NovelToon NovelToon
Takdir Diantara Cahaya Dan Kegelapan

Takdir Diantara Cahaya Dan Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Diam-Diam Cinta / Iblis / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Kutukan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: `AzizahNur`

Di dunia yang dikuasai oleh kultivasi dan roh pelindung, seorang putri lahir dengan kutukan mematikan—sentuhannya membawa kehancuran. Dibuang oleh keluarganya dan dikhianati tunangannya yang memilih saudara perempuannya, ia hidup dalam keterasingan, tanpa harapan.

Hingga suatu hari, ia bertemu dengan pria misterius yang tidak terpengaruh oleh kutukannya. Dengan bantuannya, ia mulai membangkitkan kekuatan sejatinya, menyempurnakan kultivasi yang selama ini terhalang, dan membangkitkan roh pelindungnya, **Serigala Bulan Biru**.

Namun, dunia tidak akan membiarkannya bangkit begitu saja. Penghinaan, kecemburuan, dan konspirasi semakin menjeratnya. Tunangan yang dulu membuangnya mulai menyesali keputusannya, sementara sekte-sekte kuat melihatnya sebagai ancaman.

Di tengah pengkhianatan dan perang antar kekuatan besar, hanya satu hal yang pasti: **Pria itu akan selalu berada di sisinya, bahkan jika ia harus menghancurkan dunia hanya untuknya**.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Cahaya di tengah Kegelapan

Fajar baru saja merekah di ufuk timur, mewarnai langit dengan semburat jingga keemasan. Kabut tipis masih menggantung di antara pepohonan, menyelimuti hutan dengan nuansa magis. Embun membasahi dedaunan dan tanah, menciptakan kesegaran yang menyelimuti pagi.

Di desa kecil di pinggiran hutan, beberapa warga telah memulai aktivitas mereka. Beberapa berjalan ke sungai untuk mengambil air, sementara yang lain mempersiapkan barang dagangan untuk dibawa ke pasar terdekat. Di antara mereka, ada sekelompok pria yang hendak mencari kayu bakar lebih dalam ke dalam hutan, tempat pohon-pohon besar tumbuh lebih lebat.

Saat mereka menyusuri jalan setapak yang dikelilingi semak-semak, salah satu dari mereka tiba-tiba berhenti. "Apa itu?" tanyanya, menunjuk sesuatu di bawah bayang-bayang pepohonan.

Sosok seorang gadis tergeletak di sana, nyaris tak bergerak. Pakaian lusuhnya penuh sobekan dan bercak darah kering. Wajahnya pucat, tubuhnya gemetar. Salah seorang warga dengan sigap mendekat, hendak menyentuhnya, tetapi tiba-tiba gadis itu bereaksi.

"T-tidak..." bisiknya, suara serak hampir tak terdengar.

Mata gadis itu—Xiaolin—dipenuhi ketakutan. Namun, bukan ketakutan terhadap orang-orang di sekitarnya, melainkan ketakutan akan dirinya sendiri. Dia tahu apa yang mengalir dalam darahnya. Kutukan itu. Jika mereka membantunya, jika mereka menyentuhnya terlalu lama... mereka bisa menjadi korban berikutnya.

Para warga saling berpandangan, bingung dengan reaksi gadis itu. Namun, melihat keadaannya yang sekarat, mereka tak tega meninggalkannya.

"Kami tidak akan menyakitimu," kata salah seorang pria dengan suara menenangkan. "Kami hanya ingin menolong."

Xiaolin menggigit bibirnya. Tubuhnya lemah, tapi ia tak ingin menyeret orang lain ke dalam penderitaannya. Namun, pada akhirnya, kekuatannya habis. Kesadarannya perlahan memudar, bayangan para warga menjadi samar. Dia hanya bisa berharap, apa pun yang terjadi selanjutnya, mereka tidak akan celaka karena dirinya.

Lalu, semuanya menjadi gelap.

Tak lama, Xiaolin terbangun dengan kepala yang terasa berat. Cahaya matahari menembus sela-sela pepohonan, menyilaukan matanya. Perlahan, dia menyadari dirinya masih berada di hutan, dan beberapa warga desa masih menjaganya sampai dia terbangun.

"Syukurlah kau sadar," ujar seorang wanita tua dengan senyum lega.

Xiaolin berusaha bangkit. Tubuhnya terasa nyeri di setiap inci ototnya, tapi dia menolak untuk tetap diam. Warga mencoba membantunya berdiri, namun dia menepis tangan mereka dengan lemah.

"Aku... bisa sendiri," katanya pelan.

"Jangan memaksakan diri, Nak," kata seorang pria tua. "Kuil desa ada di dekat sini. Kau bisa beristirahat di sana."

Kuil. Xiaolin terdiam sejenak. Jika ada tempat di mana ia bisa berlindung tanpa terlalu banyak berinteraksi dengan orang lain, mungkin kuil adalah pilihan terbaik.

Dengan napas terengah, Xiaolin mulai melangkah. Setiap gerakan adalah siksaan, seolah tubuhnya menolak untuk bergerak lebih jauh. Lututnya bergetar, dan rasa sakit di tubuhnya seperti bara api yang membakar setiap inci kulitnya. Namun, dia menolak menyerah.

Warga desa berjalan di belakangnya, siap membantu jika sewaktu-waktu dia jatuh. Namun, Xiaolin tetap bertahan. Setiap langkahnya terasa seperti ujian terakhir, sebuah perjuangan untuk bertahan hidup.

Kuil kecil itu akhirnya tampak di kejauhan, berdiri tenang di antara pepohonan sakura yang mulai berguguran. Cahaya pagi menyelimuti bangunan kayu tua itu, memberi kesan damai yang selama ini tak pernah Xiaolin rasakan.

Begitu mencapai anak tangga pertama, lututnya akhirnya menyerah. Xiaolin jatuh berlutut, kedua tangannya menahan tubuhnya agar tak tersungkur. Nafasnya tersengal.

Seorang biksu tua keluar dari dalam kuil, memandangnya dengan mata penuh kebijaksanaan. "Anak muda," katanya dengan suara lembut, "kau telah melalui banyak hal. Masuklah. Beristirahatlah."

Xiaolin mendongak, menatap biksu itu dengan mata yang dipenuhi kelelahan dan ketidakpercayaan. Namun, kali ini... dia tidak menolak.

Dia membiarkan dirinya dibantu berdiri dan melangkah masuk ke dalam kuil, tempat cahaya hangat menyambutnya di tengah kegelapan hidup yang selama ini menyelimutinya.

1
Sie
Terima kasih kak othor, semangat ya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!