Alana Adhisty dan Darel Arya adalah dua siswa terpintar di SMA Angkasa yang selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik. Alana, gadis ambisius yang tak pernah kalah, merasa dunianya jungkir balik ketika Darel akhirnya merebut posisi peringkat satu darinya. Persaingan mereka semakin memanas ketika keduanya dipaksa bekerja sama dalam sebuah proyek sekolah.
Di balik gengsi dan sikap saling menantang, Alana mulai menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungannya dengan Darel. Apakah ini masih tentang persaingan, atau ada perasaan lain yang diam-diam tumbuh di antara mereka?
Saat gengsi bertarung dengan cinta, siapa yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my pinkys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rahasia yang terungkap
Hari Senin tiba, dan suasana sekolah kembali sibuk dengan aktivitas siswa. Pagi ini, seluruh siswa berkumpul di lapangan untuk mengikuti apel pagi. Kepala sekolah berdiri di podium, siap memberikan beberapa pengumuman penting.
Alana berdiri di barisan bersama Shasa, sementara Darel berada tidak jauh darinya bersama teman-teman gengnya. Seperti biasa, mereka pura-pura tidak saling mengenal terlalu dekat di depan umum.
Setelah beberapa kata sambutan dari kepala sekolah, perhatian para siswa terfokus pada pengumuman yang paling dinantikan—peringkat antar kelas berdasarkan nilai ujian semester.
"Baiklah, saatnya kita mengumumkan tiga siswa terbaik yang memperoleh nilai tertinggi di semester ini!" suara kepala sekolah menggema melalui pengeras suara.
Para siswa mulai berbisik, menebak-nebak siapa saja yang akan masuk dalam daftar.
"Di peringkat ketiga, dengan nilai yang luar biasa, kita memiliki… Kevin Ramadhani!"
Tepuk tangan riuh terdengar. Kevin maju ke depan untuk menerima piagamnya, terlihat tenang seperti biasa dan dengan wajah datar nya dan aura dingin- dingin serasa di kutub.
"Di peringkat kedua… Alana Putri!"
Ah, ia sudah tau jika ia peringkat dua karna kemarin bu Sari yang menempelkan di papan pengumuman. Ia maju dengan senyum andalannya membuat siapa saja yang melihat nya seperti terakhir oleh senyum nya, Alana menerima piagam peringkat keduanya pertapa kali di hidup nya ia mendapat peringkat ke dua.
"Dan yang mendapatkan peringkat pertama, siswa dengan nilai tertinggi di sekolah kita adalah… Darel Andrian!"
Para siswa/I bersorak kalau Darel berjalan maju demage nya sangat wah..membuat para siswi terpesona karna ketampanan seorang Darel Andrian. Darel maju ke depan dengan langkah percaya diri. Saat menerima piagam dan hadiah berupa buku eksklusif dari kepala sekolah, bisa Darel rasakan tatapan Alana di sampingnya.
Setelah pengumuman selesai, apel pagi pun berakhir, dan para siswa kembali ke kelas masing-masing untuk melanjutkan pembelajaran selanjutnya.
---
SAAT DI KELAS
Alana duduk di bangkunya, masih menatap piagamnya dengan perasaan tak menentu, ia senang dan sedikit lega karna kali ini ia mendapat peringkat dua bukan karna paksaan tapi karna kemampuan nya yang sudah lelah di perintah oleh ayah nya dan kali ini ia mendapat peringkat dua bukan karna keterpaksaan.
"Aku liat kamu hari ini seneng banget," bisik Shasa.
Alana tersenyum tipis. "Iya, mood aku lagi baik banget hari ini."
Beberapa menit kemudian, Darel masuk ke kelas mereka. Saat melewati meja Alana, dia berbisik pelan, "Maaf Alana, dan congrats"
Alana mengangkat alis, menahan senyum. "Iya,congrats."
Shasa hanya melirik mereka dengan tatapan penuh arti.
Menyelidik wajah Darel dan Alana.
"Eh, Lana...gimana proyek kerja sama kamu sama Darel"
"Oke...udah beres semua" balas Alana.
"Wah keren sih pasti proyek kalian, "
"Biasa aja Sha"
---
SAAT ISTIRAHAT DI KANTIN
Saat jam istirahat tiba, Alana, Shasa, berjalan ke kantin bersama. Seperti biasa, geng Darel sudah menunggu di meja mereka. Namun, kali ini ada seseorang yang ikut bergabung—Kevin, karna bisanya Kevin sangat jarang ikut bergabung di kantin.
