Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Napas Beby
Angin malam menerpa tubuh Elara yang berdiri di balkon kamar, wanita itu menumpahkan segala keresahan dan kegundahan hati yang membuatnya tidak bisa tertidur.
Ingin rasanya Elara ikut bersama kedua orangtuanya yang sudah tiada, mejalani hidup sebatang kara ternyata tidaklah mudah.
"Ibu, jika aku sudah tidak sanggup bisakah kau menjemput ku pergi bersamamu," Elara mengusap air matanya, "Kalian meninggalkan ku hanya untuk menjalani kehidupan menyedihkan ini, kalian begitu tega padaku," Isak tangis Elara semakin terdengar di kesunyian malam.
"Jika aku tidak hamil dan punya anak mungkin aku sudah mengakhiri hidupku."
Tiba-tiba sebuah tangan melingkar ditubuhnya bersama dengan selimut yang membungkusnya, namun Elara tidak bergeming, wanita itu masih diam dengan Isak tangisnya.
"Kenapa malam-malam disini, udaranya sangat dingin,"
Noah membalikkan tubuh Elara hingga kini keduanya saling berhadapan, dilihatnya wajah Elara yang menunduk, tangan Noah pun menyentuh dagu Elara dan membuat wanita itu menatapnya.
Bisa Noah lihat wajah basah dengan mata sembab serta hidungnya yang merah.
"Kenapa?" Tanya Noah sambil mengusap pipi Elara yang basah, "Kenapa kau bertahan demi bayimu?" tanya Noah dengan perasaan berkecamuk.
Noah ingin tahu alasan Elara bertahan bersama bayinya, karena kata-kata Elara sempet membuat Noah begitu merasa sesak.
Elara tampak enggan untuk menjawab, wanita itu hendak memalingkan wajah tapi Noah menahannya, "Aku ingin tahu, kenapa kau bertahan demi bayimu?" Desak Noah lagi dengan tatapan tajam.
Elara yang melihatnya semakin terisak.
"Aku tidak ingin berdosa untuk kedua kali jika aku membunuh bayi itu!"
Deg
Dada Noah seperti diiris sembilu, rasanya begitu sakit, di sinilah dirinya yang berdosa, Elara hanya korban yang kebetulan harus Noah selamatkan, meskipun tidak harus dengan memerkosa wanita itu, hanya saja Noah memang tidak memiliki daya untuk mengendalikan gairahnya yang terpancing.
"Kau sudah berjuang sampai detik ini, kau adalah inu yang kuat." Noah menarik tubuh Elara dalam pelukannya.
Noah tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari Berlin, mendengar bagaimana Elara bertahan demi bayinya membuat Noah merasakan getaran didada, begitu besar cinta Elara pada bayinya, jika saja wanita lain mungkin bayi itu tidak akan selamat lahir ke dunia.
*
*
Selama tinggal di kediaman Noah, Elara benar-benar diperlakukan dengan baik, sudah dibilang dirinya bukan nyonya dirumah itu namun tetap saja pelayan dirumah itu memperlakukan Elara seperti majikan.
"Ela, aku mau pergi ke rumah lama. Apa kau mau ikut?" Delana muncul saat Elara sedang menyiram tanaman pagi-pagi sekali.
Elara menoleh kebelakang, wanita itu menaruh selang dan mematikan air kran.
"Kenapa bibik mau pulang?" Tanya Elara dengan tatapan sendu.
Delana membuang napas, "Disana tempat tunggalku Elara," Jawab Delana.
Elara menunduk sambil meremat kedua tangannya, seperti sedang gelisah.
Delana maju mendekati Elara dan mengusap lenganya, "Kenapa kau sedih, kau bisa berkunjung jika sedang tidak sibuk, sekarang kau harus pikirkan bayimu, kau harus melakukan yang terbaik untuknya." Tutur Delana seperti mengerti kegundahan yang Elara rasakan.
"Tapi bik," Elara menatap Delana dengan rasa takut.
"Jangan takut, dia akan bertanggung jawab. Kau hanya perlu melakukan tugas mu sebagai seorang ibu, percayalah Tuhan sudah membuat garis kebahagiaan untuk kalian." Delana mengusap wajah Elara yang sendu, dirinya tahu ketakutan wanita ini.
"Jika dia berbuat macam-macam, kau bawa saja bayimu pergi."
Ehem
Keduanya saling menoleh ke sumber suara, mereka bisa melihat Noah yang berdiri diambang pintu dengan tatapan tajam tak suka.
Tapi bukanya takut, kedua wanita itu malah menahan tawa melihat penampilan Noah yang baru bangun tidur.
"Kau lihat dia bukan, tidak menyeramkan sama sekali," Bisik Delana.
*
*
"Kenapa kau bangun pagi-pagi sekali," Noah mengikuti Elara dari belakang saat masuk kedalam kamar.
Noah terbangun saat dirinya merasakan sisi tempat tidurnya kosong, karena semalam mereka tidur di ranjang yang sama.
"Aku terbiasa bangun pagi," Jawab Elara tanpa menatap Noah yang mengikutinya di belakang.
Noah pun meraih tangan Elara dan menariknya membuat Elara berbalik dan menabrak dada bidang Noah.
"Lain kali kau tidak boleh bangun sebelum aku membuka mata," Noah langsung menempelkan bibirnya pada bibir Elara yang polos tanpa perona bibir, wanita ini terlalu manis dengan wajah polos tanpa apapun.
Elara yang mendapat ciuman mendadak tiba-tiba tubuhnya membeku, ini kali kedua pria ini mencium bibir saat dirinya tersadar.
"Napas Beby," Bisik Noah dengan deru napas memburu.
Wajah Elara seketika manjadi memerah.