Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 - Saingan Rendra
Rendra memejamkan matanya rapat-rapat. Jelas apa yang dilakukan Edho dan anak buahnya sangat berlebihan sekarang. Dia lantas mencoba menjelaskan baik-baik bahwa semua itu tidak perlu dilakukan.
"Di antar sama satu orang saja sudah cukup bagiku. Selain itu, aku hanya akan di antar sampai sepedaku selesai diperbaiki. Oh iya, Bang Rory! Kau membawa sepedaku ke bengkel mana?" ujar Rendra.
"Ke bengkel Pak Herman yang dekat sini. Tapi katanya sebaiknya kau beli yang baru. Karena meski diperbaiki, sepeda itu pasti akan rusak lagi karena sudah terlalu lama," jawab Rory.
"Jadi kau nggak mau di antar sama kami?" tanya Edho dengan wajah cemberut.
"Iya, Bang. Cukup Bang Edho saja yang antar, atau kalau Bang Edho sibuk, bisa yang lain aja. Yang jelas nggak rombongan begini. Emangnya kita mau ngapain? Tawuran?" tanggap Rendra panjang lebar.
"Benar juga ya. Aku nggak kepikiran sampai ke sana. Tapi bagaimana sama orang-orang yang gangguin kamu itu? Orang begitu harus di kasih pelajaran biar jera!" ujar Edho sambil membusungkan dada agar terlihat sangar.
Rendra terkekeh pelan. "Selama mereka nggak nyakitin aku, menurutku bisa dimaklumi," balasnya.
"Dimaklumi? Sepeda kamu sampai hancur begitu loh, Ren. Jangan terlalu baik sama orang, nanti mereka ngelunjak!" sahut Edho.
"Udahlah, Bang. Pokoknya aku nggak akan pergi sama kalian kalau rombongan gini. Mending aku naik angkot aja." Rendra sudah lelah berdebat. Ia masuk ke rumah untuk bersiap pergi ke rumah sakit.
"Sudahlah, Dho. Sebaiknya turuti saja apa kata Rendra. Aku rasa itu sudah cukup untuk membalas jasanya padamu," tutur Arini.
Edho terdiam. Ia pun mengalah dan menyuruh semua anak buahnya pergi. Sementara itu, dirinya tetap tinggal untuk mengantar Rendra ke rumah sakit. Kini mereka sudah menaiki motor.
"Mas Dokter!" panggil Edho.
"Kenapa, Bang?" tanya Rendra.
"Hatimu terlalu baik. Saranku jangan bersikap terlalu baik sama orang, karena ada banyak orang yang nggak menghargai kebaikan," sahut Edho.
"Iya, Bang..." Rendra manggut-manggut saja.
"Aku serius loh. Aku ini dulu sebenarnya juga sepertimu, tapi jadi begini karena sudah terlalu banyak disakitin. Pokoknya kau bilang saja padaku kalau ada yang macam-macam padamu." Untuk sekarang Edho akan bersikap tenang dan mengalah. Dia harap pembullyan yang di alami Rendra tidak memburuk.
"Iya..." Lagi-lagi Rendra hanya bisa mengiyakan. Tak lama, dia dan Edho tiba di tempat tujuan. Rendra lantas bergegas pamit.
...***...
Saat bertugas di departemen penyakit dalam, di setiap harinya Rendra selalu menemui pasien yang melakukan cuci darah. Di zaman sekarang penyakit ginjal memang sangat melanda. Menurut Rendra itu di akibatkan kebiasaan anak muda yang suka minuman manis dan kopi.
Kini Rendra tengah bersiap untuk melakukan prosedur cuci darah. Namun seorang gadis menghentikannya.
"Biar aku yang melakukannya!" ujar gadis itu. Namanya adalah Davina. Ia dikenal sebagai anak orang terkaya di kampus.
Davina sosoknya sangat cantik dan pintar. Banyak pria yang menggilainya. Namun dibalik kecantikan itu, dia memiliki sifat angkuh dan blak-blakkan. Walau digilai banyak pria, tetapi banyak pula pria yang menjadi korban sakit hatinya.
Kebetulan Davina ditugaskan di departemen yang sama dengan Rendra. Namun anehnya ini adalah pertama kalinya Davina bertugas di shift sama dengan Rendra.
Bagi Davina, Rendra adalah saingannya. Namun bagi Rendra, dia tak menganggap Davina masalah sama sekali. Baginya gadis itu hanya pencari perhatian dan ingin selalu terlihat sempurna di mata orang lain.
Rendra menatap Davina dengan ujung matanya. "Maaf! Tapi Dokter Reza menugaskanku untuk ini," ucapnya tak acuh. Rendra memang selalu bersikap dingin kepada perempuan, kecuali ibunya dan yang mengenalnya sejak kecil.
Davina menarik sudut bibirnya ke atas. "Apa kau tahu? Saat kau tak ada, aku adalah favorit Dokter Reza. Sekarang lihat saat kita bertugas di shift yang sama," ucapnya seraya melipat tangan ke depan dada.
Rendra mengabaikan Davina. Ia beranjak untuk melakukan prosedur cuci darah. Tak membiarkan cewek itu mengganggunya.
"Dasar robot jelek!" cibir Davina sinis.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya
kalau keluar sama aja bunuh diri... udah ikut alur aja... sekarang nurut aja . entar urusan belakang.. kalau udah jadi orang hebat, dunia bisa kamu kendalikan...