NovelToon NovelToon
Terjerat Gairah Sang Pengawal

Terjerat Gairah Sang Pengawal

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / One Night Stand / Cinta Terlarang / Romansa
Popularitas:981k
Nilai: 4.4
Nama Author: sendi andriyani

"Aku kecanduan dengan tubuh mu, Nona." Juan berbisik sensual di telinga Syera.


"Kau begitu kurang ajar, mana ada pengawal yang menikmati tubuh anak majikan nya heh!" Ketus Syera sambil mengeratkan selimutnya.


Syera Alana Lurious gadis yang nakal dan susah di atur di pertemukan dengan Juan Karessa Mahendra yang di pekerjakan oleh ayah nya menjadi pengawal nya.


Karena suatu kejadian, membuat Syera dan Juan terlibat hubungan terlarang yang membuat sang ayah murka.


Bagaimanakah kisah cinta antara anak majikan dan pengawal nya? Apakah kedua nya bisa meluluhkan hati ayah Syera? Simak hanya disini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 - TGSP

"Itu apa, Ju?" Tanya Romlah menunjuk paperbag yang di pegang oleh putra nya.

"Aahh ya, hampir saja lupa. Ini burger Ma dari Non Syera buat Rinda." Jawab Juan sambil tersenyum.

"Buat Rinda, kak?" Tanya Rinda dengan senyuman ceria nya. Dia begitu senang hati ini, mendapat beberapa baju baru lalu makanan yang paling ingin dia coba.

"Iya, dari calon kakak ipar kamu." Ucap Juan sambil tertawa, nyatanya sekarang Juan seperti benar-benar jatuh cinta pada anak majikan nya, yakni gadis yang harus dia jaga. 

"Juan.."

"Iya Ma.." Juan mendekat, lali berjongkok di depan kursi roda, menyamakan posisi tubuh nya dengan sang ibu.

"Apa Syera itu baik, Nak?"

"Hmmm, dia sangat baik. Hanya saja kepribadian nya sedikit ketus, jutek. Tapi aslinya dia baik kok, apalagi kalau udah kenal banget." Jawab Juan.

"Apa kamu menyukai nya?"

"Lho, kok Mama nanya nya kek gitu sih?" 

"Mama perhatikan, mata mu selalu berbinar saat kamu menceritakan apapun tentang putri majikan mu itu, Nak." 

"Entahlah, mungkin iya, mungkin juga tidak." Jawab Juan, apakah ekspresi nya begitu terlihat jelas sampai sang ibu menyadari nya?

"Jangan terlalu dekat dengan nya, Nak. Mau bagaimana pun, kalian itu punya tembok penghalang. Kamu sebagai pengawal juga supir nya, sedangkan dia adalah orang yang harus kamu jaga."

"Level nya dengan kita berbeda, mereka orang berada. Apakah akan ada orang yang mau menerima kita yang miskin ini? Jadi, pertimbangkan lagi sebelum perasaan mu semakin dalam." Nasehat Romlah.

Bukan tidak boleh, tapi dia khawatir kalau suatu saat anak nya di rendahkan oleh pihak perempuan. Mengingat mereka serba ada, bahkan bisa di bilang serba berkecukupan, sedangkan mereka? Perbedaan mereka terlalu jauh, itu saja.

"Tapi, Nona Syera tidak begitu Ma, bahkan tuan Roberts sendiri tidak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan apa yang dia miliki." 

"Syukurlah kalau begitu, Nak." Jawab Romlah sambil mengusap kepala sang putra.

"Mama tidak akan pernah melarang kamu dengan pilihan mu, Nak. Asalkan kamu bahagia, pasti mama akan merestui kamu." 

"Terimakasih, Ma. Tapi untuk saat ini, Juan sendiri tak tahu perasaan apa ini, Juan takut salah menafsirkan nya." 

"Mama mengerti, Nak. Mandilah, bersihkan tubuh mu. Lalu beristirahat lah, jangan lupa makan terlebih dulu." Ucap Romlah, dia begitu menyayangi putra nya. 

"Iya Ma."

"Kakak, makasih burger nya. Ternyata makanan ini enak sekali, Rinda suka."

"Rinda suka? Kalau begitu, semangatin kakak buat lebih giat kerja nya ya? Nanti kakak ajakin kamu beli langsung ke tempat nya." Ucap Juan sambil mengacak rambut adiknya.

"Wahh, Rinda mau dong kak."

"Iya, nanti kalau kakak ada rezeki lebih kita pergi ke kedai nya langsung." 

"Oke kak, semoga kakak sehat selalu ya. Rinda sayang sama kakak." Ucap Rinda sambil memeluk kakak nya, Juan tersenyum sambil mengusap kepala adiknya dengan lembut.

"Kakak juga sayang sama Rinda." 

