NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30. Pindah Rumah

Sebuah mobil berhenti di depan rumah sederhana namun terkesan mewah. Dari dalam mobil, Hasan, Badriah, dan Airilia turun dengan perasaan campur aduk. Hasan mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Rumput liar tumbuh tinggi, hampir menutupi bagian depan rumah yang tampak sudah lama tidak dihuni.

"Mas, kok aku takut, ya, kita tinggal di sini?" Badriah menggenggam tangan Airilia erat, menyusul suaminya yang sudah melangkah lebih dulu ke halaman rumah almarhum Sento.

Hasan berbalik dan menatap istrinya yang tampak ragu, sementara Airilia berjalan di belakang mereka dengan wajah polos.

"Enggak papa, nanti kita bersihkan rumah ini. Mumpung masih ada waktu," jawab Hasan, berusaha menenangkan istrinya.

Ia merogoh saku celananya dan mengeluarkan kunci rumah, lalu memasukkannya ke dalam lubang kunci dan memutarnya perlahan. Begitu pintu terbuka, mereka disambut oleh ruang tamu yang masih mempertahankan kemewahannya. Perabotan tampak tertata rapi, hanya saja lapisan debu tebal dan kotoran hewan berserakan di lantai.

"Aku nggak nyangka... Hampir tujuh belas tahun nggak ditempati, tapi kondisinya masih sangat bagus," gumam Hasan takjub.

Hasan menoleh ke arah istrinya. "Dek, kamu tunggu di sini sebentar, ya. Aku mau ke warung membeli beberapa perlengkapan yang kita butuhkan."

Badriah mengangguk sambil memperhatikan Airilia yang diam saja di sampingnya.

"Lia, kamu tunggu di sini, ya. Bibi mau bersihkan kamar dulu supaya kamu bisa cepat beristirahat," ujar Badriah lembut.

Ia berjalan menuju salah satu kamar yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Saat pintu kamar terbuka, matanya membulat kagum. Meskipun lama tak dihuni, kamar itu masih menyisakan beberapa barang yang bisa dipakai, seperti lemari dan ranjang.

Setelah hampir setengah hari membersihkan rumah, Hasan dan Badriah akhirnya duduk di sofa untuk beristirahat. Hasan membuka bungkus camilan yang baru saja ia beli di warung, sementara Badriah menyandarkan tubuhnya dengan lelah.

"Mas, aku mau mandi, tapi airnya nggak jalan. Listrik di rumah ini juga mati," keluh Badriah sambil mengibaskan tangannya ke wajah, merasa gerah setelah seharian bekerja.

"Besok aku akan menghubungi pihak PLN. Untuk sementara, kamu bisa numpang mandi di mushola," kata Hasan.

"Apa nggak apa-apa kalau kita numpang mandi di sana?"

"Nggak papa, nanti aku minta izin dulu sama pengurus mushola. Kamu mau mandi sekarang? Biar sekalian aku ambil air untuk keperluan kita di sini."

Badriah ragu sejenak, lalu menoleh ke arah Airilia yang sedang terlelap di sofa. "Terus, Airilia gimana?"

"Kayaknya nggak papa ditinggal sebentar. Lia baru saja tidur," jawab Hasan.

Badriah akhirnya mengangguk kecil. Ia mengambil handuk dan baju ganti, lalu bersiap pergi bersama Hasan.

---

Di sebuah kamar, Aluna dan Reza tengah beristirahat setelah melalui aktivitas yang menguras tenaga dan keringat. Aluna mendekat ke arah Reza yang sedang menatap layar televisi tanpa ekspresi.

"Mas, aku ingin mengadakan acara empat bulanan seperti Dinda," ucap Aluna, nada suaranya penuh harapan.

Reza menghela napas panjang. "Luna, maaf... Aku nggak bisa menuruti keinginan kamu saat ini. Bukan karena aku nggak bisa adil, tapi uang gajiku semuanya dipegang sama Dinda. Tapi aku janji, nafkah buat kamu pasti selalu ada."

Mendengar jawaban itu, wajah Aluna langsung berubah. Ia cemberut dan menjauh dari Reza, membalikkan badan membelakanginya.

"Aluna, kamu marah?" Reza bergeser mendekati Aluna, lalu mulai mencium wajah, kening, dan pipinya dengan lembut, berharap bisa meluluhkan hati istrinya.

Aluna menghela napas kasar, lalu berbalik menghadap Reza. "Mas, kenapa kamu nggak bisa adil sama calon anak kita? Kenapa aku dan anak ini selalu harus mengalah? Kamu selalu ada waktu untuk Dinda dan anaknya, tapi aku dan anakku selalu dinomorduakan."

Nada suaranya terdengar lirih, penuh keluhan yang selama ini ia pendam. Matanya mulai berkaca-kaca, tak sanggup lagi menahan kesedihannya.

Reza menggenggam tangan Aluna dengan lembut, menatap dalam mata coklatnya yang kini dipenuhi air mata.

"Maafkan aku, Luna. Untuk saat ini, aku memang belum bisa mengadakan acara empat bulanan untukmu. Tapi aku janji, nanti saat tujuh bulananmu, kita akan mengadakan acara yang meriah dan mewah. Kalau perlu, kita juga liburan ke luar kota."

Janji itu sukses membuat hati Aluna sedikit luluh. Perempuan mana yang tidak bahagia saat diberikan harapan seperti itu?

"Janji?" tanyanya dengan suara pelan.

Reza mengangguk sambil mengusap rambut hitam Aluna dengan penuh kasih sayang. "Iya, aku janji."

Reza kemudian mengusap pipi Aluna dan berkata, "Untuk sementara, kamu fokus saja sama kehamilanmu. Biar kamu nggak kesepian, kamu bisa mulai bersosialisasi dengan tetangga di sini. Kalau kamu akrab dengan mereka, nanti kalau kita mau mengadakan acara, kita bisa minta bantuan mereka."

Aluna terdiam, tapi kali ini ia setuju dengan pendapat Reza. Sudah hampir satu bulan ia tinggal di sini, tapi ia belum pernah sekalipun menyapa atau berkenalan dengan tetangga sekitar. Ia juga tidak pernah membeli sayuran dari tukang keliling dan lebih sering mengandalkan makanan cepat saji.

"Sayang, kenapa kamu melamun?" tanya Reza saat melihat Aluna terdiam.

"Nggak papa, aku cuma lelah aja," jawab Aluna singkat.

Reza tersenyum, lalu menarik Aluna ke dalam pelukannya di bawah selimut.

"Satu ronde lagi," bisiknya menggoda, sebelum melumat bibir Aluna dengan penuh gairah, tak memberinya kesempatan untuk menolak.

---

Bersambung...

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!