Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Terduga
Di tempat lain kini Vian bersama dengan kliennya sedang berada di sebuah Cafe, mereka duduk di ruang VVIP tengah membicarakan proyek kerja sama antar kedua perusahaan. Setelah mencapai kesepakatan keduanya saling memberikan tanda tangan dan bersalaman.
"Terimakasih Pak Vian, semoga rencana pembangunan gedung baru ini berjalan lancar".
"Sama-sama Pak Baskoro".
Mereka keluar dari rung VVIP, Arland meminta izin kepada Vian untuk mengantarkan kliennya keluar. Vian sendiri memilih kursi kosong untuk ia duduki, ia berniat memesan kopi namun bertepatan dengan Arland yang pergi untuk mengantarkan klien keluar, seorang perempuan tiba-tiba datang ke mejanya sembari membawa segelas jus melon di tangannya. Tanpa di suruh ataupun meminta izin terlebih dahulu perempuan itu mendudukkan dirinya di kursi tepat di depannya. Laki-laki itu tidak memberikan reaksi apapun hanya menelisik perempuan itu menggunakan matanya.
"Apa kabar Vian? Lama tidak bertemu".
Vian belum memberi jawaban, laki-laki itu masih berpikir untuk menanggapi gadis ini karena memang Vian tidak mengingatnya.
"Kenapa hanya menatapku? Jadi kau masih marah padaku? Kau yang memutuskan pertunangan kita sepihak tanpa memberiku alasan yang jelas dan sekarang kau juga masih mendiamkan ku setelah sekian lama! Bukankah itu keterlaluan sekali!".
"Jadi selama ini aku mendiamkan mu, berarti dia memiliki kesalahan yang besar sehingga aku juga memutuskan pertunangan kita secara sepihak, baiklah jika begitu aku akan melakukan hal yang sama saat ini yaitu mengabaikan mu", batin Vian yang telah berhasil menyimpulkan perkataan gadis di depannya.
"Arland", panggil Vian setelah melihat Arland berjalan mendekat
"Bos", ucapnya. Langkah laki-laki itu terhenti saat ia melihat sosok perempuan yang di kenalnya lantas kembali melihat Vian yang kini berjalan menghampirinya.
"Ayo kita pergi".
Vian mendorong bahu Arland agar berbalik, dan segera berjalan menjauh. Laki-laki itu tidak memperdulikan teriakan dari perempuan itu yang terus memanggil-manggil namanya.
"Siapa dia?", tanya Vian setelah duduk di dalam mobil.
"Nona Gaby Bos, mantan anda. Sepertinya dia baru saja kembali karena saya juga sudah lama tidak melihatnya, terakhir kali saya mendengar kabar jika dia pergi ke Amerika".
"Dia bilang jika aku membatalkan pertunangan dengannya, ap aitu benar Arland? Dan mengapa?”.
"Itu benar Bos, tetapi untuk alas an anda membatalkannya untuk saya tidak tahu, karena anda tidak memberitahukan alasannya kepada saya dan mungkin hanya Bos sendiri yang mengetahuinya".
"Jadi begitu, baiklah sekarang kita akan pergi kemana?".
"Menghadiri pesta ulang tahun Perusahaan Kelana Group Bos".
Setelah mengatakan itu Arland segera menghidupkan mesin mobilnya dan menginjak pedal gas. Di perjalanan Vian memeriksa ponselnya namun tidak ada pesan ataupun panggilan dari Nara. Laki-laki itu kemudian mencoba menghubungi Nara namun tak lekas panggilan itu di jawab.
"Bukankah ini sudah waktunya jam istirahat? Apa dia sedang sibuk? Atu mungkin dia lupa untuk menghubungiku?", gumam laki-laki itu menerka-nerka penyebab istrinya tidak menghubunginya.
*****
Di ruangan pesta Andre berjalan mondar mandir, pikirannya sedang kacau memikirkan Nara yang tak kunjung ia temukan. Berulang kali laki-laki itu menghubungi nomor Nara namun tak kunjung di angkat oleh gadis itu.
"Nara kemana kamu Nar? Acaranya sudah mau di mulai ini". Andre terus saja menempelkan ponsel di telinganya, berulang kali bahkan sudah puluhan kali laki-laki itu menelpon Nara.
"Mas Andre". Panggil sebuah suara yang seketika membuat laki-laki itu menoleh. Gadis yang di carinya akhirnya datang juga.
"Nara, astaga kamu kemana saja? Aku mencari mu sejak tadi, telepon juga tidak di angkat".
"Maaf Mas, tadi ada sedikit masalah yang harus aku selesaikan".
"Masalah, ah sudahlah, sekarang di mana kuenya Nar?", tanya Andre yang tidak melihat kue yang sebelumnya di bawa oleh Nara.
"Nah itu dia masalahnya Mas, kuenya hancur tetapi .....".
"Astaga Nara, kuenya hancur, bagaimana bisa? Terus bagaimana ini?", ucap Andre memotong perkataan Nara, laki-laki itu sekarang kebingungan sendiri, bergerak gelisah, berjalan ke kanan dan balik lagi ke kiri.
"Mas dengerin Nara dulu, kuenya memang hancur tetapi aku sudah menggantinya".
"Mengganti? Mengganti dengan apa?".
"Dengan itu", jawab Nara sembari menunjuk sebuah hidangan di atas food trolley yang sedang di dorong oleh seorang laki-laki berjas rapi, di samping laki-laki itu juga ada Asraf yang sudah mengganti style pakaiannya dengan setelan jas berwarna navy.
