Dijual oleh Ibu dan Kakak tirinya pada seorang CEO dingin demi untuk menebus rumah yang digadaikan oleh Ibu tirinya dan juga melunasi hutang judi Kakak tirinya. Diandra terpaksa menikah dengan laki-laki kejam bernama Erlangga.
CEO yang begitu terkenal dengan prestasi dan begitu diidamkan banyak wanita itu, selalu berlaku semena-mena pada Diandra, terutama saat diatas ranjang.
Diandra terpaksa bertahan, tetapi bukan karena mencintai Erlan, melainkan karena keluarga barunya yang begitu menyambut baik kedatangan Diandra sebagai menantu. Ditambah lagi, dia tidak punya tempat berteduh kecuali rumah suami kejamnya itu.
Akankah Erlan luluh dan mencintai istrinya Diandra saat kekasih Erlangga yang sesungguhnya datang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Delis Misroroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri Pelampiasan
"Ck, nikmati saja apa yang baru kamu dapatkan. Uang sebesar itu mustahil kamu bisa menggantinya," jawab Erlan dan berlalu pergi.
Pesta Pernikahan itu benar-benar meriah yang tidak pernah Diandra bayangkan sama sekali akan menikah dengan cara dipaksa. Apalagi Erlan menikahinya bukan karena cinta melainkan karena telah membelinya dengan harga satu juta dollar.
Sungguh miris memang. Diandra ingin tahu bagaimana bisa Ibu tiri juga Kakak tirinya itu bertemu dengan Erlan dan menjualnya. Bahkan Diandra hanya bisa menyunggingkan senyum saat menatap laki-laki yang sedang asik mengobrol dengan rekan bisnisnya.
Wajahnya tidaklah buruk rupa. Tentu saja dia sangat tampan dan terlihat berwibawa. Namun bagi Diandra, wajah itu begitu menyeramkan.
"Diandra, ayu minum!" Diandra terkejut karena sejak tadi melamun sendiri di kursi pelaminan.
"Em, saya tidak minum yang seperti itu, Tante," kata Diandra menolak wine berwarna merah pemberian Mami Hasna.
"Hah? Tante? Aku Maminya Erlan, bukan Tantenya, haha ...." Diandra langsung salah tingkah.
"Ah, maaf. Saya tidak tau, Mami. Mami masih terlihat sangat muda," jawab Diandra masih dengan nada sedih dan sedikit kaku.
Ingin rasa segera akrab dan berharap mendapatkan banyak kasih sayang dari keluarga Erlan. Namun Diandra tidak mau banyak berharap karena bisa saja mereka baik hanya karena banyak wartawan disana.
"Ugh ... Mami suka gaya kamu, Sayang. Mami memang masih muda, kamu pikir Mami Erlan udah tua bangka? haha ...." Diandra hanya tersenyum tipis menanggapi Mami Hasna. "Ayo kita jalan-jalan, Mami akan kenalkan keluarga baru kamu, Sayang," ajak Mami Hasna seraya merengkuh lengan Diandra dan dia pun hanya bisa pasrah mengikuti ibu mertuanya.
"Cantik banget kan menantuku?" begitulah Mami Hasna memperkenalkan Diandra pada beberapa teman juga tamu undangan disana. Tentu saja Diandra ingat satu persatu nama tersebut. Walaupun dia tidak sekolah, Diandra punya daya ingat yang sangat bagus.
"Bukannya di undangan Tuan Erlan nikah sama model bernama Cherin, Jeng? Kok ganti? Dia anak siapa? Pengusaha juga keluarganya?" tanya seorang ibu-ibu dengan penampilan yang perfeksionis.
"Haha ... menantuku ini jauh lebih cantik dari model majalah dewasa itu, Jeng. Nggak penting lah masalah anak pengusaha mana, yang penting itu attitude," jawab Mami Hasna.
Diandra tidak mau bicara apa pun dan hanya mengangguk atau tersenyum tipis saat Mami Hasna juga Nenek Harni menyanjungnya di depan para tamu.
...***...
"Astaga ... capek banget," Diandra akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang sangat nyaman dan tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Diandra celingukan dan bingung sekaligus kagum dengan ruangan yang begitu besar itu. "Hanya tempat tidur, tapi semewah ini," gumam Diandra.
Risih dengan baju pengantinnya, Diandra segera melepaskan gaun pengantinnya kemudian masuk kamar mandi. Cukup lama dia disana karena ternyata air di bathtub sangat hangat dan membuatnya rileks dengan bau yang sangat khas dan wanginya benar-benar membuat Diandra bisa melepaskan penatnya. Air itu telah disiapkan oleh asisten rumah tangga yang mengantarnya ke kamar Erlan.
Merasa air sudah mulai dingin, Diandra pun menyudahi mandinya dan meraih handuk yang menggantung untuk dililitkan ditubuhnya. Diandra bingung harus mengenakan baju apa karena tidak ada pakaian untuk dia pakai selain handuk yang melilit ditubuhnya itu. "Astaga ... kenapa aku tadi nggak tanya pakaianku. Lalu aku harus pakai handuk?" ucap Diandra seraya menepuk jidatnya.
Tidak lama kemudian, Erlan masuk ke dalam kamar dan terkejut bukan main melihat Diandra sedang berdiri di dekat tempat tidur hanya mengenakan handuk dan rambut yang basah. Pemandangan itu tentu saja begitu menggodanya. Wajar, dia laki-laki normal dan sudah lama tidak melakukan hal semacam itu dengan Cherin.
"Ngapain kamu di kamar saya?" tanya Erlan dengan nada marah.
"Saya tidak tahu, Tuan. Saya disuruh masuk kesini dan karena saya lelah ya saya mandilah sekalian. Lagian saya istrimu, Tuan. Memang saya harus tidur dimana? Di gudang?" jawab Diandra tidak kalah ketus.
"Oh ... jadi kamu suka dengan statusmu sekarang?" Erlan melangkahkan kakinya mendekati Diandra seraya melepaskan dasi juga kemeja putihnya. Kini Erlan tidak memakai baju. "Baiklah ... saya juga tidak mau rugi karena harga mu cukup mahal, Sayang," lanjutnya.
"Mak-maksudnya?" Diandra gugup.
"Bukannya kamu sedang berperan menjadi seorang istri? Aku akan menuruti apa maumu," jawab Erlan dengan jaraknya yang semakin dekat.
Diandra semakin gugup dan langkah mundurnya salah arah karena dia terjatuh tepat di atas tempat tidur. "Argh!" rintih Diandra saat tubuhnya berada di atas tempat tidur.
"Hm ... rupanya istriku sudah tidak sabar untuk tidur denganku," Erlan pun menindih tubuh Diandra dan menarik paksa handuk yang dia pakai untuk segera dia lempar ke sembarang tempat.
"Tu-Tuan ...." Diandra tak kuasa bicara lagi karena mulutnya sudah dibungkam oleh mulut Erlan. "Emh!" Diandra berontak tetapi gagal. Erlan segera mengatur posisinya agar lebih leluasa untuk menikmati tubuh Diandra.
"Siall ... kenapa dia benar-benar menggairahkan," batin Erlan dan kembali melahap bibir manis Diandra. Hingga Diandra pun hanya pasrah mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya. Tubuhnya mulai lemas dan lama kelamaan bagiannya intinya terasa begitu nyeri karena ada yang mencoba masuk dengan paksa.
"Argh! Tolong ... pelan-pelan, Tuan!" rintih Diandra, tetapi tidak dihiraukan oleh Erlan yang sudah dilanda napsu.
"Sialann ... rasanya sangat berbeda dari Cherin. Wanita ini sangat nikmat," batin Erlan yang terus bekerja demi mencapai puncaknya. "Argh!" Erlan pun terkapar lemas di sisi Diandra setelah hasratnya tersalurkan.
...***...