Shasa menatap Kevin, sejak tadi ia gelisah semakin gugup ketika Kevin duduk di sebelahnya, karna Alana duduk di samping Darel tapi ia berhadapan dengan Alana membuat Kavin berpindah tempat ke samping nya.
Rio yang menyadari ketegangan itu malah menyeringai. "Kayaknya ada sesuatu yang seru di sini."
Andra menatap Kevin dengan curiga. "Lo ngapain deket-deket Shasa, Kev?"
Kevin menatap Andra dengan tajam. "Lo urusin urusan lo aja."
Semua orang langsung menatap mereka berdua, menyadari ketegangan yang muncul.
Namun, ada sesuatu yang berbeda pagi ini. Shasa terlihat lebih pendiam dari biasanya.
"Kamu kenapa sih Sha? Dari tadi diem aja perasaan," tanya Alana sambil melirik sahabatnya.
Shasa tersentak dan mencoba tersenyum. "Enggak apa-apa, kok Lana.Aku baik-baik aja"
Alana mendengus. "Bohong. Aku tau kamu Sha,bilang aja ngak papa kok."
Shasa menunduk sebentar sebelum akhirnya menghela napas. "Kemarin… aku ketemu Kavin."
Alana tersenyum tipis ia sudah tahu soal itu, tapi dia pura-pura tidak tahu. "Oh? Terus? Terus?"
Shasa menggigit bibirnya, ragu-ragu. "Kavin ngajak aku jalan, dan… ya, kita ngobrol banyak kemarin sore."
"Aku tau," balas Alana.
Shasa terkejut "kamu kok tau"
"Aku kemarin sore ada di taman terus liat kamu sama Kavin hihi"
"Ih, sumpah deh Lana, aku juga ngak nyangka Kavin bakal ajak aku jalan" bisik Shasa.
"Tapi, kamu suka kan? " goda Alana.
Shasa buru-buru menggeleng. "Enggak tahu. Tapi dia… baik."
Alana tersenyum kecil. "Kalau kamu nyaman, kenapa enggak kasih dia kesempatan?"
Shasa menghela napas panjang. "Aku nggak taup. Aku takut kalau Kavin cuma iseng,".
Sebelum Alana bisa menjawab, Rio menyambung obrolan mereka.
"Fiks ini Kavin suka sama lo cin" ucap Rio.
"Apaan sih, malah jadi bahas si kutub" balas Shasa.
"Aelah, jadi bener nih lo kemarin jalan sama Kavin" ujar Rio.
"Bukan urusan lo" jawab Shasa dengan mata yang menatap tajam ke Rio.
Obrolan mereka terhenti karna Darel membuka suara.
"Lo berdua belum sarapan, kan?" Darel tanya santai.
Shasa menatap Darel dengan curiga. "Lo mau apa?"
Darel hanya mengangkat bahu. "Mau gue traktir nggak?"
Alana menahan tawa. "Gue sih enggak nolak. Sha, ayo kita kuras dompet Darel."
"Gass lah" sahut Rio.
"Lo bayar sendiri"
Skat mat itulah kata-kata yang keluar dari mulut Darel.
"Yang bener aja deh bos, masa cewek-cewek di traktir kita anggota lo ngak di traktir "protes Rio.
"Terima nasib, hahhaha"kata Shasa.
Setelh mereka selesai makan Darel akhirnya bersuara. "Kalau lo emang serius sama Shasa, jangan main-main, Kev."
Kevin menatap Darel dengan serius. "Gue enggak main-main."
Shasa langsung menegang. "Kevin…"
Kevin menoleh ke arah Shasa, lalu berkata pelan, "Gue mau lo percaya sama gue."
Suasana meja jadi sedikit hening.
Rio tertawa kecil. "Wah, kayaknya bakal ada pasangan baru di geng kita nih."
"Yang kata nya kutub tapi bentar lagi kayaknya kutub nya bakal cair nih" kata Alana lalu Alana menatap Shasa yang masih ragu-ragu. Dia mengerti kenapa sahabatnya takut, tapi dia juga tahu bahwa Kevin bukan orang yang gampang main-main dengan perasaan, tapi ini momen nya sangat lucu,melihat bagaimana wajah tegang Shasa dan wajah serius Kavin.
Hari itu, Alana menyadari bahwa bukan hanya dia dan Darel saja yang menyembunyikan sesuatu. Shasa juga sedang menghadapi pilihan yang sulit karna Shasa yang takut kalau Kavin hanya bermain-main dan juga Shasa yang sudah jatuh hari pada Kavin yang ternyata sudah sejak lama menyukai Kavin.
Dan sepertinya, rahasia ini tidak akan bertahan lama.
Kecuali kalau tidak ada yang mengetahui hubungan mereka
To be continued…