Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Menanti Cahaya Diujung Kesedihan

Bab.1

Nikahi putriku Ralda di depanku saat ini juga, saya mohon pak dokter."

" Deg," seketika tubuh dokter Abrisam membeku mendengar permohonan pria paruh ini.

" Saya tidak lama lagi dokter, siapa yang akan bersama putriku jika saya ti4da. Hanya dokter yang bisa membantuku." ucapnya lagi.

Abrisam menatap sesaat wanita yang tertunduk dengan wajah bersemu merah. Entah gadis itu menangis, ia tak ingin tahu soal itu, lantaran hatinya begitu galau dengan permintaan pak Jaenab.

" Dok, saya mohon dengan amat sangat pada anda, Ralda adalah harta satu-satunya yang kumiliki di dunia ini.

Abrisam masih mengabaikan permintaan pak Jaenab, ia masih mencoba memeriksa kembali kondisinya dan berusaha menyelam4tkan ny4w4nya.

Dada pak Jaenab terlihat naik turun dan sangat kesulitan mengatur nafas.

" Dokter, ini adalah keinginan terakhirku pada anda, " ucapnya.

Mendengar itu, tanpa berpikir panjang dokter Abrisam mengabulkan permintaan orang tua tersebut dan mengucapkan janji yang membuat pak Jaenab bernafas lega.

" Baiklah pak, saya akan menikahi putri anda Asmaralda saat ini juga jika itu adalah keinginan terakhir anda."

Gadis buta yang sejak tadi tertunduk seketika mengangkat wajah seolah ia mampu melihat. Rasanya tak percaya apa yang didengar dari mulut pria itu. Menikahi pria yang berprofesi sebagai seorang dokter membuat hatinya ragu. Pria yang berasal dari kota, Asmaralda tak tahu asalnya yang pasti, tapi saat ini ia berjanji di depan ayahnya.

Apakah ia harus menolak?"

Di depan ayahnya, Abrisam menjabat tangan pak penghulu mengucapkan janji ikrar suci disaksikan beberapa orang penduduk setempat.

" Sah..sah..," teriak para saksi menggema di ruangan tersebut.

Gadis yang bernama Asmaralda kini terhenyak, mematung di tempatnya. Hanya sekejap saja status kini a berubah menjadi seorang istri dari dokter Abrisam.

" Cium tangan suaminya, Nak." titah pak penghulu memberi arahan.

Wanita yang baru saja berubah status menurut, mer4b4 mencari tangan suaminya kemudian dikecup dengan khidmat. Abrisam membalas dengan mengecup kening istrinya. Mata Asmaralda terpejam sesaat merasakan sensasi yang ada disekujur tubuh mendapatkan sentuhan itu.

Orang-orang yang sempat menyaksikan pernikahan ke-duanya bersorak gembira dan menepuk tangan.

" Terimakasih dokter, Ralda telah menjadi milikmu sekarang dan anda berhak segalanya untuknya." sahutnya kemudian menghembuskan nafas terakhir.

" Pak Jaenab, pak.. bangun! Saya janji akan menjaga putri anda sebisa mungkin." ujarnya sambil mengguncang tubuh pria paruh baya itu.

Asmaralda membeku mendengar orang-orang memanggil sang ayah dan tidak ada sahutan darinya.

" Innalilahi Wainnailaihi Raji'un," ujar Abrisam setelah memeriksa kembali denyut nada Pak Jaenab.

Seketika luruh air mata Asmaralda mendengar kata-kata yang keluar dari mulut suaminya dan diikuti orang lainnya.

" Innalilahi Wainnailaihi Raji'un," ucapnya kemudian tangan mungilnya mencoba meraih sang ayah.

Abrisam menyentuh tangan istrinya dan membantu meletakkan lengan itu di dada pak Jaenab.

" Ayah, " panggilnya, Asmaralda menangisi kepergian pria yang satu-satunya menjadi pelindung selama ibunya tiada.

Abrisam dan yang lainnya ikut menitikkan air mata mendengar tangis pilu gadis buta itu.

" Insyaallah kepergian pak Jaenab akan tenang di alam sana. Bapak Jaenab telah menitipkanmu pada pria yang tepat untukmu." sahut pak Didin tetangganya.

Abrisam menunduk dan sesaat terlintas di benaknya wanita yang dijanjikan akan dinikahinya setelah pulang bertugas di pulau ini.

" Maafkan saya Hana, saat ini pikiranku benar-benar bingung, tak mampu menolak permintaan terakhir pak Jaenab. Saya berkhianat dan menikahi Asmaralda demi rasa kemanusiaan." batinnya.

