NovelToon NovelToon
Teman Diatas Ranjang

Teman Diatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / Dikelilingi wanita cantik / One Night Stand / Percintaan Konglomerat / Teen School/College
Popularitas:17.5k
Nilai: 5
Nama Author: redwinee

[HOT!]

Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.

Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.

Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.

Tidak kurang, tidak lebih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34. Mengobati Luka

“Duduk disini,” ujar Catherine dan Bastian hanya dengan patuh menuruti perkataannya itu.

Bastian duduk di sisi kasurnya smebari renanya menangkap pergerakan Catherine yang membuka kotak p3k, mengeluarkan sebuah salep kemudian mengeluarkan isinya sedikit pada ujung cotton bud.

Catherine kemudian ikut duduk dihadapan Bastian sebelum mulai mengolesi luka yang terdapat di wajah Bastian satu per satu.

“Jika aku terlalu kasar bilang ya,” ujar Catherine lagi sembari meringis sejenak sebab melihat luka-luka yang ada diwajah Bastian itu.

Bastian hanya menangguk pelan sebagai jawaban.

Catherine akhirnya mulai mengobati dari pelipis pria itu kemudian area pipinya dan berikut yang paling parah adalah sudut bibirnya yang mengeluarkan darah itu. Catherine membersihkan darahnya terlebih dahulu dengan kapas baru kembali mengoleskan salepnya lagi.

“Jangan berkelahi lagi,” ujar Catherine tiba-tiba di sela sesi pengobatannya itu.

“Tidak bisa.”

Jawaban yang keluar dari mulut Bastian itu berhasil menghentikan pergerakan tangan Catherine dalam mengobati luka Bastian. Catherine hanya menatap kedua manik Bastian dan kontak mata mereka itu terjalin untuk waktu yang cukup lama.

Catherine kemudian menghela napas sekali sebelum kembali melayangkan pertanyaannya.

“Apa hubunganmu dengan Richard? Teman? Musuh?”

Bastian tampak mengerutkan hidungnya sekali, “Hubungan kita cukup rumit untuk dijelaskan,” jawabnya yang terdengar ambigu.

“Kenapa Richard bsia memiliki senjata berbahaya seperti itu? Bukankah itu ilegal?” tanya Catherine lagi, cukup penasaran dan tentunya kaget ketika mendapati Richard yang mengeluarkan psitol seperti itu.

“Untuk menembak orang,” jawab Bastian yang lagi-lagi dengan nada santainya seolah pria itu sudah terbiasa melihat benda seperti iu.

Catherine memutar bola matanya malas sekali, “Aku tahu Bastian, tapi kenapa dia bisa ada barang seperti itu?”

Melainkan menjawab pertanyaan Catherine, Bastian secara tiba-tiba melempar tatapan tidak sukanya ke arah Catherine.

“Kenapa kau mendadak menjadi penasaran dengannya?” tanya Bastian dengan nada sewotnya itu.

‘Tidak, aku hanya…”

“Fokuslah untuk mengobatiku,” ujar Bastian dan akhirnya Catherine memilih untuk menyerah bertanya lebih lanjut kepada pria itu.

Sebab antara Bastian memang tidak mau memberi jawaban yang sebenarnya kepada Catherine atau Basstian yang memang susah untuk diajak mengobrol secara serius. Catherine rasa jawabannya adalah opsi yang pertama, toh mereka juga tidak sedekat itu untuk saling berbagi rahasia. Catherine menyadari hal itu dan dia mencoba untuk menerimanya.

Catherine kemudian melanjutkan mengobati wajah Bastian hingga selesai sebelum akhirnya menurunkan pandangannya ke bawah, ke arah tubuh Bastian tepat pada area perutnya.

“Buka bajumu,” ujar Catherine secara tiba-tiba yang membuat Bastian melebarkan matanya.

“Tidak perlu,” ujar Bastian menolak yang kini membuat Catherine menatapnya aneh.

Catherine terus menatap pria itu dan mendapati Bastian menghindari tatapan matana sembari membuang wajahnya ke samping. Bastian merasa malu? Seorang Bastian malu?

Catherine menaikkan alis kanannya sembari menatap lurus manik Bastian, “Kau merasa malu didepanku sekarang? Padahal sebelumnya kau bahkan dengan santai keluar dari kamar mandi tanpa memakai pakaian atasmu,” cecar Catherine.

“Tidak, hanya saja tidak ada luak di tubuhku. Jadi aku tidak perlu membukanya,” ujar Bastian yang lagi-lagi menghindari kontak mata Catherine membuat wanita itu semakin curiga.

Dengan Bastian yang menolak seperti ini membuat Catherine semakin gencar ingin mengeceknya dengan mata kepalanya sendiri.

“Tapi aku harus tetap memeriksanya.”

“Tidak perlu,” tolak Bastian lagi.

“Kenapa? Aku hanya ingin mengobati lukamu, bukan melakukan hal yang macam-macam,” ujar Catherine bersikeras kemudian sudah hendak meraih ujung kaos Bastian dan menyingkapnya ke atas.

“Catherine,” panggil Bastian smebari mengenggam tangan Catherine yang sudah dengan begitu berani meraih ujung kaosnya itu.

Bastian menatap lurus ke arah kedua manik Catherine, benar-benar serius dan dalam membuat Catherine meneguk ludahnya gugup.

“Aku hanya takut aku tidak bisa menahan diri.”

