NovelToon NovelToon
Jodohku Suporter Bola

Jodohku Suporter Bola

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:381
Nilai: 5
Nama Author: Hanyrosa93

Sekelompok anak muda beranggotakan Rey Anne dan Nabila merupakan pecinta sepak bola dan sudah tergabung ke kelompok suporter sejak lama sejak mereka bertiga masih satu sekolah SMK yang sama
Mereka bertiga sama-sama tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terbentur biaya kala itu Akhirnya Anne melamar kerja ke sebuah outlet yang menjual sparepart atau aksesories handphone Sedangkan Rey dan Nabila mereka berdua melamar ke perusahaan jasa percetakan
Waktu terus berlanjut ketika team kesayangan mereka mengadakan pertandingan away dengan lawannya di Surabaya Mereka pun akhirnya berangkat juga ke Surabaya hanya demi mendukung team kesayangannya bertanding
Mereka berangkat dengan menumpang kereta kelas ekonomi karena tarifnya yang cukup terjangkau Cukuplah bagi mereka yang mempunyai dana pas-pasan
Ketika sudah sampai tujuan yaitu stadion Gelora Bung Tomo hal yang terduga terjadi temannya Mas Dwi yang merupakan anggota kelompok suporter hijau itu naksir Anne temannya Rey.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanyrosa93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ajakan ke Hotel

Rey dan Nabila sudah selesai dengan pertengkarannya setelah malam kemarin ke kafe dekat kampus, ajakan Yuda dan Anne yang memang kebetulan pemilik kafenya teman Yuda waktu di Surabaya.

Rey pun mengajak Nabila ke salah satu hotel di pusat kota. Tidak untuk mesum hanya melepas penat dan saling mengecup.

“ pelan-pelan dong sayang, elu mah Rey kencang banget kayak nafsuan, sakit nih bibir gue.” keluh Nabila.

Sementara mengecup bibir, Rey pun meremas buah dada Nabila yang berundak-undak seperti gunung kembar.

“ Auh...Auh...enak ga sayang gue remas gunung kembarnya? ”

“ Pelan-pelan Rey sayang, tuh kan merah-merah kulitnya.” keluh Nabila sambil manyun.

“ Iya Maaf Nab, habisnya gue menikmati banget lekuk tubuh lu yang aduhai.”

“ Hmmp...hmmmph...geli sayang, ih...”

“ Pentilnya udah mulai keras ya dan warnanya item, itu udah ada air ASI-nya belum, sayang?” tanya Rey penasaran.

“ Kalau belum mengandung dan melahirkan ya belum ada airnya lah, sayang.”

“ Oh gitu,ya!”

“Iya.”

Beberapa menit saling mengecup bibir dan meremas buah dada Nabila, ketika terdengar suara derap sepatu dari arah pintu kamar hotel, Rey pun menghentikan aktifitasnya dan dilanjut dengan mengajak ngobrol Nabila.

Rey menatap Nabila dengan lembut, jemarinya menyapu pipi gadis itu dengan penuh kasih. "Maaf ya, gue nggak sengaja," bisiknya, menyentuh kening Nabila dengan bibirnya.

Nabila menghela napas, matanya menatap lurus ke arah jendela hotel yang memperlihatkan gemerlap lampu kota. "Rey, kita ini apa sih?" tanyanya tiba-tiba.

Rey terdiam. Pertanyaan itu seperti petir yang menyambar di tengah kehangatan yang baru saja mereka bangun kembali.

"Kita itu..." Rey menggantungkan kata-katanya.

Nabila menunggu, tapi lelaki di hadapannya tak segera menjawab. "Kita cuma pelarian satu sama lain atau kita benar-benar serius?"

Rey menatap mata Nabila dalam-dalam. Dia tahu pertanyaan itu bukan sekadar kelakar. Mereka telah melalui banyak hal—pertengkaran, cemburu, bahkan perasaan yang terus diuji oleh waktu.

"Gue nggak pernah main-main sama lu, Bil," ucap Rey akhirnya, suaranya terdengar tulus. "Gue cuma butuh waktu buat buktikan semuanya."

Nabila tersenyum tipis, tapi sorot matanya tetap menyiratkan kebimbangan. "Gue takut, Rey. Takut kalau kita cuma ada buat satu sama lain saat kita butuh, tapi nggak benar-benar berjuang buat bertahan."

Rey menarik Nabila ke dalam pelukannya. "Gue di sini, Bil. Dan gue nggak akan ke mana-mana."

Nabila ingin percaya, tapi hatinya masih menyisakan ragu. Cinta itu nyata, tapi apakah cukup untuk membuat mereka bertahan?

Setelah beberapa jam berada didalam hotel, lalu keduanya memutuskan untuk check out keluar. Ketika keluar, nampak Yuda dan Anne sedang berada diseberangnya.

Yuda dan Anne pun menghampiri Rey dan Nabila yang akan hendak ke parkiran hotel itu.

“ Mas Rey, sedang ngapain disini?” Yuda tiba-tiba menyapa dari arah belakang.

Rey dan Nabila yang tengah berjalan menuju parkiran langsung menghentikan langkah mereka. Rey menoleh ke belakang, mendapati Yuda dan Anne yang kini berdiri tak jauh darinya.

“Oh, Yuda,” ujar Rey dengan sedikit terkejut. “Kami baru saja check out. Kebetulan ada urusan di sekitar sini.”

Anne melirik Nabila sekilas sebelum tersenyum tipis. “Kalian menginap di sini juga?” tanyanya, nada suaranya terdengar santai, namun matanya menyiratkan rasa ingin tahu.