Ditengah Isak tangis pilu Asmaralda, orang- orang menyiapkan segalanya untuk mengantarkan ke tempat peristirahatan terakhir pak Jaenab.

***

Ralda, seorang gadis buta yang masih muda, kini duduk sendiri di pojok kamarnya yang remang-remang. Malam itu, keheningan hanya sesekali terpecah oleh isak tangisnya yang pilu. Ralda baru saja kehilangan ayahnya, satu-satunya keluarga yang selama ini menjadi penjaga dan pemandunya dalam gelapnya dunia yang tak bisa ia lihat. Kehilangan itu begitu mendadak dan tak terduga, membuat hati Ralda terasa hampa. Ayahnya, yang selama ini menjadi tonggak kekuatan dan keberanian, kini telah pergi untuk selamanya. Ralda meraba-raba benda di sekelilingnya, mencari keberadaan ayah yang tak akan pernah kembali. Dengan mata yang tak mampu melihat, Ralda hanya bisa mengenang setiap detik yang pernah mereka lalui bersama. Setiap langkah yang dipandu oleh ayahnya kini terasa begitu berharga dan tak tergantikan. Keheningan malam itu semakin terasa menyayat, saat Ralda menyadari bahwa ia kini harus belajar untuk hidup dan berjalan sendiri tanpa ayah di sisinya.

Melihat itu Abrisam ikut kasihan, sungguh malang nasib gadis ini.

" Makan dulu! Nanti kamu sakit jika membiarkan perutmu kosong."

Perhatian kecil yang diberikan pada istri yang baru saja dinikahi membuatnya sadar, bahwa pak Jaenab telah menitipkan putrinya padanya.

" Bagaimana jika saya tidak bisa memenuhi tanggung jawab yang diamanatkan oleh pak Jaenab?" Mampu kah saya memenuhinya?" Pertanyaan tiba-tiba datang menghampiri.

Matanya masih menatap wajah cantik gadis berparas itu. Sungguh pria itu terpana melihat wajah putih Asmaralda.

Rambut Asmaralda yang panjang terurai, menyilaukan mata siapa pun yang memandang. Wajahnya, meski tak bisa melihat dunia, bercahaya seperti matahari pagi. Abrisam duduk di sebelahnya, hatinya dipenuhi kekaguman yang tak terperi. Setiap kali Asmaralda tersenyum, ada kilauan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun saat ini, gadis itu tengah bersedih karena kepergian seorang ayah yang setiap saat melindungi dari segala hal apa pun.

" Ralda, parasmu membuatku mengagumimu," dokter Abrisam berucap dalam hati sambil menatap lembut wajah Asmaralda, "kesedihanmu membuatku ikut merasakan kepedihanmu . Tapi, maaf, saya tidak berani mengungkapkan dengan jujur, karena ada hati seorang wanita yang harus saya jaga.

Asmaralda memiringkan kepalanya, seolah tahu apa yang sedang dilakukan pria itu.

"Aku mungkin tidak bisa melihat, Dok, tapi aku bisa merasakan kebaikan hati orang. Dan hatimu, adalah salah satu yang paling indah yang pernah kurasakan. Terimakasih Dok, karena telah memenuhi permintaan terakhir ayahku.

Abrisam merasa sebuah kehangatan menyelimuti hatinya, dia memegang tangan Asmaralda, merasakan kelembutan yang diberikan oleh gadis itu. Di sana, di antara kedamaian taman kota tempat mereka duduk, cinta mulai bersemi, ditenun oleh kekaguman dan keindahan yang tidak hanya terlihat oleh mata.

" Saya hanya memenuhi permintaan terakhir seseorang yang tidak berdaya di depanku, namun bukan berarti bahwa saya bertanggung jawab atas semuanya, termasuk dirimu. " ucapnya terdengar dingin.

Tubuh Ralda membeku mendengar pernyataan suaminya." A-apa maksudnya, Dokter? Jangan membuat Ralda bingung."

Sekuat apa pun hati Abrisam menolak kehadiran gadis buta itu dalam kehidupannya, tapi kenyataannya tak mampu diubah, bahwa dia telah resmi menjadi suami gadis itu.

" Istirahatlah dan tenangkan pikiranmu! Saya ingin menelepon di luar.

Terpopuler

Comments

Desi Ragiel Nst

Desi Ragiel Nst

br eps ¹ . uda lgsung nusuk jatung thor..

2025-02-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!