“Ka…kau…sedang terluka, jangan berpikiran aneh-aneh,” uajr Catherine dan sialnya ia mendadak tergagap, tatapan Bastian terlalu dalam membuat pertahanan diri Catherine perlahan terkikis.

“Tapi aku masih mempunyai tenaga yang cukup bagi kita untuk…”

“Stop Bastian, jangan bahas itu. Biarkan aku mengobatimu dulu,” ujar Catherine yang langsung memotong kalimat Bastian itu sebelum pria itu entah memperpanjang topik pembicaraan mereka ke arah yang lebih gila.

Dan entah kenapa suhu ruangan disekitar mereka terasa panas seketika.

“Oke,” ujar Bastian kemudian mengulum senyumnya sebelum menarik kaosnya ke atas dan emmbukanya.

Catherine melebarkan matanya, walaupun hanya lebam sedikit di bagian perut Bastian namun yang membuat Catherine kaget adalah bekas luka jahitan di dada Bastian, seakan pria itu pernah mengalami luka yang cukup serius. Cukup panjang, semacam bekas luka yang mendalam.

Catherin memandangi luka itu cukup lama hingga akhirnya tersadar karena suara Bastian.

“Tidak jadi obatin?”

Catherine ingin bertanya mengenai luka itu tetapi dia mengurungkan niat dan hanya fokus pada luka Bastian saja.

Setelah Catherine selesai mengobati lukanya, Bastian kembali memakai kaosnya dan Catherin membereskan kotak p3k-nya sebelum bangkit berdiri untuk meletakannya kembali.

Catherine berjala melewati lemari pakaian Bastian sebelum akhirnya pandangannya tertuju pada sebuah kaos putih yang mencuat keluar karena terjepit pintu lemari. Catherine kemudian menyipitkan matanya, sepertinya dia pernah melihat kaos itu. Catherine kemudian menarik kaos itu keluar dari lemari itu untuk dapat melihatnya secara lebih jelas lagi.

Catherine akhirnya balik badan dan menunjukkan kaos itu kepada Bastian.

“Apa maksudnya ini?”

Bastian menatap Catherine dengan raut kagetnya, hanya sepersekian detik sebelum pria itu berakhir mengusap punggung lehernya sekali.

“Sepertinya aku sudah ketahuan.”

Catherine berjalan mendekati Bastian, “Jelaskan kepadaku sekarang,” tuntut Catherine yang mulai emosi. Bagaiman atidak, kaos yang Catherine pegang itu adalah kaos milik Bastian yang hilan ketika Catehrine hendak membawanya ke tempat laundry.

Apa Bastian sengaja menjebaknya? Mencuri kaos itu tanpa sepengetahuan Catherine kemudian memancing Catherine pada taruhan gila mereka itu?

“Duduklah dulu,” ujar Bastian namun Catherine menggeleng.

“Tidak, kau membohongiku,” ujar Catherine dan nasa bicaranya mulai meninggi.

Bastian akhirnya bangkit dari kasurnya dan berjalan menghampiri Catherine, “Iya, aku membohongimu.”

Catherine menatap Bastian untuk beberapa saat, “Kenapa?” tanya Catherine tidak mengerti alasan dibalik tindakan Bastian itu.

“Aku tertarik denganmu,” ujar Bastian serius namun Catherine berdecih sekali sebagai balasan sembari menatapnya seolah tidak percaya dan menanggap kalimat Bastian hanyalah bualan gombalnya.

“Jadi ini caramu untuk menjebakku?”

“Bisa dibilang begitu.”

“Sejak kapan? Sejak kapan kau merencanakan ini semua?” tanya Catherine. Tentu saja ia marah, namun ia juga penasaran alasan dibalik semua tindakan tidak masuk akal Bastian itu.

“Aku lupa,” jawab Bastian.

Catherine lagi-lagi mendengus kasar mendengar omong kosong Bastian itu. Catherine tidak percaya bahwa ia sangat bodoh hingga bisa percaya dengan ucapan Bastian. Perkara hutang itu semuanya tidak ada dan taruhan yang pria itu buat juga seharusnya tidak terjadi kalau Bastian tidak membohonginya sedari awal.

1
Uthie
menarik 👍
Uthie
Waoww 😂
Murnia Nia
jangan2 ian kecil temannya catherine sekarang bastian ya thor
Wineeeee: wihh mari kita lihattt

jago nih analisanya 🤭🤭
total 1 replies
partini
Bastian ga se pro Damian Thor Damian super duper HOTE
Wineeeee: wkwkwk tenang...masih pertama kali
total 1 replies
Elmi Varida
mau banget thor...sok lanjutken...ditunggu ya...😁
Wineeeee: Siapp🫡
total 1 replies
Elmi Varida
di awal ceritanya memang agak garing ya tp lama2 seru jg.
Elmi Varida: semangat berkarya!!abaikan kt garing drku ya🤭✌️😃
itu hanya buat kamu semangat. Tolong typonya di perhatikan jg.
Wineeeee: Terimakasih kak udah mau bacaaaa🤗🤗🤗
total 2 replies
Ripah Ajha
luar biasa🥰🥰🥰
Elmi Varida
harusnya Cathrin ngomongnya ke Lilly. Tunggu aku udah bosan baru di campakkan😄😄
Elmi Varida
ikut nyimak thor..
Chung Chung
Up
Chung Chung
Jangan up 1, up, 2,3 tak puas baca
Wineeeee: Ditunggu kakk, besok aku bakal usahain double updatee 😚
total 1 replies
Chung Chung
Up 2,3
Chung Chung
Up
partini
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!