NovelToon NovelToon
Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bercocok tanam
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: d06

Prolog

Hujan deras mengguyur malam itu, membasahi jalanan berbatu yang dipenuhi genangan air. Siena terengah-engah, tangannya berlumuran darah saat ia berlari melewati gang-gang sempit, mencoba melarikan diri dari kematian yang telah menunggunya. Betrayal—pengkhianatan yang selama ini ia curigai akhirnya menjadi kenyataan. Ivana, seseorang yang ia anggap teman, telah menjebaknya. Dengan tubuh yang mulai melemah, Siena terjatuh di tengah hujan, napasnya tersengal saat tatapan dinginnya masih memancarkan tekad. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, satu hal yang ia tahu pasti—ia tidak akan mati begitu saja.

Di tempat lain, Eleanor Roosevelt menatap kosong ke luar jendela. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat tanpa kehidupan, seolah dunia telah menghabisinya tanpa ampun. Sebagai istri dari Duke Cedric, ia seharusnya hidup dalam kemewahan, namun yang ia dapatkan hanyalah kesepian dan penderitaan. Kabar bahwa suaminya membawa wanita lain pulang menghantamnya seperti belati di dada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 26 rasa khawatir

"Istirahatlah dulu, aku akan membawakanmu makanan dan obat," ucap Eleanor lembut sambil membenarkan posisi kepala Cedric di bantal.

Cedric hanya mengangguk samar, matanya kembali terpejam, tampak lelah.

Eleanor segera beranjak ke dapur. Namun, begitu tiba, ia mendapati beberapa pelayan sedang beristirahat. Meski tidak semua, mereka jelas tidak menyukai kehadirannya sejak awal. Eleanor sudah terbiasa dengan tatapan sinis dan bisikan pelan yang kerap muncul saat ia berada jauh dari pengawasan Cedric.

Hari ini pun sama. Beberapa pelayan meliriknya sekilas sebelum kembali berbicara pelan di antara mereka sendiri. Eleanor memilih untuk diam. Ia tahu, memarahi mereka hanya akan menimbulkan masalah baru. Tidak ada gunanya bertindak gegabah. Ia akan menunggu waktu yang tepat untuk mendisiplinkan mereka.

Menarik napas dalam, Eleanor mengalihkan perhatiannya pada persediaan makanan. Tidak ada makanan hangat, tentu saja—ini sudah larut malam. Tapi ia melihat panci berisi kaldu ayam yang masih bisa dimanfaatkan.

Tanpa pikir panjang, Eleanor memutuskan untuk membuat sup. Ia menambahkan sedikit jahe dan beberapa rempah lainnya, lalu memasukkan potongan daging serta nasi. Aroma harum mulai menyebar, dan uap panas mengepul dari panci, menandakan hidangan siap disantap.

Dengan hati-hati, Eleanor menuangkan sup ke dalam mangkuk dan segera kembali ke kamar Cedric. Namun, sesampainya di sana, ia mendapati pria itu tengah terduduk dengan wajah pucat, tampak berusaha menahan rasa mual.

Eleanor mempercepat langkahnya. "Cedric!"

Melihatnya hampir muntah, Eleanor segera memapahnya ke kamar mandi. Dengan telaten, ia mengurut pundak Cedric, membantunya sedikit lebih nyaman. Setelahnya, ia membantu Cedric membasuh wajahnya dengan air dingin sebelum memapahnya kembali ke tempat tidur.

"Makan dulu, sedikit saja tidak apa-apa," ucap Eleanor, menyodorkan sendok berisi sup ke arah Cedric.

Cedric menurut tanpa banyak bicara, perlahan menyuap makanan hangat itu. Rasa jahe yang menyebar di tenggorokannya sedikit meredakan mual yang tadi ia rasakan.

Setelah Cedric selesai makan, Eleanor mengambil obat dan menyodorkannya padanya. "Minumlah ini, lalu istirahatlah."

Cedric menatapnya sejenak sebelum menurut. Setelah memastikan pria itu meminum obatnya, Eleanor baru sadar bahwa rambut Cedric masih basah.

Tanpa berkata apa-apa, ia mengambil handuk kecil dan mulai mengeringkan rambut Cedric dengan gerakan lembut. Cedric tidak menolak, hanya diam dengan mata terpejam, membiarkan Eleanor merawatnya.

Eleanor menghela napas pelan, berbisik dalam hati, Kenapa kau selalu memaksakan diri seperti ini, Cedric?

Eleanor tetap duduk di sisi tempat tidur, menunggu Cedric tertidur. Namun, pria itu terlihat gelisah, membalikkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, seakan sulit menemukan posisi yang nyaman.