Pagi harinya, Diandra benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur. Permainannya dengan Erlan semalam, membuat seluruh tubuhnya sakit terutama di bagian pangkal paha karena bukan hanya sekali Erlan melakukannya, tetapi beberapa kali bahkan Erlan tidak mempedulikan rasa lelah dan sakit yang diderita Diandra sekalipun dia mengeluh dan memintanya untuk pelan-pelan.
"Ugh! sakit banget," keluh Diandra di balik selimut ya menutupi seluruh tubuhnya. Diandra pun membuka selimut itu dan menatap sekeliling, tidak ada siapapun di dalam kamar. "Dia benar-benar kejam," gumam Diandra seraya meringis kesakitan, bahkan hanya untuk sedikit bergerak.
"Bagaimana aku bisa keluar? Aku nggak punya baju dan sekarang aku sangat lapar. Jam berapa sekarang, ah." Lagi-lagi Diandra tidak bisa berkutik dan terpaksa dia menutup kembali seluruh tubuhnya dengan selimut.
"Diandra Sayang ... udah bangun belum?" Suara yang tidak asing lagi untuk Diandra membuatnya kembali menyibak selimut untuk menatap wanita yang telah menjadi ibu mertuanya.
"Eh, em ... Sudah, Mam," jawab Diandra kembali meringis menahan sakit dan hendak beranjak karena tidak enak dia bangun kesiangan.
"Udah, nggak usah bangun. Mami bawakan kamu sarapan, ini Mami letakkan di sini ya?" Mami Hasna pun meletakkan nampan yang berisi beberapa menu makanan untuk Diandra.
"Terima kasih, Mam!" ucap Diandra dengan senyuman yang dipaksa.
"Biasa kalau malam pertama suka kayak gitu, pegal-pegal dan sakit. Apalagi si pria tua itu suka seenaknya. Kamu istirahat aja di kamar ya? Nanti akan ada pelayanan masuk bawain baju buat kamu dan ganti sprei nya. Mami keluar dulu, jangan lupa sarapan ya? Oiya, bicara santai aja, jangan kaku begitu, oke?" Diandra hanya mengangguk pelan setelah itu sang ibu mertua pun keluar dari kamar.
"Mami! Apakah perhatianmu nyata atau palsu?" batin Diandra masih belum bisa terima dengan sikap baik ibu mertuanya.
........
𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐪 𝐝𝐥𝐮 𝐡𝐛𝐬 𝐤𝐮𝐫𝐞𝐭 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐢𝐧𝐢𝐦𝐚𝐥 𝟑𝐛𝐥𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚
𝐲𝐠 𝐩𝐫𝐭𝐦𝐚 𝐤𝐫𝐧 𝐤𝐞𝐥𝐞𝐥𝐚𝐡𝐚𝐧 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐪 𝐠𝐤 𝐧𝐠𝐫𝐭𝐢 𝐤𝐥𝐨 𝐡𝐦𝐥 𝐦𝐮𝐝𝐚 𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐡 𝐤𝐞𝐜𝐚𝐩𝐞𝐚𝐧 𝐚𝐩𝐚𝐥𝐠𝐢 𝐮𝐬𝐢𝐪𝐮 𝐣𝐠 𝐦𝐬𝐡 𝐦𝐮𝐝𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟐 𝐚𝐝𝐚 𝐦𝐢𝐨𝐦𝐚 𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐣𝐞𝐧𝐢𝐬 𝐤𝐢𝐬𝐭𝐚
𝐲𝐠 𝐤𝐞 𝟑 𝐛𝐥𝐢𝐧𝐝 𝐨𝐯𝐮𝐦 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐣𝐚𝐧𝐢𝐧 𝐭𝐝𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐝 𝐝𝐢 𝐫𝐚𝐡𝐢𝐦 𝐪𝐮 𝐡𝐧𝐲 𝐚𝐝𝐚 𝐤𝐧𝐭𝐨𝐧𝐠 𝐛𝐚𝐲𝐢 𝐝𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫 𝐤𝐞𝐭𝐮𝐛𝐚𝐧 𝐬𝐚𝐣𝐚