Awalnya, aku kira dunia baruku, adalah tempat yang biasa-biasa saja. karena baik 15 tahun hidupku, tidak ada hal aneh yang terjadi dan aku hidup biasa-biasa saja.
Tapi, Setelah Keluarga baruku pindah ke Jepang. Entah kenapa, aku akhirnya bertemu pecinta oppai di samping rumahku, seorang berambut pirang mirip ninja tertentu, seorang pecinta coffe maxxx dengan mata ikan tertentu, dan seorang maniak SCP berkacamata tertentu.
Dan entah kenapa, aku merasa kehidupan damaiku selama 15 tahun ini akan hilang cepat atau lambat.
Karya dalam Crossover saat ini : [To Love Ru], [Highschool DXD], [Dandadan], [Oregairu], [Naruto], [Nisekoi]
Jika kalian ingin menambah karakter dari anime tertentu, silahkan beri komentar..
Terimakasih...
* Disclaimer *
[*] Selain OC, karakter dan gambar yang digunakan dalam Fanfic ini bukan milik saya, melainkan milik penulis asli, dan pihak yang bersangkutan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aga A. Aditama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Takdir - Bagian 3
...Di Ruang Kelas...
...Dengan Chitoge Kirisaki...
Setelah sampai di kelas aku bergegas duduk, dan seperti menjadi tanda, seorang siswi perempuan segera bergegas mendekati tempatku.
“Ohayo, Kirisaki-san." Ucap seorang siswi, yang aku tahu bernama Isshiki Iroha.
Isshiki-san adalah seorang gadis remaja yang imut dan menarik dengan penampilan yang khas. Dengan rambut pirang alami yang dipotong dengan gaya bob, panjangnya mencapai bahu. Poni-nya jatuh di sisi kiri wajah, menambah kesan lembut dan polos.
Matanya berwarna cokelat muda atau honey, yang memperkuat kesan manis dan hangat dalam penampilannya.
Ia mengenakan seragam Sainan Academy , dilengkapi dengan cardigan berwarna pink muda. Penampilannya yang sederhana, namun rapi ini membuatnya terlihat seperti seorang gadis polos, mendukung sikapnya yang juga sama polosnya, namun aku terkadang merasa bahwa Isshiki-san tidak sepolos yang ia perlihatkan.
“Ohayo... Isshiki-san, bagaimana kabarmu?"
Aku bertanya sopan padanya, yang di balas dengan sikap sama sopan namun terlihat ceria darinya. “Heheh... Cukup baik, Kirisaki-san. Bagaimana denganmu?"
Aku menjawab aku baik-baik saja, menyembunyikan perasaan gelisah yang memenuhi hatiku sejak pagi.
“Nee~ Kirisaki-san, aku lihat Kirisaki-kun barusan pergi dengan Sakura. Apakah ada masalah yang terjadi diantara mereka?"
Setelah saling menyapa, akhirnya isshiki-san mengutarakan niat aslinya. Namun aku tidak masalah dengan hal tersebut, dan sejujurnya aku juga cukup penasaran kenapa Kenma tiba-tiba dibawa pergi.
Namun setelah mengatakan untuk jangan khawatir, dan Tohsaka-san yang juga mengatakan hanya ingin mengobrol saja, aku memutuskan untuk tidak terlalu ikut campur dan membiarkan mereka pergi.
“Aku juga tidak tahu, Isshiki-san. Mereka bilang cuma ingin mengobrol saja."
“Seperti itu, yah. Tapi Kirisaki-san, jangan bersikap terlalu formal padaku. Kamu bisa memanggilku Iroha, semua teman sekelas memanggilku seperti itu, loh~."
Nah, sejujurnya aku juga tidak terlalu suka bersikap formal, terlebih dengan teman sekelas. Namun karena kesulitan berinteraksi dengan orang lain, aku merasa sikap formal seperti ini cukup aman buatku.
Tapi saat mendapatkan pendekatan langsung dari Isshiki—Iroha, aku sedikit bingung namun di saat yang sama juga senang dengan sikapnya.
“Baiklah jika seperti itu, I-iroha-san. Kamu juga boleh kok memanggilku Chitoge."
Iroha tertawa kecil sebelum berkata. “Yay~ kalau begitu kita teman, sekarang, Chitoge."
“A-ah... B-benar, kita teman sekarang, Iroha-san."
Dengan ekspresi seperti terluka di wajahnya, Iroha membalas perkataanku. “Aduh, jadi sebelumnya kita tidak berteman? Aku sedih saat mendengarnya, Kirisaki-san."
