NovelToon NovelToon
My Secret Husband

My Secret Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Aliansi Pernikahan
Popularitas:9.7k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Kelanjutan dari Kurebut Suami Kakak Tiriku, kisah ini mengikuti Rei Alexander, anak angkat Adara dan Zayn, yang ternyata adalah keturunan bangsawan. Saat berusia 17 tahun, ia harus menikah dengan Hana Evangeline, gadis cantik dan ceria yang sudah ditentukan sejak kecil.

Di sekolah, mereka bertingkah seperti orang asing, tetapi di rumah, mereka harus hidup sebagai suami istri muda. Rei yang dingin dan Hana yang cerewet terus berselisih, hingga rahasia keluarga dan masa lalu mulai mengancam pernikahan mereka.

Bisakah mereka bertahan dalam pernikahan yang dimulai tanpa cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. PEREMPUAN ASING

Sore hari di pekan itu, Hana, Rei, serta si kembar Xavier dan Xavira tengah menikmati waktu senggang di luar, menghabiskan hari libur terakhir sebelum kembali disibukkan oleh rutinitas sekolah. Mereka duduk santai di meja bundar yang terletak di depan sebuah toko es krim yang cukup ramai pengunjung.

Hana, yang ingin mencairkan suasana, menoleh pada Xavier sambil tersenyum, lalu berkata, “Kita sama ya, Xavier, sama-sama tidak suka rasa cokelat.”

Rei hanya melirik sekilas tanpa berkata apa-apa, sementara Xavira, yang duduk di samping Xavier, mengangguk semangat tanda setuju, seolah ikut antusias dengan obrolan ringan itu. Sementara itu, Xavier hanya menanggapi dengan senyum tipis, tanpa menambahkan sepatah kata pun, namun tetap memberi kesan bahwa ia mendengar dan memahami.

Hana kembali membuka percakapan ringan dengan semangat, mencoba membuat suasana semakin hangat di antara mereka yang duduk santai menikmati sore. Ia menoleh ke arah si gadis kecil yang ceria di sebelah Xavier dan bertanya dengan nada ramah, “Xavira seneng nggak makan es krim?”

Dengan wajah berbinar dan mata yang bersinar antusias, Xavira menjawab cepat, “Seneng banget, Kak! Tapi memang, Mama biasanya membatasi kami untuk makan yang manis-manis begini. Jadi ini kayak hadiah buat kami.”

Hana tersenyum mendengar jawaban jujur itu, lalu tanpa jeda melanjutkan pertanyaannya, “Gitu ya? Kalau Kak Rei sendiri, pernah nggak ngajak kalian makan es krim seperti ini? Atau mungkin jalan-jalan gitu, kayak hari ini?”

Namun, pertanyaan Hana tidak langsung mendapat respons dari Rei. Lelaki itu hanya menghela napas pelan, tampak malas menanggapi obrolan ringan yang terus mengalir dari Hana. Ia memilih tetap diam, fokus menikmati es krimnya yang mulai meleleh sedikit di ujung cone-nya.

Namun beberapa detik kemudian, ekspresi wajah Rei perlahan berubah. Sendok es krim di tangannya terhenti. Tatapannya teralih, menoleh ke arah jalan di depan toko es krim. Pandangannya terhenti pada sosok seseorang yang baru saja muncul di antara lalu lalang orang-orang.

Wajahnya seketika tampak terkejut dan sedikit gugup. Matanya menyipit, berusaha memastikan apa yang dilihatnya benar.

“Livy…” gumamnya lirih, hampir tak terdengar, namun cukup menunjukkan bahwa nama itu membawa sesuatu dalam pikirannya—sebuah bayangan masa lalu yang tiba-tiba hadir di antara sore yang tenang itu.

Sementara Rei sibuk memperhatikan sosok misterius itu, Hana masih asyik berbincang santai dengan Xavira, tertawa ringan mendengar celoteh gadis kecil itu yang polos dan jujur. Namun suasana berubah ketika Rei tiba-tiba berdiri dan meninggalkan es krimnya begitu saja. Tanpa sepatah kata pun, ia langsung berlari dengan langkah cepat ke arah luar, seperti dikejar sesuatu yang tidak bisa ditunda.

"Livy!" panggilnya nyaris berteriak, napasnya sedikit memburu saat matanya tertuju pada sosok perempuan yang membelakanginya, hendak membuka pintu mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Suaranya menggema, membawa emosi yang samar antara keyakinan dan keraguan.