"Tumpeng?".
"Ya, habis waktunya mepet dan aku sendiri tidak bisa membuat kue ulang tahun, hanya itu yang ada di pikiranku tadi Mas".
"Tumpengnya sih cantik tetapi bagaimana jika Bos Perusahaan ini tidak menerimanya? Dia kan pesannya kue Nara bukan tumpeng".
"Ya gimana lagi Mas, hanya itu yang bisa aku lakukan. Em, Mas coba lihat laki-laki berambut pirang yang berdiri di sebelah tumpeng itu", tunjuk Nara pada Asraf yang sudah berdiri dengan tampannya di jejeran para petinggi Perusahaan.
"Iya, kenapa?".
"Tadi dia bilang padaku jika dia akan meyakinkan Bos Perusahaan ini untuk menerima tumpeng buatanku Mas".
"Hah, dia Nar?".
"Iya dia, dia yang membuat kue itu hancur makanya aku memintanya untuk membantuku membuatnya, yah walaupun hanya membuat hiasannya saja".
"Kamu tidak tau siapa dia?", wajah Andre tiba-tiba saja menjadi pias.
"Tidak, memangnya siapa?".
"Oh astaga Nara", Andre mengusap wajahnya gusar, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dan berdecak. "Dia CEOnya, pemilik Perusahaan ini dan kau membiarkannya membuat tumpeng ulang tahun untuk perusahannya sendiri begitu?".
"Dia CEO? ah lagi pula dia juga harus bertanggung jawab kan dengan salahnya".
"Naraaaaa". Andre begitu gemas, ia berpikir apakah Nara tidak ada takut-takutnya menghadapi CEO itu nanti?
Beralih ke pusat acara, seorang pemandu acara mulai memberikan sambutan kepada semua tamu yang hadir disini lantas memberikan waktu dan tempatnya kepada Asraf sang CEO Perusahaan Kelana Group. Nama Kelana sendiri diambil dari nama pendiri pertama Perusahaan itu yakni Kakek Asraf.
"Jadi dia CEO pantas saja dengan mudahnya dia membawaku ke dapur hotel dan bebas menggunakannya, aku sampai tidak kepikiran tentang itu", batin Nara yang terus menatap ke arah Asraf yang tengah memberikan sambutan dan rasa terimakasihnya kepada para tamu. Tanpa Nara ketahui, suaminya juga berada di tempat ini bersama dengan Arland, laki-laki itu berdiri di tengah-tengah tamu yang hadir disini. Setelah selesai berkata-kata, acara selanjutnya adalah pemotongan tumpeng yang akan di lakukan oleh laki-laki itu, namun sebelum itu Asraf memberikan kode kepada seseorang yang berada di sisi sudut lainya. Orang itu segera mengangguk dan tiba-tiba saja sebuah layar besar memunculkan sebuah gambar.
Saat sebuah gambar itu muncul, Vian menyipitkan matanya, menajamkan penglihatannya.
"Nara", ucap Vian melihat sosok gadis yang ada di gambar tersebut. Gadis itu tengah menghias tumpeng bersama dengan seorang lelaki yang kita ketahui adalah Asraf.
"Bos, bukankah itu istri anda?", tanya Arland yang baru menyadari sosok gadis di gambar itu.
Asraf mulai menceritakan pengalamannya membuat nasi tumpeng, ia juga bercerita tentang kecerobohannya yang membuat kue yang seharusnya di gunakan untuk simbol acara ini hancur. Tak lupa Asraf juga mengucapkan terimakasih kepada gadis yang berada di foto tersebut.
Semua tamu yang bertepuk tangan memuji kejujuran dari Asraf dan mereka juga tidak menyangka jika seorang Bos besar mau turun tangan menyiapkan nasi tumpeng sendiri untuk acaranya sendiri.
"Syukurlah Nar", ucap Andre dengan perasaan leganya. Laki-laki itu menoleh namun ia malah mendapati Nara yang sudah berjalan menjauh darinya.
Sementara itu, Vian kini sudah tidak memperhatikan acara yang berlangsung ia menoleh kesana kemari mencari istrinya, siapa tau gadis itu ada di sekitar sini. Dan benar saja gadis yang ia cari tengah berjalan menuju pintu keluar. Tanpa mengatakan sepatah katapun pada Arland, Vian berlari meninggalkannya dan mengejar istrinya.
“Nara", panggil Vian cukup keras hingga membuat yang punya nama menoleh.
"Mas Vian, Mas Vian kenapa bisa ada disini?".
"Aku bersama dengan Arland mendapat undangan kemari. Kamu sendiri?".
"Ah begitu, aku bekerja Mas. Kebetulan sekali Perusahaan ini memesan banyak roti serta kue ulang tahun dari tempatku bekerja Mas, ya disinilah jadinya aku sekarang Mas".
"Owh jadi karena terlalu sibuk jadi kamu tidak menghubungi Mas".
"Ah ya ampun maafkan aku ya Mas". Nara merasa menyesal ia lupa pada ucapannya yang akan menghubungi suaminya. "Sungguh aku sibuk sekali hari ini Mas, maafkan aku ya", mohon Nara.
"Tidak apa-apa Nara, Mas mengerti lagi pula Mas sudah bertemu denganmu di sini dan kamupun juga baik-baik saja. Mas lega". Vian mengusap pipi Nara dengan sayang, gadis itu tersenyum mendapat perlakuan manis dari suaminya.