NovelToon NovelToon
Sepenggal Waktu Untuk Mencintaimu

Sepenggal Waktu Untuk Mencintaimu

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:179
Nilai: 5
Nama Author: Azra amalina

Ariana selalu percaya bahwa hidup adalah tentang menjalani hari sebaik mungkin. Namun, apa yang terjadi jika waktu yang dimiliki tak lagi panjang? Dia bukan takut mati—dia hanya takut dilupakan, takut meninggalkan dunia tanpa jejak yang berarti.



Dewa tidak pernah berpikir akan jatuh cinta di tempat seperti ini, rumah sakit. Baginya, cinta harusnya penuh petualangan dan kebebasan. Namun, Ariana mengubah segalanya. Dalam tatapan matanya, Dewa melihat dunia yang lebih indah, lebih tulus, meski dipenuhi keterbatasan.



Dan di sinilah kisah mereka dimulai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azra amalina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kepergian Ariana Untuk Selamanya

Setelah sarapan, suasana rumah yang sebelumnya hangat perlahan berubah. Ariana tiba-tiba merasakan sesak yang luar biasa. Ia mencoba berdiri, tapi tubuhnya melemah, membuat semua orang panik.

“Ariana!” Alana yang duduk di sampingnya langsung menopang tubuh saudari kembarnya.

Dewa segera mendekat, wajahnya dipenuhi kecemasan. “Ariana, tahan sebentar! Aku akan membawamu ke rumah sakit!”

Bang Ardan buru-buru menggendong adiknya menuju mobil, sementara Alana terus menggenggam tangan Ariana yang mulai terasa dingin.

Di perjalanan, Ariana membuka matanya dengan lemah. Ia menatap Alana dan Dewa bergantian, kemudian tersenyum samar.

“Aku… sepertinya sudah terlalu lelah.” Suaranya hampir tak terdengar.

Dewa menggenggam tangannya erat. “Jangan bicara seperti itu! Kita sudah melewati banyak hal, Ariana! Kau harus bertahan!”

Ariana menatapnya dalam-dalam. “Dewa… aku sudah berusaha sekuat tenaga. Aku bahagia… benar-benar bahagia.”

Air mata menggenang di mata Dewa, tetapi ia mencoba tetap kuat. “Kau masih punya banyak waktu, Ariana… kumohon.”

Alana menggigit bibirnya, menahan isakan. “Kita sudah bertemu lagi, Ariana. Aku tidak ingin kehilanganmu.”

Ariana tersenyum kecil, seolah ingin meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Setibanya di rumah sakit, dokter dan perawat segera menangani Ariana. Semua orang menunggu di luar ruang ICU dengan cemas.

Tak lama kemudian, dokter keluar dengan ekspresi serius.

“Kami akan melakukan yang terbaik, tetapi… kondisi Ariana sudah sangat kritis.”

Kata-kata itu menghantam dada semua orang. Mereka tahu ini akan terjadi, tapi tidak ada yang benar-benar siap.

Dewa mengepalkan tangannya, menahan perasaan yang berkecamuk. Alana bersandar pada Bang Ardan, tubuhnya gemetar karena takut kehilangan saudari kembarnya.

Mereka hanya bisa berharap… bahwa Ariana masih bisa bertahan sedikit lebih lama.

...****************...

Waktu terasa berjalan begitu lambat. Semua orang menunggu di luar ruang ICU dengan doa dan harapan yang tersisa. Hanya satu jam, tetapi terasa seperti selamanya.

Ketika pintu ruang ICU terbuka, dokter melangkah keluar dengan wajah sendu. Semua mata langsung tertuju padanya, penuh harap, namun juga ketakutan.

Dokter menghela napas pelan, lalu berkata dengan suara berat, “Kami sudah melakukan yang terbaik… tetapi Tuhan lebih menyayangi Ariana.”

Dunia seakan berhenti berputar.

