Zakia (Satu-satunya Cinta)

"Nona, Nona sudah sadar?" Alden terkaget begitu melihat pergerakan jari Zakia. Alden segera beranjak, Matanya mulai berkaca-kaca.

Mata Zakia perlahan terbuka, Penglihatan itu masih kabur dan belum bisa melihat pria itu dengan jelas.

"Saya akan panggil dokter dulu.."Saking bahagianya, Alden sampai lupa tidak menekan tombol yang ada di ruangan tersebut. Tak lama kemudian, Dokter masuk bersama beberapa perawat di dalam sana.

Dokter tersebut langsung memeriksa kondisi Zakia yang masih lemah.

"Bagaimana kondisinya Dok.?" Tanya Alden menggunakan bahasa lokal negara itu.

"Kondisi Nona Zakia baik-baik saja.. Hanya untuk saat ini keadaannya masih sangat lemah. Luka bekas Operasinya masih basah. Dan juga pasien jangan terlalu banyak di ajak komunikasi.."Alden mengangguk. Dokter tersebut keluar dan hanya menyisakan satu perawat.

Alden menarik kursi dan duduk di sebelah Zakia yang matanya sudah terbuka. Dengan lemah, Tangan Zakia menggenggam tangan Alden.

"Apa Nona butuh sesuatu? "Zakia mengangguk lemah, Matanya melirik air yang terletak di atas meja.

"Nona mau minum?" Matanya kembali berkedip. Alden tersenyum ia mengambil gelas yang berisikan air putih itu. Alden juga meletakkan sedotan di gelas tersebut agar Zakia lebih mudah meminumnya. Melihat kondisi Zakia yang masih lemah mana mungkin Alden tega memapah Zakia agar duduk walaupun sebentar saja. Mengingat luka tembak yang di alami pastinya akan sakit.

"Bagaimana kondisi Nona? Sudah mendingan?" Lagi-lagi Zakia mengangguk. Matanya terpejam sejenak dan kembali terbuka menatap langit-langit kamar.

Zakia kembali menatap Alden, Memberi isyarat agar pria itu mendekat.

"Ada yang ingin Nona sampaikan?" Zakia mengangguk. Tangan lentik itu meraih tangan Alden dan menulis sesuatu di telapak tangan pria itu.

Alden fokus dengan apa yang Zakia tulis. Hatinya ikut teriris begitu membaca tulisan tak kasat mata dari jari Zakia.

"Tidak ada yang datang ke rumah sakit ini Nona, Hanya saya.."Air mata Zakia menetes, Wanita itu tergugu. Ia bukan menangis karena sakit di perutnya tapi sakit di hatinya. Setidak pedulikah keluarganya padanya. Dia sedang terluka parah tapi kenapa justru pria ini yang selalu ada di hatinya?

"Nona..",Entah ada dorongan darimana, Dengan hati-hati Alden mendekap tubuh Zakia memeluknya dan memberikan ketenangan untuk wanita yang perlahan masuk ke dalam hatinya dan selalu hadir di pikirannya.

"Nona tenanglah.. Saya akan selalu menjaga Nona..."Zakia menatap Alden seolah meminta penjelasan.

"Saya menjaga Nona bukan tanpa alasan. Ada seseorang yang memberikan saya Amanah untuk menjaga Nona..

"Siapa?

"Suatu saat Nona akan tahu.. Dia sangat mencintai Nona melebihi apapun.Tapi untuk sekarang, Dia belum bisa menampakkan diri.. Dia juga yang telah mendonorkan darahnya untuk Nona.. "Zakia terdiam di pelukan Alden, Ia jadi penasaran siapa orang di balik Alden ini.. Apa sebelumnya dia pernah bertemu dengan pria itu?

Alden hanya bisa menghela nafas panjang. Ia harus bisa melupakan perasaannya ini. Mau Bagaimana pun, Gus Rafa adalah sahabatnya. Ia tidak ingin menjadi sahabat yang dengan tega mengkhianati sahabatnya hanya demi obsesi semata. Biarkan Alden menyimpan perasaannya sendiri tanpa ada siapapun yang tahu..

****

"Maaf, Tuan.. Anda di larang masuk.. Pasien baru saja istirahat.."Ujar salah satu perawat terhadap pria paruh baya yang masih tampan dan segar itu.

Pria itu Noah, Ia datang ke rumah sakit ini ingin menemui putrinya,,Zakia. Entah untuk apa tapi yang pasti, Melihat dari raut wajah Noah pria paruh baya itu terlihat sangat emosi.

"Cepat minggir!

"Tapi Tuan.. Saya mohon jangan buat keributan disini? Disini banyak Pasien dan anda..

"Kau tidak berhak melarang ku.. Kau itu hanya pekerja di rumah sakit ini. Kau tidak tahu hah!? Siapa aku??Aku Noah Lucas Axeline.. Jika kau masih sayang dengan pekerjaanmu jangan larang aku masuk!" Noah terus saja mendesak bahkan mengancam perawat itu. Namun perawat tersebut tidak takut dengan ancaman pria itu.

"Minggir!!" Noah mendorong sang perawat dan masuk ke kamar Zakia begitu saja. Tak tanggung tanggung, Noah mengunci pintu kamar itu membuat perawat tadi kelimpungan.

Alden? Entah pergi kemana Pria itu.

.

.

.

Byuur!!

Zakia seketika membuka mata begitu air satu gelas itu membasahi wajahnya. Ia menatap lemah sang ayah yang terlihat sangat murka. Raut wajah pria paruh baya itu merah padam, Entah apa yang terjadi dengan pria yang turut andil dalam kehadirannya ke dunia ini.

Tanpa aba-aba, Noah men-cekik leher sang putri. Tak ada reaksi dari Zakia sendiri. Hanya matanya yang berkaca-kaca.

"Apa yang telah kau lakukan kepada Jessi hah!! Kau apakan dia sampai terluka..JAWAB!!" Air mata Zakia menetes tanpa terasa. Namun tak ada isakan yang keluar dari bibirnya. Tatapan Zakia masih saja datar.

Krek

Bugh!!

Dengan tanpa perasaan Noah menarik tubuh ringkih itu hingga terjatuh. Tangan kiri Zakia terlepas begitu saja dari selang infus sampai mengeluarkan darah. Belum lagi rasa sakit dan nyeri di perutnya bekas operasi.

"Jawab aku pembawa sial! Apa yang kau lakukan pada Jessi! jawab pembu-nuh!! " Mata Zakia terpejam. Ia sudah kesulitan bernafas kali ini, Mungkin hari ini adalah hari terakhirnya hidup di dunia ini. Dan di tangan ayahnya lah ia akan tiada.

Tuhan, Zakia sudah kuat. Ia sudah lelah menghadapi dunia ini.. Ia ingin hidup tenang. Semua orang yang dia sayang tidak ada yang mengharapkan dan peduli padanya.

"Kenapa kau tidak bisa menjawab? Kau tidak bisu kan? Kau berada disini hanya pura-pura kan? Kau.."Ucapan Noah terhenti begitu melihat darah yang menembus di pakaian pasien Zakia.

Zakia sudah lemas, Serangan dari ayahnya tak main-main. Dadanya mulai sesak, Entah kesalahan apa yang di lakukan dirinya kenapa ayahnya ini tega.

Braak!!

Pintu di buka secara paksa. Derline masuk ke ruang rawat Zakia dan tanpa perasaan wanita itu menampar pipi keponakannya itu dengan keras.

PLAAAK!!

"Apa yang telah kau lakukan padaku putriku hah! Kenapa dia sampai terluka seperti itu!! Dasar pembawa Sial.." Derline hendak kembali menampar Zakia namun, Seseorang menahan tangan wanita paruh baya itu..

PLAAAK!

PLAAAK!!

Alden menampar keras pipi Derline dua kali hingga wanita itu tersungkur. Tak hanya itu, Alden juga menendang dada Noah membuat pria itu terjengkang ke belakang. Alden sudah tak peduli kepada Derline yang seorang wanita dan juga Noah yang termasuk ayah dari Zakia.

Menurutnya apa mungkin Alden akan diam saja ketika Zakia di sakiti. Padahal sudah jelas apabila Zakia masih sakit, Kondisinya masih lemah karena baru selesai operasi. Alden mencengkram kerah pakaian Noah dengan erat.

"Saya tau Anda sangat membenci putri Anda.. Tapi apakah harus kalau Anda menyakitinya!? Dia putrimu! Darah dagingmu! Dimana letak hati nuranimu sebagai seorang ayah!? Kenapa Anda jahat sekali!? Anda tega menyakitinya hanya demi membela orang lain. Anda menyalahkannya padahal belum tentu itulah kebenarannya! "Alden menghempaskan tubuh Noah dengan kasar.

"Saya ingatkan jangan pernah sakiti Nona Zakia lagi, Jangan sampai Anda menyesal nantinya.. Mungkin sekarang Anda membencinya atau terkesan tak peduli. Tapi ingat, Suatu saat Anda akan menangis melihat putrimu lebih bahagia bersama orang lain!!

Tak lama kemudian, Beberapa polisi datang dan meringkus Noah serta Derline disana. Sementara Alden, Pria itu segera menolong sang Nona yang kembali tak sadarkan diri.

.

.

.

TBC