"Sudahlah, biarkan kakak mu mandi dulu, sayang." 

Rinda pun melerai pelukan nya, Juan pun tersenyum lalu membawa paperbag berisi pakaian miliknya yang di belikan oleh Syera tadi ke kamar, dia pun mengambil handuk dan melingkarkan nya di leher. 

Di rumah ini, hanya ada satu kamar mandi itu pun jauh dari kamar Juan. Tak ada bath up atau pun shower, yang ada hanya tumpukan baskom-baskom yang berjejer untuk menampung air, ada juga bak mandi dengan wadah kecil untuk mengambil air, yakni gayung.

Tak ada bathbomb, aromaterapi atau sabun cair disini. Hanya ada sabun batang yang sudah tipis karena sering nya di pakai, itu pun hanya satu di pakai bertiga. Beginilah kehidupan Juan, sangat sederhana hingga membuat pemuda itu bisa menghargai setiap rezeki yang di berikan. 

Pemuda itu membuka seluruh pakaian nya, lalu mengguyur seluruh tubuh nya dari atas hingga ke bawah dengan gayung berisi air dingin. 

"Aaahhh segar sekali.." Gumam nya, setelah memakai sabun dan di rasa bersih, Juan pun melingkarkan handuk di pinggang nya, lalu keluar dari kamar mandi dengan langkah santai, bahkan sempat-sempatnya bersiul sambil berjalan.

"Kakak, tadi ada yang nelpon." Ucap Rinda, gadis kecil itu nampak belepotan karena saus burger yang tadi dia makan.

"Siapa?"

"Gak tau, Rinda gak lihat lagi makan soalnya." 

"Ohh, ya sudah. Habis belum?"

"Masih ada, burger nya gede banget kak." 

"Yaudah, kalau gak habis di simpen buat nanti." 

"Iya kak." Jawab Rinda, Juan pun masuk ke kamar. Tak ada pintu, hanya di halangi oleh sehelai kain gorden. Kamar yang berantakan, namun cukup nyaman untuk Juan beristirahat setelah penat seharian bekerja. Kasur usang yang sudah terlihat tipis itu di balut seprai berwarna biru, warna kesukaan Juan.

Pemuda itu mendudukan tubuh nya di sisi ranjang setelah berpakaian, dia mengenakan kaos yang tadi di belikan oleh Syera di padukan celana pendek selutut. 

Dia meraih ponsel jadul dari saku seragam nya, disaat orang lain sudah memiliki ponsel yang hanya berbentuk layar saja, berbeda dengan ponsel milik Juan yang masih memiliki tombol saking jadul nya. Juan tidak pernah terpikirkan untuk membeli ponsel baru, masih bisa makan saja dia sudah sangat bersyukur.

Nama Syera terpampang nyata di layar ponsel nya, membuat kening Juan mengernyit. Kira nya, ada hal apa hingga membuat Syera menelpon nya?

Juan ingin menelpon balik, tapi sialnya pulsa nya malah habis.

"Yahh, di jawab operator. Sudah berapa abad ini ponsel gak di isi pulsa ya?" Gumam Juan sambil mengecek pulsa nya, ternyata saldo nya nol. Juan tertawa miris, untuk pulsa saja dia tidak mampu beli. 

Tak lama kemudian, ponsel nya berdering kembali. Orang yang sama menghubungi nya, tanpa pikir panjang Juan langsung mengangkat telepon dari Syera.

"Hallo, Nona."

'Ihh kok Nona sih, sayang dong kayak tadi.' suara gadis itu terdengar merengek, membuat Juan terkekeh pelan.

"Iya sayang, ada apa nelpon? Tumben." 

'Kangen..' 

"Besok kan kita ketemu, yang." Jawab Juan, padahal dirinya juga sudah merasa rindu pada sosok gadis cantik dan manis itu.

'Hmm, besok kan masih lama, sayang.' Rengek nya lagi.

"Terus, mau gimana?"

'Kok nanya aku sih? Ya mana aku tahu harus gimana.'

"Kamu maunya apa, sayang?" Tanya Juan dengan suara lembut nya.

'Pengen ketemu, mau manja-manjaan lagi sama kamu kayak tadi.'

"Iya, besok ya?"

'Hmmm, yaudah deh. Kamu lagi ngapain? Kok tadi aku nelpon gak di angkat sih?'

"Tadi, aku nya lagi mandi yang. Hape nya aku simpen di kamar, gak kedengeran." Jelas Juan jujur.

'Ohh gitu yah, oke deh. Udahan dulu ya? Aku mau ngerjain tugas dulu, harus di kumpulin besok.'

"Iya sayang, semangat nugas nya."

'Oke, besok masih ciuman ya? Sekalian aku mau pamer liptint baru sama kamu, rasa stroberi, Yang."

