal setelah diceraikan oleh Arga, suaminya yang dua tahun ini menikahinya karena sebuah perjodohan.
Arga yang sudah berusaha mencintai Risa sepenuh hati sudah tidak tahan dengan sikap Risa yang susah di atur, keras kepala, kekanakan dan suka menghamburkan uang. Bahkan Risa masih sering pergi bersama teman-temannya ke club malam untuk berpesta.
Tapi setelah resmi bercerai, Risa baru tau kalau dia sedang mengandung anak dari Arga. Penyesalan tinggallah penyesalan saat Risa mengetahui Arga sudah menikah lagi dengan mantan pacarnya setelah menceraikan Risa.
"Mama, apa Papa nggak sayang sama Tiara? Kok Papa nggak pernah pulang?"
"Bukannya tidak sayang sama kamu Tiara. Tapi Papa sudah bahagia dengan keluarganya!" Risa hanya bisa menjawab pertanyaan anaknya di dalam hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah pertama dari Papa
"Lakukan semuanya sesuai dengan ucapanku tadi!"
"Baik Pak!"
"Ayo kembali ke kantor!"
Arga yang baru saja ingin masuk ke dalam mobilnya tiba-tiba saja mendengar suara tangisan seorang anak di sekitarnya.
"Suara siapa itu?" Arga melihat ke arah belakang mobilnya. Menatap gadis kecil yang sedang menangis karena di goda anak-anak yang terlihat lebih usainya lebih besar dari gadi itu.
"Mau ke mana Pak?" Tanya Seno, Asisten Arga.
"Sebentar!" Jawab Arga sambil mendekati anak-anak itu.
"Ayo ambil kalau bisa! Ayo!! Ahahahaha...." Seorang anak laki-laki mengangkat bonek kelinci yang ada di tangannya dengan tinggi. Tapi sangat mudah untuk di ambil oleh Arga.
"Apa yang kalian lakukan!" Arga menatap anak-anak itu dengan tajam.
"Ayo kabur!" Teriak anak yang merebut boneka Ara pertama kali.
"Jangan lari kalian!" Teriak Arga namun mereka semua sudah berlari terbirit-birit karena takut dengan Arga.
Arga mendekati Ara yang masih menangis sambil membawa boneka kelinci yang sudah ada di tangannya. Boneka yang menurut Arga sudah begitu usang, Arga sampai tidak tau warna dasar kelinci itu apa, karena saat ini boneka itu terlihat berwarna abu-abu karena sudah kotor dan usang.
"Hay, gadis kecil! Ini milikmu?" Arga mengulurkan boneka kelinci itu pada Ara.
Ara mengusap air matanya, kemudian dengan wajah sembabnya itu, dia mengangguk dengan polos.
"Terima kasih Om!" Cicitnya dengan suara yang begitu menggemaskan.
"Sama-sama" Arga menatap mata bulat gadis kecil di hadapannya. Rasanya ada yang aneh dengan mata, bibir dan wajah gadis itu. Namun Arga tidak tau apa penyebabnya.
"Mereka sering mengganggumu?"
"Iya, mereka sering ambil Molla dari Ara! Mola sering di ejek sama mereka!" Adu Ara dengan bibir yang masih bergetar karena tangisannya.
"Molla?" Tanya Arga karena tak asing dengan nama itu.
"Iya, ini namnya Molla. Ara sayang sekali sama Molla!" Ara mengusap boneka kelinci yang ada di pelukannya.
Arga beralih menatap boneka milik Ara. Dia memang merasa familiar dengan boneka itu. Namun warnanya yang berbeda membuat Arga ragu.
Dia menarik telinga bagian kanan kelinci usang itu dan..
Deg....
Dia melihat nama Molla terukir di sana dengan bordir warna biru yang sudah kotor.
"Ini nggak mungkin!" Gumam Arga. Dulu dia memberikan boneka yang serupa, dengan namanya dan juga bordiran yang sama. Tapi bukan kepada gadis kecil di hadapannya.
"Kamu dapat boneka ini dari mana?" Arga hanya ingin memastikan sesuatu.
"Dari Mama. Kata Mama, ini adalah hadiah pertama dari Papa buat Ara sebelum Papa pergi kerja jauuuhhhh sekali!" Ara merentangkan tangan kirinya dengan lebar saat menceritakan Papanya yang bekerja begitu jauh.
"Papa kamu kerja?" Hati Arga merasa tercubit mendengar cerita Ara.
"Iya, Papa Ara kerja jauuuhhhh sekali sampai Ara belum pernah ketemu Papa!"
Arga terdiam. Dia menelisik wajah Ara, dia sepeti melihat seseorang yang tak asing baginya di wajah itu.
Dia kembali menatap boneka kelinci bernama Molla itu. Arga yakin kalau tidak akan pernah ada boneka yang memiliki nama yang di bordir pada telinga kanan seperti miliknya dulu.
"Tadi nama kamu siapa? Ara?"
"Iya Om, nama ku Ara. Mutiara!"
Deg....
"Sayang, aku pingin banget punya anak perempuan deh. Nanti kalau kita punya anak, kita kasih nama Mutiara ya?"
"Nggak mau, jelek! Lagian siapa juga yang mau punya anak sama kamu!"
Otak Arga langsung berputar pada beberapa tahun yang lalu. Saat dia mengutarakan niatnya untuk mempunyai anak pada wanita yang pernah hadir di dalam hidupnya.
"M-emangnya nama Mama kamu siapa?" Entah mengapa Arga begitu penasaran meski dia menyangkal kemungkinan yang sejak tadi ada di dalam pikirannya.
"Mama Ara namnya..."
"ARAAAA!!" Teriak seseorang membuat Ara mengurungkan niatnya untuk menyebutkan nama Risa.
"Abaaangg!" Sahut Ara pada Dika yang sejak tadi dicarinya.
"Ayo pulang, Emak cariin kamu!" Dika menghampiri Ara yang masih bersama Arga.
"Ara adik kamu?" Tanya Arga pada anak laki-laki berusia sepuluh tahun itu.
"Iya Om"
Mendengar jawaban Dika membuat apa yang ada di dalam pikiran Arga sejak tadi buyar seketika.
"Ayo pulang!" Dika menggenggam tangan Ara untuk mengajaknya pulang.
"Iya Bang!" Ara kembali menatap Arga yang terus memandanginya.
"Ara pulang dulu ya Om. Terima kasih sudah menolong Ara ya Om baik. Sampai jumpa!" Ara berlari sambil melambaikan tangannya pada Arga.
"Sampai jumpa anak manis!" Balas Arga sambil terus berdiri di sana sampai Ara tak terlihat lagi di pandangan matanya.
"Kenapa wajahnya terasa tidak asing untukku?"
"Maaf Pak, setengah jam lagi ada meeting di kantor Pak!" Seno menyadarkan lamunan Arga.
"Baiklah, ayo kita kembali ke kantor!"
Di dalam mobilnya Arga terus memikirkan soal Ara. Mungkin boneka itu memang milik mantan istrinya dulu, Arga yakin itu. Tapi Ara siapa?
Itulah yang ada dalam benar Arga saat ini. Memang sudah bertahun-tahun dia tidak mendengar kabar mantan istrinya lagi semenjak waktu itu.
"Seno!"
"Ya Pak?" Asistennya yang sedang mengendarai mobil tampak menatap Arga dari kaca spion.
"Tolong lakukan sesuatu untuk saya!"
maunya diterangkan dg fathiir..
biara si Fatma ga bisa macam2
dan pr buat kamu Fatir
ngomong ke dokter Elga
jangan Sampe memberi tau keberadaan Arga ke Fatma