Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klarifikasi dan Hukuman 2 (Kemurkaan Bima)
Gerakan Sabrina yang membuka pintu, tentu saja menjadi perhatian semua orang yang ada di Aula. Tambah lagi dengan perlakuan Sabrina di vidio, yang mana ia tengah menekan kening Raya seraya mengucapkan...
'KAU PIKIR, KAU AKAN SELAMANYA DI PERTAHANKAN OLEH BIMA, INGAT RAYA, KAU INI HANYALAH WANITA MISKIN. ASAL KAU TAU, BIMA AKAN MEMBUANG MU DI SAAT IA SUDAH BOSAN DENGANMU.'
Tak hanya menekan kening Raya, bahkan Sabrina pun dengan teganya menoyor kepala Raya dengan cukup keras. Membuat kepala Raya, terbentur tembok yang ada di belakangnya. Anita hanya diam memegangi tangan Raya, bahkan terlihat jelas bila ia tersenyum puas.
'GUE HERAN MA SI BIMA, MAU-MAUNYA MA PEL*CUR KAYA LO. UDAH MISKIN, YATIM PIATU, PUNYA ANAK HARAM LAGI. MATI AJA LO, SAMA ANAK LO. HIDUP JUGA MALAH JADI BEBAN, KASIAN CALON LAKI GUE.'
Air mata Raya menetes, namun ia tak membalas kata-kata pedas dan juga jahat. Yang keluar dari mulut Sabrina, ia hanya menangis dalam diam. Dan itu, menjadi salah satu penyebab Raya tertekan.
'Mending lo jauhin Bima, gugat cerai dia. Kalo ga, gue bakalan bikin lo ma anak lo mati.' kembali Sabrina menoyor kepala Raya dengan cukup keras, sebelum ia berlalu meninggalkan Raya.
Tayangan pun habis, karena Sela memilih untuk melarikan diri dari sana. Sebelum dirinya, di ketahui oleh Sabrina dan Anita.
Demi apapun, saat ini wajah Bima benar-benar sudah menggelap. Kedua tangannya mengepal, bahkan uratnya pun sampai terlihat. Tatapan tajamnya, langsung menghunus pada Sabrina. Yang kini tengah berdiri mematung, di depan pintu masuk.
Bahkan kaki Sabrina, mendadak tak bisa di gerakan. Ia mencoba memundurkan langkahnya, namun sayang gerakannya tertahan.
Haikal yang sudah keluar melalui pintu dari sisi lain, kini ada di belakang Sabrina.
"Mau kemana nona?" pertanyaan Haikal, penuh intimidasi. Membuat tubuh Sabrina bergetar, saat hendak melarikan diri. Haikal gegas menahannya, dengan mencengkram keras pergelangan tangan Sabrina.
"KYAAAAA... SAKIIIT.. LEPASKAN S*ALAN!!!" namun Haikal hanya diam, dengn menatap datar dirinya.
Jangankan Bima, dia yang hanya asisten tuannya. Merasa sangat sakit atas perlakuan Sabrina, pada Raya. Sungguh sangat jahat, tak berhati. Wanita di depannya ini, pantas bila harus di siram oleh ai lr mendidih.
Memikirkannya saja, suda membuat Haikal tersenyum miring. Sepertinya bukan ide yang buruk, menyiram Sabrina menggunakan air mendidih. Bukannya wanita di depannya ini, menggunakan tubuhnya untuk merayu para pengusaha kaya.
Bima turun dari podium, ia berjalan dengan tegas dan cepat. Semua orang langsung menyingkir, untuk memberi jalan pada atasannya.
Tak berani melihat wajah Bima yang menyeramkan, mereka memilih menundukkan pandangan.
Saat Bima, tepat di depan Sabrina...
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
"AAAAAGGHHHHHHTT" teriakan Sabrina begitu keras
Belum selesai ia merasakan panas di pipi dan perih di bibirnya, akibat tamparan Bima yang sangat keras. Kembali di kejutkan dengan tangan, yang menempel di lehernya.
Semua orang memilih diam, tak ada yang berani mengeluarkan suara. Melihat Bima yang mengamuk, seperti orang kesetanan. Membuat mereka yang mencari masalah dengan Raya, bergetar ketakutan.
Bima mencengkram leher Sabrina, Haikal melepaskan pegangannya. Membiarkan atasannya melakukan hal tersebut, bil ia jadi Bima pun akan melakukan hal yang sama. Bahkan melemparnya dari atas gedung ini, gedung dengan 45 lantai. Sudah di pastikan, Sabrina akan langsung meregang nyawa.
"KAU PIKIR, KAU SIAPA BERANI MEMPERLAKUKAN ISTRIKU SEPERTI ITU? BERANI MENGATAI ISTRI DAN ANAKKU SEJAHAT ITU!!! AKU SUAMINYA, SELALU MENJAGA MEREKA LAYAKNYA BATU PERMATA. DAN KAU BARU DATANG, SUDAH BERANI MENCARI MASALAH DI SINI" Bima menengadah, menatap marah Sabrina
Sabrina bersusah payah melepas cengkraman tangan Bima, ia memukuli dan juga mencakar lengan Bima. Namun pria yang sudah membuat kesalahan pada istrinya , tak bergeming sama sekali.
