Melodi sunyi berdendang indah di keheningan malam. Detak bisu memecah kesunyian dalam langkah-langkah sepi. Dalam diam, kata-kata berseru keras dalam hati.
Jihan malam ini berniat ingin memberikan kejutan kepada suaminya karena beberapa hari tidak pulang ke rumah disebabkan ada kerjaan di luar kota.
Tapi kenyataannya, Jihan lah yang mendapatkan kejutan. Jantungnya meletup-letup, darah panas mendidih mengalir sampai ke ubun-ubun. Jihan tak mampu bersuara, hanya tetesan air mata yang mewakili perasaannya.
Tepat di depan matanya, suaminya tidur bersama seorang wanita tanpa busana dalam satu selimut sambil berpelukan.
Apa yang akan terjadi?
Ikuti terus jalan ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenny Een, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Kenangan
"AAAAAAAA!"
Seorang OB berteriak melihat Jihan yang tergeletak di tangga darurat tidak sadarkan diri dan di bagian pahanya menetes darah segar. Teriakan OB itu sontak mengundang para karyawan berdatangan. Mereka menolong Jihan dan menelpon ambulans.
Sulthan gemetaran berlari takut ketahuan, masuk kembali ke dalam ruangan Leena. Dengan keringat dingin dan dalam kepanikan, Sulthan memberitahu Leena apa yang terjadi di tangga darurat. Sulthan membawa Jihan ke sana agar tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. Leena menyuruh Sulthan diam dan tenang seolah tidak pernah terjadi sesuatu.
Semua orang di kantor dibuat gempar oleh berita jatuhnya Jihan. Jihan dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil ambulans. Jihan didampingi rekan kerjanya.
Pada saat itu, Arsen yang ada temu janji dengan pemimpin perusahaan sekilas melihat Jihan yang dimasukkan ke dalam mobil ambulans. Arsen mengutus Assistennya untuk mewakilinya menemui pimpinan perusahaan.
Arsen mengikuti ambulans yang membawa Jihan. Sesampainya di rumah sakit, Arsen ikut masuk ke dalam ruangan UGD. Arsen mengaku sebagai kerabat dari pasien. Arsen bertanya apa yang terjadi. Dokter meminta waktu untuk memeriksa Jihan.
Terjadi pendarahan pada Jihan. Arsen memberikan informasi kepada Dokter, Jihan beberapa hari yang lalu melakukan kuret karena keguguran.
Jihan disarankan istirahat di rumah sakit. Jihan masih belum sadarkan diri di dalam ruang perawatan. Arsen menghubungi Alan dan Erwin untuk segera ke rumah sakit dekat kantor Jihan. Arsen duduk di sofa tamu dan memandangi Jihan. Arsen teringat kenangan beberapa tahun yang lalu.
Saat itu Arsen duduk di kelas 11 SMA. Arsen menjadi idola karena ketampanan dan kepintarannya di sekolah. Arsen sering mewakili sekolah untuk berbagai lomba dan menjuarainya.
Arsen sering mendapatkan hadiah-hadiah kecil dari siswi-siswi hampir setiap hari. Arsen lelah dengan semua itu. Dia memilih bersikap dingin. Hadiah-hadiah kecil itu dia bagikan kepada teman-temannya.
Dan pada suatu ketika, Arsen berpapasan dengan adik kelasnya. Setiap kali berpapasan dia selalu merona tertunduk malu. Sesekali Arsen memergokinya tengah menaruh sesuatu di dalam loker Arsen. Ternyata dia memberikan sebuah gantungan kunci bentuk love kepada Arsen. Ada juga beberapa benda kecil yang lucu dia taruh di loker Arsen.
Arsen mulai menyukai gadis itu. Mereka berdua menyukai dalam diam. Semua pemberiannya Arsen simpan. Dia berbeda dengan gadis-gadis lain yang berusaha mendekatkan diri dan mengakui perasaannya. Gadis itu hanya tersenyum dari kejauhan memandanginya.
Arsen yang dulunya tidak aktif di kegiatan OSIS demi gadis itu yang kebetulan juga anggota OSIS, Arsen selalu mengikuti kegiatan.
Waktu terus berlalu sampai kelulusan SMA tiba. Arsen dengan sengaja mengeraskan suaranya memberitahu teman-temannya, dia nanti akan masuk ke universitas A. Gadis itu yang kebetulan lewat di depan Arsen menoleh ke arahnya dan tersenyum. Gadis itu sambil mengangguk meninggalkan Arsen yang saat itu lega karena sudah tersampaikan pesan tersirat darinya.
Dan akhirnya setelah setahun menunggu, Arsen melihat gadis itu lagi di kampusnya. Dia mengambil jurusan yang sama dengan Arsen. Gadis itu semakin cantik, semakin dewasa. Banyak yang menyukainya karena tidak hanya cantik dia juga ramah.
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, gadis itu dari kejauhan memperhatikan Arsen. Tapi kali ini dia tidak meninggalkan hadiah karena mereka tidak mempunyai loker pribadi di kampus.