Namun perempuan itu tidak menoleh, tak sedikit pun memberi respons kecuali menghentikan langkahnya sejenak. Rei masih menatapnya tajam, berharap ada sedikit tanda bahwa dugaannya benar. Namun tanpa berbalik, sosok perempuan itu justru melanjutkan langkahnya dan masuk ke dalam mobil, lalu melaju perlahan meninggalkan tempat itu begitu saja, meninggalkan Rei yang masih terpaku di tempat, dengan segudang pertanyaan dan rasa penasaran.

Tak lama kemudian, Hana menyusul dari belakang, sedikit ngos-ngosan karena mengejar langkah suaminya yang tiba-tiba saja pergi begitu cepat. Napasnya terengah ketika akhirnya berdiri di samping Rei.

“Kau sedang apa? Kenapa tiba-tiba berlari begitu saja?” tanyanya di sela-sela tarikan napas yang belum stabil, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi.

Rei masih diam, menatap jalanan kosong yang kini hanya menyisakan bayangan samar dari mobil yang telah menjauh. Beberapa detik kemudian, ia mulai menoleh, menatap wajah Hana yang dipenuhi rasa ingin tahu. Tatapannya kosong, namun dalam.

“Aku hanya merasa melihat seseorang yang kukenal,” jawabnya singkat, masih terlihat bingung.

“Siapa?” tanya Hana cepat, ingin tahu lebih jauh.

“Entahlah… Ayo kembali,” ucap Rei akhirnya, menghindari menjawab lebih jauh. Ia berbalik arah, kembali berjalan ke tempat duduk mereka sebelumnya, sementara Hana hanya diam, masih menyimpan rasa penasaran. Siapa perempuan itu? Dan mengapa Rei terlihat begitu terguncang hanya karena melihatnya?

Malam pun tiba, langit berganti kelam, dan suasana rumah kembali sunyi. Seperti biasa, Rei duduk di meja belajarnya, tenggelam dalam tumpukan buku dan catatan. Ia tampak fokus, mencoba menenangkan pikirannya yang masih terbebani sejak kejadian sore tadi.

Sementara itu, Hana lebih memilih bersantai. Ia memang bukan tipe yang senang menghabiskan waktu berlama-lama dengan buku pelajaran, namun bukan berarti ia bodoh. Ia memiliki kecerdasannya sendiri. Hana justru sangat mahir dalam bidang bahasa, teknologi, dan juga fashion—bidang yang justru membuatnya terlihat menonjol dengan caranya sendiri. Tubuhnya yang indah dan selera gayanya yang elegan membuat dirinya terlihat memukau tanpa perlu banyak usaha.

Tak lama kemudian, suara pintu kamar mandi terbuka. Hana keluar dengan santai, tubuhnya masih dibalut handuk putih yang hanya menutupi tubuh hingga atas pahanya. Rambutnya yang masih basah juga sudah terbalut handuk kecil. Ia melangkah santai menuju meja rias, duduk sambil memeriksa wajahnya di cermin, tampak tenang dan tak terganggu oleh dinginnya udara malam.

Aroma sabun yang lembut dan khas mulai tercium perlahan, menyebar di seisi kamar. Rei yang awalnya fokus membaca, tiba-tiba mendongak, mencium wangi samar yang familiar. Secara refleks, matanya menoleh ke arah Hana yang sedang bercermin, tubuhnya yang terbalut handuk terlihat begitu menggoda di bawah cahaya lampu kamar yang temaram.

Garis jenjang kakinya, bahu yang terbuka, serta lehernya yang indah membuat Rei mengalihkan pandangan secepat mungkin. Ia menghela napas dalam, mencoba mengalihkan pikirannya kembali ke buku di depannya. Namun tak bisa dipungkiri, ia tetaplah lelaki normal yang sedang berada di masa pubertas. Situasi seperti ini membuat pikirannya sedikit goyah, dan fokusnya perlahan memudar.

“Gantilah bajumu lebih dulu,” ucapnya akhirnya dengan suara datar, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Ia tak menoleh, tetap menatap bukunya meski pikirannya sudah ke mana-mana.

Hana terdiam sejenak, lalu menoleh ke arah Rei yang membelakanginya di meja belajar. Ia mengangkat alis, merasa heran dengan sikap suaminya yang mendadak kaku.

“Aku?” tanyanya, menunjuk dirinya sendiri dengan raut bingung, seolah tak mengerti apa yang dimaksud Rei.

1
Na Noona
lanjut dong, dri kemarin ga up up
Ayu Sipayung: Sedang proses kk, sabar ya.....

jangan lupa baca karya terbaru author sembari menunggu up selanjutnya ya...
total 1 replies
Na Noona
belum up tor
na Nina
lanjut
na Nina
lanjut tor
Na Noona
up tor
Na Noona
up tor, aku sukaaa ceritanya
Chachap
kurang panjang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!