NovelToon NovelToon
Pesan Masa Lalu

Pesan Masa Lalu

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mengubah sejarah / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:781
Nilai: 5
Nama Author: aaraa

Seorang wanita yang hilang secara misterius, meninggalkan jejak berupa dokumen-dokumen penting dan sebuah jurnal yang penuh rahasia, Kinanti merasa terikat untuk mengungkap kebenaran di balik hilangnya wanita itu.

Namun, pencariannya tidak semudah yang dibayangkan. Setiap halaman jurnal yang ia baca membawanya lebih dalam ke dalam labirin sejarah yang kelam, sampai hubungan antara keluarganya dengan keluarga Reza yang tak terduga. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Di mana setiap jawaban justru menimbulkan lebih banyak pertanyaan.

Setiap langkah membawanya lebih dekat pada rahasia yang telah lama terpendam, dan di mana masa lalu tak pernah benar-benar hilang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aaraa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Peta Kuno

Bunker rahasia di bawah perpustakaan Prof. Handoko ternyata lebih luas dari yang mereka bayangkan. Setelah memastikan para pencari misterius itu pergi, mereka tidak langsung keluar, melainkan menelusuri lorong yang ternyata memiliki beberapa ruangan.

"Ini adalah salah satu pos perhubungan dulu," Prof. Handoko menjelaskan sambil menyalakan lampu darurat yang tersimpan di salah satu ruangan. "Kartika dan tim dokumentasinya sering menggunakan tempat ini."

Mendengar nama Kartika, Reza merasakan dadanya berdesir. Ia teringat pertemuan tak terduga mereka dengan kakeknya, Kolonel Pratama, di museum beberapa waktu lalu. Pertemuan singkat yang berakhir dengan kepergian mendadak sang kakek karena ada yang mengikuti mereka.

"Profesor," Reza akhirnya memberanikan diri bertanya, "apa Profesor kenal dengan kakek saya? Kolonel Pratama?"

Prof. Handoko berhenti melangkah, menatap Reza dengan tatapan yang sulit diartikan. "Ah, jadi kau sudah bertemu dengannya? Ya, tentu saja aku mengenalnya. Dia dan Kartika adalah tulang punggung tim dokumentasi rahasia."

"Tapi kenapa kakek tidak pernah cerita? Bahkan selama ini kami mengira dia sudah..." Reza tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ada alasan mengapa beberapa anggota tim memilih untuk menghilang," Prof. Handoko membuka sebuah lemari besi tua di sudut ruangan. "Mereka masih menjaga rahasia yang belum saatnya terungkap."

Dari dalam lemari, ia mengeluarkan sebuah map kulit tebal. Kinanti, yang sedari tadi diam, mendekat dengan penasaran.

"Ini," Prof. Handoko membuka map tersebut dengan hati-hati, "adalah salah satu jurnal pribadi Kartika yang paling penting."

Di dalamnya terdapat sketsa-sketsa detail berbagai lokasi di Yogyakarta, dilengkapi dengan simbol-simbol yang tampak familiar namun sulit dipahami. Beberapa halaman dipenuhi tulisan tangan rapi yang sebagian menggunakan kode.

"Tunggu," Nadia yang sejak tadi membantu Dimas merapikan dokumen-dokumen yang mereka bawa, mendekat. "Simbol-simbol ini mirip dengan yang ada di buku resep!"

Arya, memanfaatkan pengalamannya sebagai mahasiswa sejarah, mulai mengamati peta-peta dalam jurnal dengan teliti. "Ini bukan sekadar peta biasa. Lihat bagaimana detail-detailnya disusun. Ada sistem di sini."

"Kartika," Prof. Handoko melanjutkan, "bukan hanya pencatat biasa. Dia adalah kepala tim dokumentasi rahasia. Setiap detail yang dia catat memiliki makna ganda. Bahkan cara dia menyimpan arsip-arsipnya pun adalah sebuah kode dalam dirinya sendiri."

Kinanti mengeluarkan notes kecilnya, mencoba mencocokkan simbol-simbol yang ada dengan temuan-temuan sebelumnya. "Jadi setiap temuan kita - buku resep, artikel koran, bahkan surat-surat itu - semuanya adalah bagian dari sistem dokumentasi yang dia rancang?"

"Tepat sekali," suara baru mengejutkan mereka semua.

Di ambang pintu ruangan bunker, berdiri sosok yang membuat Reza tercekat. Kolonel Pratama, kakeknya yang beberapa minggu lalu ternyata masih hidup, kini berdiri dengan postur tegapnya meski usia sudah lebih dari 80 tahun.

"Kakek!" Reza hampir berlari menghampiri, tapi ditahan oleh tatapan serius sang kakek.

"Maaf aku harus pergi mendadak waktu di museum itu," Kolonel Pratama melangkah masuk. "Ada yang mengawasi kita. Sama seperti orang-orang yang tadi mencari kalian di atas."

"Siapa mereka?" tanya Arya, protective berdiri di dekat Kinanti.

"Mereka yang tidak ingin kebenaran terungkap," jawab Kolonel Pratama sambil menghampiri jurnal Kartika yang terbuka di meja. "Ah, akhirnya kalian menemukannya."

