Ara harus cepat-cepat kembali ke Indonesia karena mendengar bundanya sakit. Dia sampai harus kehilangan kontrak kerjasama dengan salah satu perusahaan yang sudah lama diincarnya karena mengkhawatirkan kondisi sang bunda. Namun apa yang terjadi di Indonesia tidak sepanik seperti apa yang ada dalam benak Ara.
Bahkan ini semua hanya rencana sang bunda untuk menjodohkan Ara dengan putra dari teman baiknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Niken Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 9
"Sial! Kamu ini malah menghalangi jalanku saja, minggir!"
"Akkhh..."
"Bik nah!"Ara terkejut melihat apa yang diperbuat wanita yang telah menabrak pengurus rumah tangga nya tersebut.
"Hei! Berhenti kamu!"Ara menatap tajam ke arah wanita itu namun wanita itu seolah-olah tidak mendengar suaranya.
"Mentang-mentang kamu kaya, kamu akan lari begitu saja, lihat dulu siapa lawanmu,"gerutu Ara sambil menarik sandal nya lalu melemparkannya kepada dua orang yang telah membuatnya kehilangan kesabaran.
"Aduh!"
"Akh."
Keduanya berhenti. Kendra berbalik dan menatap nadien.
"Kak, kamu tidak apa-apa? Kurang ajar! siapa yang berani melempar ini!"
"Aku,"Ara mendekati kedua orang tersebut. Ara menatap tajam nadien. Kendra sedikit terkejut melihat kehadiran Ara.
Bukankah dia putri bungsu keluarga Handoko. Katanya ada di Perancis. Kenapa sekarang berdiri di sini.
"Heh!Kamu tahu siapa kami, kami..."
"Aku tidak mau tahu! Tidak peduli kalian siapa, tapi karena kalian berdua, lihat apa yang sudah terjadi,"tunjuk Ara kepada bik nah.
"Tanggung jawab!"ujar Ara dengan suaranya yang lantang dan tatapan yang tajam membuat nadien tampak ketakutan.
"Heh, begitu saja pakai marah-marah. Ini,"nadien menyodorkan beberapa lembar uang. Ara hanya tersenyum kecut.
"Aku tidak butuh uangmu,"Ara menarik uang nadien dan melemparkannya persis ke muka Nadien. Dengan tampang garangnya Ara melotot ke arah nadien yang hendak marah kepadanya. Namun melihat ekspresi Ara membuat nadien mengurungkan aksinya.
"Kakak...."rengek nadien kepada Kendra yang sedari tadi hanya diam melihat.
"Baiklah, nona, apa yang kamu inginkan,"tanya Kendra.
"Bawa ke rumah sakit,"jawab Ara.
"Baik,"ujar Kendra. Tetapi nadien menghambat laju Kendra.
"Kak, apa yang kamu lakukan. Kasih uang saja selesai kak, kita bisa perpanjang jika dia macam-macam kita laporkan saja..."
"Ayo."
"Hei, apa yang kamu lakukan!"nadien mengejar langkah Ara yang menarik Kendra begitu saja menjauhinya.
"Ish, dasar perempuan udik, asal main tarik kekasih orang sembarangan,"keluh nadien yang tampak kelelahan karena mengejar langkah Ara dan juga Kendra.
"Kamu ikut mobil aku, aku tidak bisa jamin kamu akan kabur nantinya,"ujar Ara. Dia mengajak Kendra untuk ikut semobil dengan dirinya.
"Tidak bisa! Aku ikut juga."
"Stop! Kamu mau apa?"tanya Ara sambil berkacak pinggang.
"Dia kekasihku, aku harus ikut dengannya,"ujar nadien sambil bersungut menantang Ara.
"Dasar anak kecil, ingusan, manja lagi, kamu dilarang naik mobil ku."
Ara bergegas naik ke dalam mobil. Sedangkan Kendra baru saja menghubungi sopir pribadinya untuk mengikuti mobil yang dia tumpangi. Bik nah duduk di tengah dengan Ara. Sedangkan Kendra duduk di depan bersama sopir Ara.
"Jalan pak Fajar, kita ke rumah sakit,"ujar Ara memberi perintah setelah mengunci pintu mobil yang sedari tadi digedor oleh nadien.
"Dasar perempuan sinting!"teriak nadien kesal.
Dia segera menelepon sopir pribadi keluarganya untuk datang menjemput.
"Awas saja kamu ya, kalau bertemu lagi akan kubalas semua ini."
**
Ara dan Kendra menunggu hasil pemeriksaan dokter. Tak lama kemudian bik nah keluar dengan seorang perawat dengan tangan yang dibalut perban.
"Keluarga pasien silakan masuk, dokter ingin bicara,"ujar perawat.
"Kamu ikut masuk juga,"ajak Ara kepada Kendra. Mereka berdua pun masuk dan mendengarkan penjelasan dari dokter.
"Biaya nya sudah aku bayar semua,"ujar Kendra sambil menyerahkan obat yang baru saja dia tebus di apotik rumah sakit. Ara menerima obat itu dan menyerahkan kepada bik nah.
"Untuk sementara bik nah istirahat dulu di rumah. Nanti aku akan ijinkan ke bunda."
"Tapi non, kalau saya tidak bekerja..."
"Gaji bik nah akan tetap seperti biasa. Yang melukai bik nah akan bertanggung jawab semuanya, termasuk biaya karena bik nah tidak bisa bekerja,"ujar Ara sambil menyindir Kendra.
"Saya akan mengganti semuanya, bibik tenang saja,"ujar Kendra.
"Tuh, bik. Jadi bik nah tenang saja."
"Terimakasih, tuan,"Ujar bik nah kepada Kendra.
"Itu sudah sewajarnya bik, dia dan kekasihnya yang berbuat ulah jadi harus berani bertanggung jawab."
"Dia bukan kekasihku,"sahut Kendra.
"Itu bukan urusanku, ayo aku antar bik nah pulang,"ujar Ara sambil membantu bik nah berdiri.
"Oya tuan, terimakasih untuk semuanya. Sebagai sesama perempuan saya sarankan, kalau tuan tidak mencintainya jangan biarkan dia salah paham, jika dia melukai orang lain karena kesalahpahaman itu bukan hanya salah dia tetapi juga salah tuan yang tidak memberinya ketegasan,"Ara menatap tajam Kendra sebelum akhirnya berlalu bersama bik nah.
Kendra menarik sudut bibirnya. Ternyata putri bungsu keluarga Handoko cukup menarik juga.