Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27
Malam sudah larut. Lampu-lampu jalan menerangi trotoar di depan sebuah bar kelas menengah. Musik masih terdengar samar dari dalam, bercampur dengan suara tawa dan riuh pengunjung. Di luar, Ranika duduk di lantai trotoar, dengan riasan yang sudah berantakan dan botol kosong di sampingnya. Matanya sembab, rambutnya berantakan. Ia terlihat seperti kehilangan arah.
Mona berdiri di sampingnya, gelisah sekaligus kesal. Ia mondar-mandir, melirik jam tangan dengan ekspresi tak sabar.
Tak lama, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan bar. Virzha keluar dari dalam mobil dan berjalan cepat ke arah mereka.
“Kau ngapain aja sih Virzha??? Lihat Ini semua salahmu, Virzha. Gara-gara kamu, dia jadi kayak orang gila!”
Virzha menatap Ranika dengan wajah prihatin. Ia abaikan perkataan Mona dan langsung berjongkok di depan istrinya.
“Ranika… ayo pulang.”
Ranika menggeleng lemah, bicara melantur,
“Aku… aku nggak salah… mereka semua salah… kamu juga salah, Virzha… semua salah...”
Mona menghentak kakinya kesal.
“Jangan cuma diam! Lihat istrimu sekarang! Ini hasil dari caramu memperlakukan dia!”
Virzha berdiri dan menatap Mona dingin, suaranya tenang tapi penuh tekanan.
Virzha tak menjawab. Ia kembali fokus pada Ranika dan membantu perempuan itu berdiri, membiarkannya bersandar padanya.
“Ayo, kita pulang.”
Ranika tertawa kecil seperti orang yang sedang berhalusinasi, lalu menangis dalam waktu bersamaan.
Virzha membuka pintu mobil, membantu Ranika masuk ke kursi belakang, lalu menutup pintunya perlahan. Ia berjalan menuju sisi kemudi, tak sekalipun menatap Mona yang masih berdiri dengan wajah penuh amarah.
Di dalam mobil, suara tangisan Ranika masih terdengar pelan. Malam itu, jalanan yang sunyi seakan jadi saksi bisu dari pernikahan yang sedang runtuh perlahan.
Virzha membuka pintu mobil bagian belakang dan membiarkan Ranika bersandar di bahunya, matanya menerawang kosong, mulutnya bergumam tak jelas.
"Kamu kenapa sih Ranika?" bisik Virzha lirih, lebih pada diri sendiri, karena ia tahu istrinya sudah terlalu mabuk untuk mendengar.
Mona masih berdiri di luar mobil, memelototi menantunya dengan tatapan penuh benci.
"Ini semua tuh salahmu Virzha, kalau kau nggak buat dia setres, dia nggak bakal jadi kayak gini, cuman gara-gara uang segitu kau marah-marahi anakku. Uang segitu pasti nggak ada artinya juga kan bagimu, cuman dipakai ratusan juta aja marahnya udah kayak gitu"
Virzha tidak menjawab. Ia hanya menutup pintu mobil dengan tenang, lalu berjalan ke sisi pengemudi. Bukan karena dia takut, tapi karena dia sadar, percuma berdebat dengan orang yang tidak mau mendengar.
Mobil melaju pelan meninggalkan depan bar itu. Sepanjang perjalanan, Ranika terus mengoceh dalam keadaan setengah sadar.
Virzha menghela napas panjang. Tangannya menggenggam kemudi kuat-kuat, berusaha menahan emosi.
Ia melirik sekilas ke arah istrinya yang kini tertidur di kursi belakang, air mata masih mengalir di pipinya meski matanya terpejam.
Pikirannya penuh sesak. Ia tahu, sejak Mona datang, bukan hanya keuangan mereka yang kacau, tapi juga pernikahan mereka. Uang menguap entah ke mana, kartu kredit dipakai semaunya, dan Ranika mulai berubah. Lebih sering marah, lebih sering keluar rumah, lebih sering menyalahkan Virzha.
"Aku capek sama pernikahan ini"gumam Virzha dalam hati, menatap malam yang terasa dingin, lebih dingin dari biasanya.
***
Pagi itu, langit tampak suram, seolah ikut merasakan beban hati Virzha. Setelah semua kekacauan yang terjadi dalam rumah tangganya bersama Ranika, dan setelah malam yang melelahkan menjemput wanita itu dari bar dalam keadaan memalukan, Virzha sadar... tidak ada lagi yang bisa ia pertahankan.
Ia duduk di dalam mobil beberapa saat, memandangi sebuah rumah sederhana di depannya. Nafasnya berat, dadanya sesak. Tapi ia sudah memutuskan.
Virzha mengetuk pintu rumah Mikha. Tak lama, pintu terbuka, dan Mikha muncul dengan tatapan kaget melihat siapa yang datang.
Virzha dengan wajah tenang, tapi tegas.
"Ada apa om tiba-tiba kerumah ku?" tanya Mikha.
Virzha terdiam sejenak.
"Apa om sudah punya jawaban atas permohonan ku semalam?"
Virzha menatap Mikha dengan yakin.
“Aku akan bertanggung jawab atas semua ini.”
“Maksud om?"
“Aku akan menikahimu. Aku akan tanggung jawab atas bayi itu. Kamu akan punya kehidupan yang layak.”
Mikha membatu. Jantungnya berdetak kencang. Ia tidak menyangka Virzha akan mengatakan hal seperti ini. Tapi kalimat selanjutnya membuat dunia Mikha runtuh.
“Aku harap kamu bisa jadi istri yang baik. Dan jangan khawatir soal Anand... Lagipula, putraku tidak pantas bersanding dengan pelacur seperti kamu.”
Seperti tertampar, Mikha hanya berdiri diam, tubuhnya gemetar. Pandangannya buram oleh air mata yang langsung memenuhi pelupuk matanya. Hatinya terasa tercabik-cabik.
Ia ingin membela diri ia tidak pernah ingin hidup seperti ini. Tapi apa gunanya?
Mendengar perkataan Virzha yang menyakitkan itu sungguh sangat membuat hati Mikha hancur, ya memang pekerjaan nya sangat tidak baik, tapi ia juga tidak mau jadi seperti ini. Dan Anand... Mikha masih sangat mencintai Anand, bagaimana tanggapan Anand melihatnya menikah dengan ayahnya sendiri? Hati Mikha sangat hancur, ia sudah kehilangan segalanya, ia kehilangan nenek yang sudah seperti ibunya sendiri, ia kehilangan keperawanan nya, ia pun kehilangan Anand seorang laki-laki yang setia yang selalu melindungi nya dan mencintai nya dengan tulus, namun yang di katakan oleh Virzha benar. Mikha tidak pantas bersanding dengan laki-laki baik seperti Anand.
Mikha menunduk. Air matanya jatuh tanpa suara.
Virzha menatap Mikha sejenak, "Ikut aku untuk membicarakan soal pernikahan kita"
"Temui ibuku dulu" ucap Mikha.
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale