seorang istri yang bersabar selama dua tahun menunggu suaminya berubah tapi malah berulah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatimah Afath ( arasimah ), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Draft
Surti menaiki tempat tidur untuk tidur bersama suaminya yaitu Parman. Setelah membaca doa Parman dan Surti langsung saja mudah terlelap.
Pagi harinya Santi bangun sebelum shubuh sudah rapih- rapih menyapu mengepel dan memasak sebelum Surti bangun. Saat Surti bangun kaget rumah sudah dalam keadaan rapih semua.
Santi juga sudah menyiapkan makanan di meja makan. Surti mengucap terima kasih dan maaf tidak dapat membantu Santi. Santi yang meminta maaf selama dua hari ini Santi sakit jadi tidak dapat membantu rapih - rapih rumahnya.
Surti bertanya apakah badan Santi benar - benar sudah pulih. Santi menjawab benar sudah pulih semua. Namun Santi diminta menjaga kesehatan lagi oleh Bu Surti.
Parman yang sudah selesai sholat shubuh ikut bergabung bersama dengan Santi dan Surti di bangku meja makan.
Mereka sarapan bersama selayaknya keluarga. Surti menyuruh Santi untuk istirahat baru berangkat kerja. Karena kini giliran bu Surti yang akan merapihkan piringnya serta mencucinya. Parman pun menyuruh Santi untuk istirahat saja.
Santi akhirnya ke ruang Tv bersama Parman untuk menonton tv. Sedangkan Surti sedang merapihkan meja makan setelah mencuci piring. Parman walau hanya sebagai bapak angkat tapi sudah menganggap Santi sebagai anaknya yang kini genap berusia dua puluh satu tahun.
Parman tidak menyia - nyiakan seorang anak yang perlu diberikan kasih sayang yang datang padanya walau usianya kini sudah beranjak dewasa. Santi baru pertama kalinya di sayang oleh seorang Ayah merasa senang. Walau Santi baru merasakannya sekarang.
Karena sejak kecil Santi harus bertahan hidup dengan mencari uang dan kerja apa saja. Tanpa tahu apa itu kurang rasa kasih sayang. Tanpa tahu jika orang tua harus memberikan kasih sayang.
Saat Santi telah menikah Santi menantikan seorang anak yang akan selalu di sayangi olehnya. Namun ternyata Allah berkata lain bahwa Santi tidak ditakdirkan punya anak bersama Tedy.
Santi masih berharap memiliki anak maka Santi akan mencurahkan semua kasih sayangnya kepada anaknya. Namun kini Santi hanya seorang janda. Dalam hati Santi apakah jika nanti Santi menikah bisa mempunyai anak. Atau Santi jika menikah nanti tidak akan mempunyai anak seperti Pak Parman dan bu Surti tidak punya anak sampai tua.
Santi masih berperang dalam fikirannya, tidak benar - benar fokus menonton tv. Sampai Parman menegur Santi karena sudah jam tujuh pagi saatnya Santi harus berangkat kerja.
Santi pun kaget langsung cuci muka lagi takut merasakan ngantuk jika kerja nanti. Santi langsung berpamitan dengan pak Parman dan bu Surti. Santi hanya perlu berjalan kaki hanya lima belas menit saja untuk sampai di rumah bu Hamidah. Bu Hamidah dan Raka sedang sarapan bersama di ruang makan. Bu Hamidah sempat masak pagi karena takut Santi masih sakit. Sehingga menyempatkan masak agar dapat mengantarkan Santi berobat cek lab.
Ternyata di depan rumahnya bu Hamidah ada yang mengucapkan salam pagi - pagi begini. Bu Hamidah langsung membukaan pintu untuk melihat siapa yang bertamu. Bu Hamidah kaget karena melihat Santi adalah tamu tersebut. Bu Hamidah secara spontan langsung memeluk Santi.
" Ya Allah Santi, apakah sudah sembuh benar nak sakit kamu ?." Tanya bu Hamidah.
" Insyaallah, alhamdulilah sudah sembuh bu." Jawab Santi.
" Alhamdulilah "
Bu Hamidah langsung menyuruh Santi untuk duduk terlebih dahulu. Karena bu Hamidah masih kangen terhadap Santi.
Sedangkan Raka yang mendengar jika Santi yang datang merasa bersyukur dalam hati. Jika Santi sudah sembuh apalagi dalam sholat istikharahnya nama Santi terus yang datang. Semakin memantapkan hatinya Raka untuk melamar Santi segera. Namun Raka ingin masalah ini kelar semua terlebih dahulu.
Agar tidak ribet nanti kedepannya. Raka masih harus bersabar lagi setelah masalah pengadilan selesai. Bu Hamidah mengintrogasi Santi apakah benar - benar sudah pulih. Tapi bu Hamidah melarang Santi untuk kerja berat terlebih dahulu. Santi menjadi bingung sendiri.
Karena niatnya Santi akan segera menyelesaikan tugas yang selama ini tidak dikerjakan oleh Santi. Namun bu Hamidah berkata jika cucian sudah ditaruh dilaundry. Jadi tidak perlu dikerjakan. Sedangkan memasak Sudah dikerjakan oleh bu Hamidah dan tinggal menyapu dan mengepel yang belum dikerjakan.
Santi meminta maaf jika nanti Santi akan ikut ke sidang bersama pak Parman dan warga untuk menemani proses jalannya sidang. Bu hamidah terkejut jika sidangnya hari ini. lalu memanggil Raka untuk datang ke depan. Raka yang telah selesai makan akan siap - siap berangkat bekerja. Menghampiri Santi dan ibunya.
Bu Hamidah berkata jika Raka harus kerja setengah hari saja karena hari ini ada sidangnya pak Parman. Raka menyanggupinya akan pulang dan berangkat bersama orang - orang nanti.
Raka lalu pamit izin berangkat kerja terlebih dahulu agar bisa pulang setengah hari nanti. Maka bu Hamidah meminta Raka untuk berhati - hati dalam membawa kendaraanya. Raka langsung mencium tangan ibunya dan melirik ke arah Santi dengan malu - malu.
Sedangkan Santi yang malu hanya menunduk saja tanpa suara. Ibunya yang melihat tindakan Raka langsung memukul lengannya untuk segera berangkat.
Raka menjadi malu sendiri atas tindakannya barusan. Untungnya Santi hanya menunduk saja jika tidak, mau jawab apa nanti jika ditanya oleh Santi. Raka buru - buru masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan bu Hamidah yang melihat tingkah anaknya hanya tertawa saja.
Bu Hamidah menyetujui saja jika Allah berkehendak jika Raka menikahi Santi yang seorang janda. Karena perangainya yang baik maka Bu hamidah setuju saja. Apalagi walau Santi yang hanya seorang yatim piatu tanpa kasih sayang. Bu Hamidah mengenal Santi sosok yang baik dan penurut.
Bu Hamidah mengajak Santi untuk sarapan bersama namun ditolak oleh Santi. Sebab Santi sudah sarapan dengan pak Parman dan Bu Surti di rumah. Santi mulai mengerjakan pekerjaanya dengan bebersih lantai dahulu. Baru mencuci piring yang ada di wastafel.
Bu Hamidah tak melarang Santi untuk merapihkan Rumahnya. Selama itu tidak mengangkat benda berat maka Santi diperbolehkan.
Santi mengepel dari dalam rumah sampai keluar rumah. Santi juga menyirami bunga - bunga di taman yang dibuat oleh bu Hamidah dan Raka.
Santi mengerjakan pekerjaan yang Santi bisa tidak terlalu berat. Akhirnya Azan Zuhur berkumandang. Maka Santi izin pamit pulang namun ditahan sampai Raka kembali Santi tidak boleh pulang.
Mau tak mau Santi harus menunggu Raka pulang. Sedangkan Raka yang sudah ditelepon oleh ibunya untuk segera pulang. Sedang merapihkan mejannya agar tidak tercecer kerjaanya yang belum diselesaikan. Raka merapihkan kembali kerjaanya di meja. Lalu meninggalkan kantornya menaiki mobilnya segera. Agar bisa sampai rumah tepat waktu.
Sedangkan Santi yang masih menunggu Raka meminta izin untuk sholat terlebih dahulu sedangkan bu Hamidah sedang Rapih - rapih akan ikut juga ke pengadilan untuk mengurus kasus pak Parman.