Nabila menatap Rey sejenak, seakan meminta bantuan untuk menjawab. Namun, sebelum Rey sempat berkata apa-apa, Yuda lebih dulu bersuara.

“Kalian menginap bareng?” tanyanya langsung, dengan nada bercampur antara penasaran dan heran.

Rey mengusap tengkuknya, mencoba tetap tenang. “Ya, ada keperluan mendadak tadi malam, jadi kami putuskan untuk menginap di sini,” jawabnya.

Yuda mengangkat alis, sementara Anne hanya tersenyum kecil, seakan memahami sesuatu. “Oh, begitu…” gumam Yuda pelan, tapi tatapannya menyelidik.

Nabila yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, berusaha mengalihkan suasana. “Kalian sendiri? Sedang ada acara di sini?” tanyanya dengan senyum tipis.

Anne menoleh pada Yuda sebelum menjawab, “Kami habis menghadiri acara teman di restoran hotel ini. Pas mau pulang, eh malah lihat kalian.”

Rey mengangguk paham, tapi ia bisa merasakan ketegangan tipis di antara mereka. Ada sesuatu di balik tatapan Yuda dan Anne yang sulit ditebak.

Lalu, Rey pun izin untuk segera ke tempat parkiran dan meninggalkan Yuda dan Anne yang masih berdiri di depan hotel.

“ Gue tinggal ya Yud, Anne, gue mau ke tempat parkiran dulu, yuk Nab.” ucap Rey sambil mengajak Nabila menuju ke tempat parkir.

Rey dan Nabila pun berjalan menuju parkiran motor, setelah beberapa saat mereka hilang dari pandangan mata lalu Yuda pun mengajak Anne untuk pulang.

“ Yuk sayangnya Mas, Mbak Anne kita pulang yuk.” ajak Yuda.

“ Ayo Mas, lagian suhu udara diluar mulai dingin, mana anginnya gede-gede lagi.” Anne mengiyakan ajakan Yuda.

“ Mas juga mau langsung ke kostan kok, gak akan kemana-mana lagi.”

Yuda tersenyum tipis sambil menggenggam tangan Anne, menyalurkan sedikit kehangatan di antara udara sore yang semakin menusuk. Mereka berjalan pelan menuju tempat Yuda order taksi online.

“Dingin ya?” tanya Yuda sambil melirik Anne yang sesekali mengusap lengannya sendiri.

Anne mengangguk kecil. “Iya, anginnya kencang banget. Untung tadi bawa jaket.”

Mereka akhirnya sampai di depan mobil taksi yang dipesannya. Yuda membuka pintu untuk Anne, membiarkannya masuk lebih dulu sebelum dirinya sendiri masuk. Begitu mesin mobil dinyalakan oleh drivernya, hawa hangat dari AC mulai mengusir rasa dingin yang tadi menusuk kulit.

“Udah nyaman?” Yuda menoleh sekilas.

Anne tersenyum, merapatkan jaketnya. “Udah, makasih ya, Mas.”

Mobil mulai melaju meninggalkan area hotel. Jalanan tidak terlalu ramai, hanya beberapa kendaraan melintas, lampu jalan menerangi jalan aspal yang tampak sedikit basah, mungkin karena embun atau sisa gerimis tadi sore.

“Jadi, besok ada rencana apa?” tanya Yuda sambil tetap fokus pada jalan.

Anne berpikir sejenak. “Kayaknya aku mau ke salon pagi, terus mungkin istirahat di rumah. Kalau Mas?”

Yuda mengangguk kecil. “Mas mau urus kerjaan sebentar pagi, terus istirahat juga. Kalau ada waktu luang, kita jalan, gimana?”

Anne tersenyum tipis. “Boleh, asalkan nggak mendadak ya.”

Yuda terkekeh. “Iya, iya, pasti direncanain dulu.”

Perjalanan terasa nyaman. Tidak ada kebisingan berlebihan, hanya alunan musik pelan dari radio mobil yang menemani percakapan mereka.

Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan rumah Anne. Driver taksi online menepikan mobil dan mematikan mesin. Anne membuka sabuk pengamannya, menatap Yuda sejenak sebelum membuka pintu.

“Makasih ya, Mas, udah anterin pulang.”

Yuda tersenyum, mengusap punggung tangan Anne dengan lembut. “Iya, hati-hati masuknya. Jangan lupa kunci pintu.”

Anne mengangguk, lalu turun dari mobil. Sebelum masuk ke dalam rumah, ia sempat melambaikan tangan pada Yuda, yang dibalas oleh lelaki itu dengan senyum hangat. Setelah memastikan Anne masuk, Yuda akhirnya kembali menginstruksikan driver taksi online untuk menyalakan kembali mesin mobilnya dan melajukan kendaraan menuju kostannya.

Perjalanan pulang terasa singkat. Sesampainya di kostan, Yuda segera masuk ke kamarnya, melepaskan jaket, dan merebahkan diri di kasur.

Ia menghela napas panjang, memandangi langit-langit kamar dengan pikiran melayang. Entah kenapa, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya, sesuatu yang berkaitan dengan Rey dan Nabila. Namun, ia mengabaikannya sejenak, memilih untuk memejamkan mata dan mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Angin masih berhembus kencang meskipun masih agak siang, membawa hawa dingin yang menyelimuti kota.

***

1
Hanyrosa93
boleh, yang mana ya novelnya?
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of Dorado
Hanyrosa93: boleh
total 1 replies
Nay
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!