Sikapnya membuatku panik, bingung harus bersikap seperti apa pada teman baruku. “Aw... Aaa... T-tidak seperti itu, Iroha-san."
Melihat aku yang berubah panik, Iroha yang sebelumnya tampak sedih dan menangis, berubah tertawa melihatku, dan mulai minta maaf padaku.
“Gomen... Gomen~ Chi-chan, aku hanya bercanda barusan, hehehe... Chi-chan sangat lucu saat panik loh."
Sadar bahwa aku baru saja di permainan, pipiku menggembung kesal saat aku berbalik tidak ingin menatap Iroha.
“Nee~ Chi-chan, maaf ya. Aku bercanda barusan." Melihat masih tidak adanya reaksi dariku, Iroha mengetuk kepalanya pelan sebelum menjulurkan lidah sedikit, “Bagaimana jika sebagai permintaan maafku, aku meneraktirmu makan siang, Chi-chan?"
Aku sebenarnya tidak terlalu kesal, aku hanya sedikit terkejut dengan bagaimana interaksi para sahabat itu. Walaupun jujur saja aku tidak senang di awal saat di permainkan, aku tidak semarah itu untuk menolah niat rekonsiliasi dari Iroha.
“Baik, tapi aku sudah punya bento. Jadi Iroha-chan tidak usah meneraktirku makan siang. Tapi jika boleh, aku ingin mengajak seseorang bersama, bagaimana?"
Iroha tersenyum cerah mendengarku. “Selalu diperbolehkan, Chi-chan. Tapi karena kamu punya bekal, kita anggap teraktiran ini gagal. Jadi sore nanti aku akan meneraktirmu, aku tidak ingin mendengar penolakan."
Entah kenapa, semua hal ini terjadi sangat cepat bagiku. Sebelum aku sadari aku sudah memiliki teman pertamaku di sekolah baru, juga telah membuat janji untuk keluar bersama saat pulang sekolah.
‘Benar kata Kenma. Gadis jepang benar-benar hebat.'
Mau tidak mau aku teringat perkataan Kenma saat pindah ke Jepang. Kenma pernah bilang jika karena budaya yang berbeda, aku yang sebelumnya tidak bisa berteman di sekolah lamaku, pasti akan mendapatkan teman di sini. Awalnya aku ragu, merasa itu hanya penyemangat biasa darinya, namun sepertinya aku terlalu cepat menilai.
“Nah, lihat siapa yang datang. Ohayo~ Naruto-kun."
Saat aku sedang sibuk merenung, Naruto yang baru saja memasuki kelas. Berjalan ke bangkunya, dan karena tempat duduk kami berdekatan, Iroha yang dekat denganku menyapanya.
“Ohayo... Isshiki-san." Naruto mengangguk pada Iroha, sebelum menatapku, “Ohayo... Kirisaki-san. Kamu terlihat cemas, ada apa?"
Perkataan Naruto membuat baik aku dan Iroha terkejut, dengan cara yang berbeda di antara kami berdua. Iroha yang sudah bersamaku sejak tadi tidak menemukan jejak kecemasanku, dibuat bingung dengan perkataan tiba-tiba Naruto.
Sedangkan aku yang mencoba menyembunyikan perasaan cemasku, kaget karena Naruto yang baru saja datang menyadarinya.
Naruto menggaruk pipinya canggung, sebelum duduk di bangkunya dan menatap kearahku. “Emm, sepertinya aku salah. Lupakan saja apa yang aku katakan barusan, Kirisaki-san."
“Benar, Naruto. Kamu pasti salah lihat, kamu baik-baik saja, kan? Chi-chan?"
Mendengar mereka, aku hanya bisa tersenyum lemah, sebelum mengatakan aku baik-baik saja.
Walaupun Iroha yang sepertinya terpengaruh dengan perkataan Naruto tidak percaya di awal, sebelum aku meyakinkan dan memutuskan untuk pergi sambil mengingatkan janji kami untuk makan siang bersama.
“Jangan lupa makan siang nanti, Chi-chan. Aku pergi dulu!"
Setelah Iroha pergi, suasana diantara kembali sepi. Namun karena hanya ada Naruto dan aku di sini, suasana di antara kami cukup canggung.
“Emm... Aku tidak tahu apakah perkataanku barusan menyinggungmu, Kirisaki-san. Jadi aku minta maaf." Naruto menundukkan kepalanya, sebelum menggaruk kepalanya dengan canggung.
Aku bingung kenapa dia tiba-tiba minta maaf padaku, jadi aku segera mengatakan baik-baik saja dan tidak perlu untuk meminta maaf padaku.
“Benarkah? Kalau begitu baguslah. Ngomong-ngomong, Kirisaki-san. Di mana Kenma?"
