Rosa kembali ke Bandung setelah enam tahun menghindari Papa dan Rama, Kakaknya. Selain kembali beradaptasi dengan sekolah baru dan menguatkan hatinya untuk bertemu Rama, Rosa yang kaku juga dikejutkan dengan kedatangan Angkasa. Kakak kelasnya yang adalah anggota geng motor.
Perasaannya dibuat campur aduk. Cinta pertamanya, kebenciannya pada Rama dan Papa, juga rasa kehilangan yang harus kembali dia rasakan. Bagaimana Rosa yang sulit berekspresi menghadapi semuanya?
Apakah Rosa bisa melaluinya? Apakah Rosa bisa mengembalikan perasaan damainya?
Update setiap hari.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noey Ismii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Festival Sekolah 1
Sekolah mereka, SMA Bandung Raya, memang selalu punya acara pameran dan festival sekolah tiap bulan desember, setelah selesai UAS. Tujuannya agar siswa kelas XII masih bisa mengikuti acara. Acara itu akan diselenggarakan oleh setiap klub yang ada di sekolah.
Setiap ruangan klub akan dibuka untuk umum. Akan ada booth yang memamerkan hasil dari setiap klub. Gedung klub akan ramai didatangi semua murid. Guru-guru juga semua komite sekolah hadir. Para orang tua juga biasanya diundang untuk mendatangi festival mereka.
Klub foto juga membuka booth pameran. Hasil karya semua anggota akan dipajang di booth, sesuai kategori. Tahun ini ada tiga kategori yang dibuka klub, adalah lanskap, street, dan potret. Ketiganya harus diambil di sekolah. Rosa mengumpulkan untuk kategori lanskap.
Klub band Angkasa akan mengisi panggung utama. Karena Utara Band adalah band paling populer, mereka akan menjadi tamu kehormatan di festival sekolah. Juga di isi dengan band-band junior Utara.
Selain band, panggung juga akan meriah dengan klub musik yang lain. Ada musik klasik, ada musik tradisional, ada paduan suara, marching band, dan tari. Tari juga punya beberapa cabang. Modern dan tradisional.
Dan klub Kebon Kembang yang diketuai Rama juga akan membuka booth mereka di green house. Rama bilang, mereka akan menjual tanaman-tanaman hias, daun, bunga, sukulen, kaktus, semacam itu. Rama juga bilang, mereka menjual buket bunga. Katanya sebagian keuntungan akan didonasikan ke yayasan yatim piatu.
Rosa berniat membeli beberapa.
Karena banyaknya murid di SMA Bandung Raya, klub dan extra nya juga jadi banyak. Belum lagi dengan klub-klub ilmiah seperti kimia dan biologi. Atau klub teater yang tahun ini akan menampilkan drama Romeo Juliet. Sabila akan menjadi Juliet dan Danish, ketua kelas Rosa, akan menjadi Romeo.
Lalu ada juga klub radio yang akan siaran setiap jam istirahat dan memutarkan lagu-lagu request dari murid yang mengirim pesan semangat untuk semua murid di sana.
Selain radio, klub siaran juga ada di klub siaran digital. Setiap istirahat tv di setiap kelas akan menyala dan anggota klub akan punya jadwal untuk mengisi acara berita siang.
Ada juga klub tata boga. Mereka membuka booth ala warung tenda korea, atau yang lebih dikenal dengan Pojangmacha. Semua murid penasaran ingin mencoba. Jadi, mereka satu-satunya klub yang membuka booth di lapangan terbuka di area depan sekolah.
Untuk klub olahraga, mereka sudah bertanding sejak selesai UAS. Jadi meskipun kegiatan belajar sudah berhenti, kegiatan klub masih berjalan. Para ketua bilang, festival sekolah yang diadakan tiap akhir tahun adalah acara paling meriah yang mereka punya.
Selain untuk refresh setelah UAS, setiap klub jadi punya tujuan. Jadi bukan hanya sebagai tambahan ulasan di rapor. Anggota klub akan termotivasi untuk tampil baik di acara ini. Juga menjadi ajang mencari pengalaman dan mengisi kegiaan harian. Kegiatan di tiap klub juga sering kali menghadirkan para ahlii di bidangnya.
Sekolah memfasilitasi semua kegiatan klub dengan baik.
Acara festival kali ini juga berlangsung dengan sangat baik dan meriah. Panggung utama sudah dibuka dan menampilkan karaoke dari beberapa murid musik.
Rosa sendiri sudah berdiri di dalam ruangan klub photograpy. Dia sedang bertugas untuk menjaga booth dengan beberapa murid lainnya. Mereka dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok jaga. Ada juga yang bertugas dimeja penjualan. Untuk murid yang mau membeli fotonya, mereka menyediakan printer dan pigura.
Ada juga kotak photobox untuk yang mau berfoto dengan teman-teman. Fotonya bisa langsung dicetak juga. Antriannya lumayan karena banyak yang ingin mengabadikan momen hari ini.