Alana membeku di tempatnya, wajahnya pucat seketika. “Tidak… itu tidak mungkin, kan? Dokter, tolong katakan kalau ini hanya bercanda… Ariana masih bisa diselamatkan, kan?” suaranya bergetar, matanya memohon.

Bang Ardan mengepalkan tangannya, menatap kosong ke arah pintu ICU. Air matanya jatuh, meskipun ia mencoba menahannya.

Dewa, yang sejak tadi diam, merasakan sesuatu yang berat menghantam dadanya. Kakinya melemas, dan ia hampir jatuh jika Ezra tidak menahan pundaknya.

“Ariana…” bisiknya pelan, hampir tak terdengar.

Tangis pecah di lorong rumah sakit. Ibu dan ayah Ariana langsung terduduk, saling berpelukan, tak percaya bahwa putri mereka benar-benar telah pergi.

Perawat keluar, memberi kesempatan bagi keluarga untuk melihat Ariana untuk terakhir kalinya. Dengan langkah berat, mereka masuk ke dalam.

Di sana, Ariana terbaring dengan damai. Wajahnya terlihat begitu tenang, seperti seseorang yang tertidur setelah melewati hari yang panjang. Tak ada lagi rasa sakit.

Alana menggenggam tangan saudari kembarnya yang kini mulai dingin. Air matanya jatuh tanpa henti.

“Kau berjanji akan bersamaku lebih lama… Kau berjanji, Ariana…” suaranya terisak.

Dewa mendekat, menatap wajah Ariana dengan pandangan kabur oleh air mata. Tangannya menggenggam jemari Ariana yang dulu selalu terasa hangat.

“Kau bilang akan tetap di sini, bersamaku…”

Tak ada jawaban. Hanya kesunyian.

Ariana telah pergi… meninggalkan kenangan, cinta, dan luka yang begitu dalam di hati semua orang yang mencintainya.

...****************...

Menguatkan Hati yang Hancur

Dewa berdiri di sisi ranjang Ariana, tatapannya kosong. Tangannya masih menggenggam jemari Ariana yang kini begitu dingin. Ia ingin berkata sesuatu, ingin menangis, ingin berteriak—tapi tidak ada suara yang keluar.

Hatinyalah yang berteriak paling keras.

Ezra, yang sejak tadi memperhatikan Dewa, akhirnya maju dan meletakkan tangan di pundak sahabatnya. “Dewa… aku tahu ini berat. Aku tahu rasa sakit ini tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tapi kau harus tetap berdiri, kau harus tetap kuat.”

Dewa tak menjawab. Matanya masih menatap wajah Ariana, seolah berharap gadis itu akan bangun dan tersenyum seperti biasa.

Ezra menarik napas dalam, menahan emosi yang juga menghantam dadanya. Ia lalu menarik Dewa ke dalam pelukan erat.

“Kau tidak sendiri, Dewa. Kami ada di sini bersamamu.”

Sementara itu, di sisi lain ruangan, Alana terisak dalam diam. Tubuhnya bergetar hebat, tangannya mencengkram erat kain selimut Ariana. Rangga melihat itu dan segera menghampirinya.

“Alana…” suara Rangga lembut, namun cukup kuat untuk menembus dinding kesedihan yang menyelimuti gadis itu.

Alana menggeleng, air matanya terus mengalir. “Dia pergi, Rangga… dia benar-benar pergi…” suaranya nyaris tak terdengar.

Rangga tak berkata apa-apa. Ia hanya menarik Alana ke dalam dekapannya, membiarkan gadis itu menangis sepuasnya di dadanya. Terkadang, tidak ada kata-kata yang bisa menghapus luka sebesar ini.

Di ruangan itu, kesedihan begitu pekat. Tapi di tengah duka yang mendalam, mereka saling menguatkan.

Karena meskipun Ariana telah pergi… cinta dan kenangan tentangnya akan selalu hidup di hati mereka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!