"Kau tidak bisa tidur?" tanya Eleanor, suaranya lembut.

Cedric membuka matanya yang semakin merah karena demam. Ia memang kelelahan, jadi kenapa masih sulit tidur?

Eleanor menghela napas kecil lalu beranjak dari duduknya. Dengan hati-hati, ia mengangkat kepala Cedric dan meletakkannya di pangkuannya. Jemarinya mulai memijat pelan pelipisnya yang terasa panas.

Mata Cedric terpejam, menikmati sentuhan itu, namun tetap saja ia berbicara. "Kau terbiasa melakukan hal ini?"

Eleanor mengerutkan kening. "Hal apa?"

"Memijat kepala seorang pria," jawab Cedric, suaranya terdengar lemah.

"Pria?" Eleanor mengulang kata itu, sedikit bingung.

"Seorang pria sebelum diriku… di kediamanmu."

Eleanor mendecak pelan, lalu tersenyum samar. "Ah, aku mengerti. Tidak ada. Kau satu-satunya pria yang beruntung karena bisa menikmati ini."

Benarkah?" Cedric bertanya lagi, meski suaranya semakin lemah.

"Tentu saja," Eleanor menjawab dengan nada ringan. "Sudah, jangan banyak bicara. Tidurlah, atau aku akan meninggalkanmu."

Cedric akhirnya terdiam, perlahan-lahan napasnya mulai teratur, dan dalam waktu singkat, ia pun tertidur. Eleanor tetap diam di tempatnya, memastikan pria itu benar-benar terlelap sebelum akhirnya menghela napas lega.

Eleanor tetap duduk di sana, menatap wajah Cedric yang kini terlihat lebih tenang. Napasnya mulai teratur, meskipun dahinya masih sedikit berkeringat. Sesekali, ia menyingkirkan beberapa helai rambut yang jatuh ke wajah pria itu.

Ruangan terasa sunyi, hanya suara detak jam dan deru ombak dari luar yang terdengar samar. Eleanor menatap lentera di meja yang cahayanya mulai meredup, menandakan malam semakin larut. Ia tahu Cedric membutuhkan istirahat yang cukup, tetapi apakah demamnya akan semakin buruk?

Perlahan, Eleanor menggeser tubuhnya, mencoba melepaskan kepala Cedric dari pangkuannya. Namun, sebelum ia berhasil bangkit, sebuah tangan hangat tiba-tiba menggenggam pergelangan tangannya.

Jantungnya berdegup sedikit lebih cepat.

“Jangan pergi,” suara Cedric terdengar parau, hampir seperti gumaman. Matanya masih tertutup, tetapi genggamannya cukup kuat seakan tidak ingin melepaskannya.

Eleanor terdiam sejenak, menatap tangan mereka yang bersentuhan.

"Aku hanya akan mengambil kain basah," bisiknya, mencoba menenangkan Cedric.

Cedric tidak merespons lagi, tetapi genggamannya perlahan melonggar. Dengan hati-hati, Eleanor melepaskan dirinya dan beranjak menuju meja kecil di sudut ruangan. Ia mengambil kain bersih, mencelupkannya ke dalam air dingin, lalu kembali ke tempat tidur.

Perlahan, ia menaruh kain itu di dahi Cedric, berharap bisa menurunkan panasnya.

Eleanor menatap pria itu dengan perasaan campur aduk. Sejak awal, ia tahu bahwa Cedric bukan orang yang mudah menunjukkan kelemahannya. Tapi di saat seperti ini, ketika ia begitu lelah dan tidak berdaya, Eleanor bisa melihat sisi lain dari dirinya—sisi yang selama ini tersembunyi di balik sosoknya yang tegas dan penuh wibawa.

Tanpa sadar, bibir Eleanor melengkung dalam senyum tipis.

"Malam ini aku akan tetap di sini," gumamnya pelan, memastikan Cedric tidak akan sendirian saat ia tertidur.

1
Khanza Safira
Hai Aku mampir
dea febriani: hai, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini❤️
total 1 replies
masria hanum
kak ini ceritanya bagus banget lho, cerita yang lain2 juga bagus2 semoga viewers nya makin banyak ya...

suka banget sama alurnya, pelan tapi ada aja kejutan di tiap bab...
dea febriani: MasyaAllah Tabarakallah, terima kasih banyak! Komentar kamu benar-benar bikin aku semangat. Semoga kamu juga selalu diberkahi dan tetap menikmati ceritaku! 💖
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
eleanor rubahlah dirimu jgn krn cinta kau lemah, tingglkan yg tak menginginkanmu dan buatlah benteng yg kuat untuk dirimu.
lanjut up lagi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!