Arsen baru mengetahui nama gadis itu adalah Jihan. Karena Jihan juga menjadi idola di antara teman-teman Arsen.
Dan berhembus kabar pertunangan Arsen di kampus. Beritanya dengan cepat menyebar luas dari mulut ke mulut. Jihan juga mendengar kabar itu dari sahabatnya. Sahabat Jihan mendengar langsung dari mulut Arsen bahwa dia sudah bertunangan.
Jihan tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Jihan merasa sakit hati. Sia-sia rasanya Jihan ke kampus A ternyata Arsen sudah bertunangan.
Sejak hari itu, Arsen selalu saja melihat Jihan yang menghindar darinya. Jihan selalu berpaling dan memilih jalan yang berbeda setiap kali mereka akan berpapasan.
Dan setelah beberapa hari Arsen tidak melihat Jihan di kampus, terdengar kabar dari sahabat Arsen yang juga menyukai Jihan bahwa Jihan telah keluar dari kampus.
Arsen menyesal, saat itu Arsen lelah karena sahabatnya sendiri menyatakan cinta kepadanya. Arsen tidak ada pilihan lain selain mengatakan dia sudah mempunyai tunangan. Dan rupanya ada yang menyebarkan berita itu dan akhirnya terdengar oleh Jihan.
Tahun berganti tahun. Rumah Arsen kedatangan tamu sahabat dari orang tuanya. Dari pertemuan itu orang tuanya dan sahabatnya ingin menjodohkan Arsen dengan anak dari sahabat orang tua Arsen. Orang tua Arsen menunjukkan sebuah foto kepadanya. Ternyata calon tunangannya adalah Jihan. Arsen langsung menyetujui.
Tapi sayang disayang, Jihan sudah mempunyai kekasih. Jihan lebih memilih kekasihnya. Dan Arsen memutuskan untuk melanjutkan kuliah di luar negeri untuk menenangkan hati.
Arsen tersadar dari lamunan. Jihan membuka matanya. Arsen menghampiri Jihan dan duduk di samping hospital bed.
"Bagaimana keadaanmu? Alan dan Erwin masih dalam perjalanan," kata Arsen.
Jihan memandangi Arsen. Jihan menutup matanya dan beberapa detik kemudian kembali membukanya. Jihan memegang tangan Arsen. Jihan bahkan mencubit tangan Arsen.
"AAAGGGHHHHH!" teriak Arsen.
"Maaf, maaf, aku kira mimpi. Bukannya ini Kak Arsen?" Jihan tersipu.
"Iya, kamu sudah baikan?" tanya Arsen.
"Aku kenapa Kak?" Jihan mengangkat tangan kanannya yang terpasang infus.
"Kamu pendarahan," jawab Arsen.
"Pendarahan?"
Arsen memencet tombol yang ada di atas kepala Jihan. Tidak berapa lama Dokter dan beberapa perawat datang memeriksa Jihan.
Arsen keluar, menunggu di luar ruangan. Alan dan Erwin baru saja tiba. Mereka menunggu di luar ruangan sementara Dokter memeriksa Jihan.
Arsen memberikan informasi yang baru saja dia terima dari Assistennya yang berada di kantor Jihan. Jihan jatuh dari tangga darurat. Assistennya ke ruangan security untuk melihat rekaman CCTV yang baru saja dihapus. Dan setelah disogok dengan uang yang banyak akhirnya dia berhasil mendapatkan rekaman CCTV itu.
Nampak dengan sangat jelas, Sulthan dengan wajah penuh amarah mendorong Jihan dari tangga darurat.
"Kurang ajar! Kak kita harus menghancurkan Sulthan. Bagaimana dengan sidang perceraiannya?" Erwin mengepalkan kedua tangannya.
"Mereka hanya menikah siri tidak tercatat di KUA. Tidak diperlukan persidangan," jawab Alan.
Dokter dan perawat keluar dari ruangan menemui Alan, Erwin dan Arsen. Dokter menjelaskan keadaan Jihan yang mengalami kehilangan beberapa memori termasuk memori yang baru saja dialaminya. Jihan mengalami trauma dan dalam diri Jihan sendiri ingin melupakan memori tersebut.
Dokter mengatakan ini bukanlah sesuatu yang besar. Hanya beberapa memori saja yang terlupakan. Dokter juga memberitahu kepada mereka Jihan tidak ingat dia pernah menikah. Otomatis kejadian Jihan keguguran pun terlupakan.
"Terima kasih Dok," ucap Alan.
"Baiklah, saya permisi," Dokter dan perawat berpamitan.
Mereka pun masuk ke dalam ruangan Jihan. Jihan memegang perutnya yang terasa sakit.
"Kak, aku kenapa?" ringis Jihan.
"Kamu jatuh Dek," jawab Alan.
"Hmm, kalo boleh tau, Kak Arsen kok bisa ada di sini?" tanya Jihan malu-malu.
"Dek, kamu amnesia ya. Kalian kan tunangan," sahut Erwin
"APA?"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...