"Kolonel," Prof. Handoko menyapa dengan hormat. "Sudah waktunya?"

Kolonel Pratama mengangguk pelan. "Mereka sudah siap. Lihat bagaimana mereka berhasil mengumpulkan tiga kunci dan menghubungkan petunjuk-petunjuk yang Kartika tinggalkan."

"Tunggu," Kinanti menyela. "Jadi semua ini... semacam tes?"

"Tidak sepenuhnya," Kolonel Pratama tersenyum tipis. "Kami memang mengawasi, tapi penemuan kalian murni hasil kerja keras kalian sendiri. Kami hanya memastikan kalian layak menerima warisan ini."

Ia membuka halaman terakhir jurnal Kartika, menampilkan sebuah peta yang lebih detail dari yang pernah mereka lihat sebelumnya. "Ini adalah peta lengkap jaringan dokumentasi rahasia yang Kartika bangun. Setiap lokasi, setiap rute, setiap tempat persembunyian - semuanya ada di sini."

"Dan dua kunci terakhir?" tanya Dimas.

"Ada di dua lokasi berbeda yang ditunjukkan peta ini," jawab sang kolonel. "Tapi mendapatkannya tidak akan mudah. Sistem keamanan yang Kartika rancang sangat rumit."

"Tapi kenapa harus serumit ini?" Nadia bertanya, suaranya mencerminkan kebingungan mereka semua.

Kolonel Pratama terdiam sejenak, matanya menerawang. "Kartika... dia melihat sesuatu. Sesuatu yang mengubah pemahaman kita tentang sejarah bangsa ini. Tapi dia tahu, mengungkapnya langsung akan terlalu berbahaya. Maka dia merancang sistem ini, menunggu generasi yang tepat untuk menemukannya."

"Dan menurutmu kami adalah generasi itu?" tanya Kinanti ragu.

"Kalian membuktikan diri dengan cara kalian sendiri," Prof. Handoko yang menjawab. "Ketekunan, kecerdasan, dan yang terpenting - motivasi murni untuk mencari kebenaran."

Reza menatap kakeknya, masih sulit memproses bahwa selama ini sang kakek adalah bagian dari misteri yang mereka selidiki. "Kenapa kakek tidak pernah cerita?"

"Karena ada waktunya untuk setiap kebenaran, Reza," jawab Kolonel Pratama lembut. "Dan sekarang, mungkin sudah waktunya."

Ia mengeluarkan selembar kertas dari sakunya, sebuah sketsa yang tampak lebih baru. "Ini adalah update terakhir dari peta Kartika. Beberapa lokasi sudah berubah, beberapa rute sudah tidak aman. Kalian akan membutuhkan ini untuk menemukan dua kunci terakhir."

"Tapi orang-orang yang mengikuti kita..." Arya mengingatkan.

"Itulah sebabnya kalian harus lebih berhati-hati sekarang," Kolonel Pratama menatap mereka satu per satu. "Mereka tahu kalian semakin dekat. Dan mereka akan melakukan apa saja untuk menghentikan kalian."

"Kami tidak akan mundur," kata Kinanti tegas, didukung anggukan yang lain.

"Bagus," Kolonel Pratama tersenyum. "Karena mulai sekarang, kalian resmi menjadi bagian dari warisan Kartika. Tim dokumentasi rahasia generasi baru."

Prof. Handoko mengeluarkan lima pin kecil dari sakunya, masing-masing dengan simbol yang mirip dengan yang ada di jurnal Kartika. "Ini adalah tanda pengenal kalian. Tunjukkan ini pada orang yang tepat, dan kalian akan mendapat bantuan."

Saat pin-pin itu disematkan, kelima remaja itu merasakan bobot tanggung jawab yang kini mereka pikul. Ini bukan lagi sekadar penelitian sejarah atau pencarian harta karun. Ini adalah misi untuk mengungkap kebenaran yang telah lama tersembunyi.

"Satu hal lagi," Kolonel Pratama menambahkan, "mulai sekarang, berhati-hatilah dengan siapa kalian berbagi informasi. Tidak semua yang tampak membantu benar-benar berpihak pada kalian."

Hujan di luar sudah reda, tapi petualangan mereka baru saja memasuki babak baru yang lebih berbahaya. Dengan jurnal Kartika, peta baru, dan status sebagai tim dokumentasi rahasia, mereka siap menghadapi tantangan berikutnya.

Reza melirik Kinanti yang sedang serius mempelajari peta, sementara Arya berdiri protektif di dekatnya. Ia tersenyum tipis, menyadari bahwa dalam pencarian kebenaran ini, mereka semua harus belajar untuk mempercayai satu sama lain sepenuhnya.

1
Rezzy Ameliya
semangat selalu kaaa, terimakasih sudah mampir
Iramacinta
kak keren banget dilanjut terus ya karyanya...❣️❣️❣️
mndnll
keren kak ceritanyaa bagus sekalii semangat kak
salsa
bagus banget ceritanya aku suka /Scream/
Kandi
like
Riiiiee
yeayyy akhirnya ketemu
TENANG
keren ceritanya semngat terus melanjutkan ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!