"Siap, sampai bengkak lagi aku siap." Jawab Juan sambil tertawa.

"Yaudah, aku mau makan dulu terus tidur."

'Oke sayang.' Jawab Syera, panggilan pun selesai, Juan menatap ponsel nya dengan senyuman yang terbit di kedua sudut bibir nya.

Juan pun menyimpan ponsel nya, pemuda itu mengusak-ngusak handuk di rambut nya yang basah dengan handuk kecil, lalu menggantung nya di rak dekat jendela. Pemuda itu keluar dari kamar nya.

"Habis telponan sama siapa, kak?" Tanya Rinda.

"Anak kecil gak usah kepo deh." Ucap Juan sambil menjawil hidung pesek adiknya dengan gemas.

"Isshh, kakak sakit tau.."

"Siapa suruh kepoan, kamu udah makan belum?" Tanya Juan, Rinda menggeleng. Memang fakta nya dia belum makan, tapi tadi sudah makan burger habis setengah.

"Tadi udah makan burger."

"Iya, tapi belum makan nasi kak. Sama aja belum makan, hehe." Jawab Rinda sambil terkekeh kecil.

"Ya sudah, ayo makan." Ajak Juan, Rinda pun mengekor di belakang kakak nya.

"Juan.."

"Iya Ma, kenapa?" Tanya Juan sambil menatap sang ibu.

"Itu leher kamu merah-merah, kenapa?" Tanya Romlah sambil mendekat.

"Merah? Merah-merah kenapa sih, Ma?" Tanya Juan sambil memegang leher nya, memang sedari tadi dia merasa leher nya sedikit perih, apalagi saat terkena sabun. Tapi, dia pikir mungkin karena tergores apalagi tadi dia kan habis di hajar oleh Martin.

"Iya kok merah-merah, kayak bekas alergi, terus itu pipi kamu lebam. Kamu gak habis berantem kan, Ju?" Tanya Romlah khawatir.

"Kalau pipi lebam sih tadi kena tonjok, pas aku lindungin Non Syera, tapi leher perasaan gak luka deh." 

"Coba ngaca, itu beneran merah-merah ada di beberapa tempat juga." Tunjuk Romlah ke arah leher sang putra. Juan pun mencari cermin dan seketika itu pula matanya membeliak.

'Buseet, ini mah bukan alergi. Tapi kena cupaang.' Juan membatin, tangan nya meraba tanda merah di leher nya itu dan lebih mengejutkan nya lagi, tanda kemerahan itu bukan hanya satu, tapi ada beberapa tempat lain nya.

"Astaga, kapan Nona Syera membuat stempel seperti ini? Seperti nya aku terlalu asik menyusu tadi, sampai tak ingat dan tak sadar kalau Syera membuat tanda ini. Astaga, ternyata dia sangat nakal." Gumam Juan sambil menggelengkan kepala nya.

"Iya kan, kenapa itu?" Tanya Romlah.

"Ini cuma di gigit nyamuk, Ma." Jawab Juan sambil menutupi tanda kemerahan itu dengan tangan nya.

"Di gigit nyamuk, tapi keliatan nya bukan seperti gigitan nyamuk, tapi seperti gigitan drakula." 

"Isshh Mama, drakula apaan sih? Ada-ada aja, di dunia ini mana ada drakula." Celetuk Juan sambil terkekeh, namun ibu nya malah menatap putranya dengan tatapan menyelidik.

"Beneran itu?"

"Iya beneran, Ma."

"Yaudah, makan sana."

"Iya Ma." Jawab Juan, pemuda itu pun langsung pergi ke dapur dan makan dengan cepat. 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻

1
Ade Tri Yuliana
Luar biasa
s
batal
s
ya ampun
s
memangut
s
seharusnya syera
ruhe
Kecewa
ruhe
keren visual xu zhibin di ambil🤩
Cinta Alona putri
lnjut thor
Muliati Muliati
Biasa
Muliati Muliati
Buruk
Farida Rapalawa
Luar biasa
Bapak Adi
huhhhh lagi seru sinyal ga mendukung 😭
Bapak Adi
juaaannnn
Falentino Fahrudin
mantap.Lanjutkan cerita nya...
Anik Suprihatin
Kecewa
Anik Suprihatin
Buruk
Juan Sastra
bagus thorrr puas juga bacanya
Juan Sastra
salah sendiri kucing di titipin ikan ya makanlah,, apa lagi ikannya emang kesenangan di makan ggak nolaklah
Juan Sastra
heemm haredang banget thorrr
Juan Sastra
kok juan ggak ada ketegasan,, lapor polisi kek atau setidaknya melaporlah sama tuannya,, percuma dong byar pengawal jika anaknya tetap dlm bahaya,, jika hanya untuk begitu doang orang lain mah bisa nolongin,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!