Naruto menatap kearahku, sebelum melihat ke seluruh ruang kelas. Namun melihat tidak adanya tanda-tanda keberadaan Kenma, ia menatapku sekali lagi.
“Kenma tiba-tiba di panggil Tohsaka-san. Jadi mereka pergi keluar."
Aku mengatakannya seperti bagaimana Iroha bertanya padaku, tanpa niat untuk menyembunyikan dan terdengar santai saat aku mengeluarkan buku pelajaran.
Tapi sepertinya fakta itu cukup mengejutkan Naruto, karena dia tiba-tiba berdiri dan berteriak kaget. “A-APAA!?"
Teriakannya yang tiba-tiba membuat ruang kelas yang sebelumnya berisik dengan interaksi siswa, terhenti seketika sebelum mereka mulai menatap penasaran kearah kami.
Menjadi pusat perhatian tiba-tiba, aku cukup panik dan reflek menarik lengan baju Naruto, menariknya untuk duduk. Awalnya dia masih tidak bergeming, dan hal itu membuatku jengkel, berakhir dengan aku yang mencubit keras pinggulnya dan berbisik pelan padanya.
“Ada apa denganmu, Naruto. Duduklah!"
Melihat tatapanku yang sangat kesal dan hanya selangkah lagi menuju kemarahan, tanpa menyadari bahwa aku memanggilnya dengan nama depannya. Naruto juga tidak menyadarinya detail kecil itu, karena setelah melihat kearahku, dia menelan ludahnya sebelum mulai duduk kembali.
“M-maaf soal itu, Kirisaki-san."
Kesal dengan sikapnya barusan, aku mengabaikannya dan mengalihkan pandanganku darinya. “Huh~."
Sepertinya kami masih jauh dari bisa untuk berteman baik, bahkan setelah dia menunjukkan kebaikannya padaku dan Tsugumi kemarin.
...****************...
...Sementara Itu Di Ruang Klub Tertentu...
Sekelompok siswa berkumpul di ruangan, saat kegelapan menyelimuti ruang kelas yang jendelanya tertutup. Dan hanya dengan lilin yang di letakan di tengah ruangan sebagai sumber pencahayaan.
“Sepertinya target telah dipanggil penyihir manusia, Buchou."
Seorang gadis dengan rambut putih berbicara, pada gadis lain yang sekarang duduk di kursi utama ruangan itu.
“Ara~ apakah itu artinya kita terlambat? Sayang sekali, padahal aku sangat tertarik padanya."
Gadis lain berambut ungu kehitaman menimpali, saat dia berdiri tidak seperti yang lain di ruangan itu, sembari menatap keluar ruangan dari balik jendela yang tertutup.
“Bagaimana rencanamu kemudian, Buchou?"
Seorang remaja laki-laki bertanya, mencoba mengabaikan perkataan gadis berambut ungu. Dan menfokuskan perhatiannya pada sosok yang mereka panggil “Buchou”.
Dan gadis itu, seorang gadis yang memiliki rambut merah menyala. Yang bahkan tidak kehilangan warnanya di ruangan yang remang-remang. Mendesah lelah sambil menyandarkan kepalanya di jari-jarinya, dan menatap semua orang yang ada di ruangan.
“Kita akan tetap mengawasinya, masih belum dipastikan alasan pertemuan mereka. Dugaanku pasti ada kaitannya dengan apa yang terjadi semalam, itu artinya target pasti ada kaitannya dengan kejadian tadi malam."
Matanya menatap keseluruhan ruangan, menatap gadis berambut putih yang pertama kali berbicara padanya.
“Jadi Koneko-chan, aku berharap banyak darimu. Usahakan untuk mengundangnya sepulang sekolah, kita perlu bertanya langsung padanya."
Gadis yang mendapatkan tanggung jawab itu, Tojo Koneko. Mengangguk serius menanggapi perintah gadis berambut merah.
“Tenang saja, Buchou. Aku pasti akan membawanya kemari."
“Tetap tenang, Koneko-chan. Jangan gunakan kekerasan, kita hanya ingin berbicara, paham?"
Koneko hanya mengangguk sebagai balasannya, dengan wajah malas tanpa emosinya yang biasa.
Sedangkan di tempat lain, seorang remaja laki-laki tiba-tiba bersin dan merinding karena alasan yang tidak ia ketahui.
“Apakah aku masuk angin?"
gk sabar liat semua makhluk terkuat nya saling muncul, mulai dari hantu yang skala planet, orang tua nya Lala , sama dewa nya dxd 🤣
jadi kayak lucy