Rosa tersenyum saat Angkasa datang dijam
istirahatnya.
Dia masih malu karena kemarin menangis dan membuat acara nonton mereka batal. “Kak Asa maaf aku nangis dan kita gak jadi nonton,” katanya saat Angkasa berhenti di depan rumah.
Angkasa menggeleng dan tersenyum, tangannya terulur untuk membereskan poni Rosa yang tersibak helm, “Gak apa-apa. Kita masih bisa nonton nanti, kan?”
Rosa mengangguk, tangannya mengusap ujung
matanya.
“Maaf tadi mama-“
“Enggak, Kak Asa, Mama baik banget sama aku. Aku tadi cuma kebawa perasaan aja. Aku juga mau minta maaf karena tadi gak pamit dengan bener ke Mama,” jawab Rosa. Dia baru sadar kalau dia tidak bilang apa-apa ke mama saat
Angkasa membawanya pergi tadi.
Angkasa mengangguk, “Mama pasti ngerti, kok, Sa,” jawabnya.
Untungnya Rama masih belum pulang sore itu. Kalau saja Rama sudah ada saat Rosa pulang dengan keadaan hidung merah dan mata sembab, dia tidak tahu bagaimana Rama akan bertindak pada Angkasa. Rosa bahkan tidak bisa membayangkannya.
Dan Angkasa tersenyum ceria hari ini. seperti janjinya dulu, Angkasa tidak pernah membahas hal yang tidak perlu dibahas.
“Udah waktunya kamu istirahat?” tanya Angkasa.
Rosa mengangguk. “Kak Dika, saya istirahat dulu,” pamitnya pada Ketua Klub mereka.
“Oke, Sa,” Dika mengangguk pada Angkasa.
“Masih antri gak?” Angkasa menghentikan langkahnya saat melihat booth photobox.
Dika menghampiri Angkasa, “Riri, yang punya tugas ini, lagi ke belakang dulu, Kak. Tapi kalau mau saya yang fotoin aja, gimana?”
Angkasa mengangguk, menarik tangan Rosa masuk ke box foto. Rosa sedikit kaget karena mereka tidak merencanakan hal itu.
“Kenapa jadi foto?” tanyanya saat Angkasa sudah duduk di dalam box.
“Sini, duduk dulu. Kita belum pernah foto bareng” jawab Angkasa. Masih tersenyum lebar.
Rosa menurut. Dia duduk di sebelah cowok itu. Angkasa kemudian berbalik, tangannya membereskan poni tipis di kening Rosa. Kemudian tersenyum.
Rosa menatap kakak kelasnya itu tanpa bernapas. Mereka sedekat itu untuk saling bisa mencium aroma parfum masing-masing.
Sebegitu dekat sampai Angkasa bisa melihat semburat metah jambu di pipi Rosa. Dia sendiri bersikap biasa, padahal jantungnya sedang berdetak tak karuan.
“Siap, hitungan ketiga. Satu ... dua ... tiga ...”
-o0o-
Rosa memandang tiga foto dalam satu lembar di tangannya. Angkasa membayar photobox mereka dan juga membeli foto Rosa yang di pamerkan.
“Biar gue punya foto kamu dan foto karya kamu,” katanya sambil menyelipkan kedua foto di tanganya ke saku.
Rosa tersenyum. Masih memandang ketiga foto.
Foto pertama dia dan Angkasa masih saling menatap. Foto kedua Angkasa tersenyum cerah tetapi Rosa masih tersenyum simpul. Yang ketiga, Angkasa berbisik kalau Rosa tidak senyum, Dika di balik layar akan mengira dia adalah alien. Jadi Rosa tersenyum.
Dia bahkan tidak tahu kalau dia bisa tersenyum secerah itu.
“Kenapa?” tanya Angkasa sambil memerhatikan
Rosa yang masih menunduk menatap foto mereka. “Cantik, kan?”
Rosa mengangkat kepalanya, menatap ragu pada Angkasa, “Emangnya aku cantik, ya?”
Angkasa cepat-cepat mengangguk.
“Aku gak pernah kepikiran kalau aku cantik,” gumamnya.
“Gak perlu kamu pikirin. Itu urusan gue untuk mikirin cantiknya kamu,” Angkasa sudah mensejajarkan tingginya dengan Rosa.
Rosa sendiri terlalu kaget untuk menjawab. Dia sudah dibuat salah tingkah sejak tadi.
Mendengar Angkasa bicara begitu dan dekatnya mereka sekarang, Rosa makin berdebar.
“Kak Asa jangan ngegodain terus deh,” dia berjalan mendahului Angkasa.
Cowok di belakangnya hanya tersenyum. Kemudian menyamai langkah Rosa, “Itu beneran, kok, kamu juga denger kan banyak yang bilang kamu cantik.”
Rosa tidak mau menjawab, dia menggenggam ponsel dan foto mereka sambil terus berjalan mendahului Angkasa. Dia terlalu malu untuk melihat Angkasa sekarang,
-o0o-