"KAU HARUS MATI DI TANGANKU, KARENA KAU. ISTRIKU TERANCAM KEGUGURAN, BAHKAN IA PUN SAMPAI TERTEKAN KARENA KATA-KATA KEBENCIANMU PADANYA. KAU BILANG APA? CALON LAKI?? HAHAHHAAA.. HARAPANMU TERLALU TINGGI NONA, JANGANKAN UNTUK MENJADI CALONMU. MELIHATMU SAJ, AKU SUDAH JIJIK. BAHKAN SETELAH INI PUN, AKU HARUS MEMBERSIHKAN TANGANKU MENGGUNAKAN 7 AIR BERSIH. KARENA KAU SAMA DENGN KOTORAN AN*JING, NA JISSSS" ucap Bima penuh penekanan
"Aaa. Aaakkhh" Sabrina mulai kehabisan nafasnya
Semua karyawan yang melihatnya, sungguh tak percaya. Bila bos mereka, bisa melakukan hal se menakutkan ini. Bima memang terkenal tegas, dingin dan tak tersentuh. Namun bukan berarti Bima orang yang arogan, karena Bima bisa menempatkan dirinya berbicara dengan siapa? Bagaimana lawan bicaranya? Bima akan sopan dan juga menghormati, orang yang lebih tua darinya. Tak peduli bila orang tersebut, seorang tukang bersih-bersih
Dan Bima akan menghargai, orang yang ada di bawa usianya. Tak ada kata angkuh, ataupun tinggi hati.
Semua orang terdiam tahan nafas, saat melihat Sabrina hampir mati di tangan Bima. Apabila Arjuna, tak segera mengakhiri hal tersebut.
"Hentikan bang, jangan sampai kamu buta hati. Istrimu akan kecewa, bila kamu masuk penjara." ucap Arjuna
Bima menghentakkan tubuh Sabrina, dan melepaskan cengkraman tangannya di leher Sabrina. Tubuhnya pun bahkan membentur dinding, namun Bima tak peduli.
Ia masih menatap Sabrina, penuh dengan kebencian. Rasanya ia benar-benar ingin menghabisi wanita br*ngsek, yang kini tengah terbatuk dan mengambil udara banyak-banyak. Memegang lehernya yang terasa sakit, bukan main.
Arjuna tak ingin anaknya menjadi kriminal, apalagi di depan banyak saksi. Arjuna meminta Haikal mengamankan Sabrina, sampai anak buah Laras datang dan membawanya ke markas.
Ponsel di saku celananya bergetar, Bima segera menerima panggilan tersebut.
"Ya, Assalamu'alaikum"
'Wa'alaikum salam... File sudah Laras dapatkan dan Laras juga, sudah menghapus dari laptop miliknya. Hentikan main-main dengan wanita itu, berikan dia pada ank buah Laras. Sebentar lagi mereka sampai, biarkan Laras yang mengurusnya.'
"Ya"
'Cepatlah kembali ke rumah sakit, kak Raya sudah bangun. Selesaikan masalah abang dan kak Raya secepatnya, jangan di biarkan berlarut-larut terlalu lama. Karena bagaimana pun, abang yang di butuhkan kak Raya sekarang. Terima apapun yang kak Raya lakukan pada abang, karena itu konsekuensi yang harus abang dapatkan. Laras tak bisa meninggalkannya sendiri, karena itu berbahaya. Bisa saja kak Raya menyakiti dirinya sendiri, apabila dibiarkan seorang diri. Mama sudah pulang, karena anak-anak mulai rewel cari Laras. Abang cepet ke rumah sakit, Assalamu'alaikum'
"Abang sekarang ke sana, Wa'aalikum salam" panggilan selesai.
Dan benar saja, anak buah Laras sudah ada di lobby. Bima memerintahkan Haikal, membawanya ke sana. Dan menyerahkan Sabrina pada pria-pria, yang memakai baju seperti preman.
"LEPAS.. MAU KAU BAWA KEMANA AKU, LEPASKAN!!! BIMA, KAU TIDAK BISA MEMPERLAKUKAN AKU SEPERTI INI. ATAU PERUSAHAANMU AKAN HANCUR, FILE PENTING ADA PADAKU. DAN AKU BISA MEMBOCORKAN SEMUANYA PADA RIVAL MU " teriak Sabrina, seraya memberontak, Bima tersenyum smirk.
Ia meminta Haikal berhenti, lalu Bima melangkah mendekati mereka.
"Lalukan apa yang ingin kau lakukan, namun sebelum semuanya terjadi. Pastikan kau masih hidup, di tangan adikku. Kau tau... Dia lebih gila dariku, bahkan nyawamu hanyalah mainan untuknya " ucap Bima berbisik, membuat tubuh Sabrina mematung
...****************...
Sesuai request❤️, aku kasih double karena Ito tidur lelap.
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...