Catherine dulunya adalah murid kutu buku yang polos dan kerjaannya hanya belajar di perpustakaan. Namun suatu hari, dia terlibat taruhan dengan Bastian. Mereka mereka memulai sebuah taruhan gila dan semenjak itu hidup Catherine benar-benar berubah drastis. Bastian mengajarinya hal-hal aneh dan liar yang tidak pernah Catherine ketahui ataupun coba sebelumnya.
Intinya, Bastian dan Catherine adalah teman di atas ranjang.
Hubungan mereka hanya sebatas sebagai teman yang saling memanfaatkan untuk memuaskan nafsu.
Tidak kurang, tidak lebih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon redwinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Senyuman Candu
Apalagi sekarang wanita yang bahkan tidak mereka ketahui namanya itu mulai mendekatkan wajahnya ke arah Bastian dan hendak mendaratkan bibirnya pada bibir Bastian sebelum Bastian menjauhkan wajahnya.
“Kau bau rokok,” ujar Bastian jujur membuat wanita itu mengurungkan niatnya dan tampak malu karena ditolak sedangkan Lotus disana sibuk menahan tawa.
Wanita itu menampilkan wajah kesalnya, “Tetapi kau juga seorang perokok,” ujar wanita itu kepada Bastian.
“Aku memang perokok, tetapi aku tidak suka dengan wanita yang merokok,” lanjut Bastian lagi dengan nada kelewat santainya.
Wanita itu berdecak sekali, “Dasar tidak adil, kau bersikap seperti pria yang br*ngsek sekarang dengan mengatakan kalimat itu,” ujar wanita itu lagi kemudian turun dari paha Bastian kemudian mengambil tempat di sofa kosong di sampingnya.
“I am. Dan asal kau tahu, kau baru saja ingin mencium pria br*ngsek ini,” ujar Bastian lagi sembari menampilkan senyum penuh kemenangannya saat wanita itu tidak lagi dapat membalas perkataannya.
“Aku jadi penasaran, kenapa kau bsia tertarik dengan wanita culun itu?” tanya Lotus akhirnya.
“Dia jelek Bas,” lanjut wanita tadi lagi yang juga merupakan salah satu mahasiswi di kampus mereka, jadi dia pasti tahu betul gosip yang sedang panas itu.
Bastian kemudian melirik wanita itu dengan tatapan datarnya, “Menurutku, dia lebih cantik darimu,” ujar Bastian algi yang semakin memancing kekesalan wanita itu.
Sedangkan Lotus yang mendengar hal itu hanya bisa tercengang, “Bas, kau salah minum obat?” tanya Lotus.
Bastian kemudian menyenderkan kepalanya ke sofa, tubuh panjangnya itu membuat kepalanya menjulur keluar dari sandaran belakang sofa. Bastian menatap langit-langit rumah itu sembari membayangkan perawakan Catherine.
“Dia hanya sedikit kurang update dengan penampilannya. Tidak bisa dipungkiri, dia miskin jadi dia tidak punya uang untuk membeli baju,” komentar Bastian yang teringat akan jaket warna kuning mencoloknya yang selalu dipakai oleh Catherine itu.
Sudah dibilang, Bastian adalah orang yang selalu jujur dengan perkataannya. Tidak dipungkiri, terkadang ia mengeluarkan komentar pedas yang bisa menyinggung perasaan seseroang.
Sebab pada dasarnya, pujian berlebihan tanpa melihat fakta sebenarnya adalah sebuah kebohongan. Dan Bastian tidak suka dengan dunia yang penuh dengan tipu muslihat seperti itu.
“Kau menyukainya?” tanya Lotus secara frontal.
“Tidak, untuk sekarang,” jawab Bastian membuat Lotus hanay bisa menggeleng sedangkan wanita tadi sudah melebarkan matanya, tampak kesal karena dia bisa akalah dengan seorang wanita culun seperti Catherine itu.
Perlu diagris bawahi, Bastian sudah terkenal playboy bukan tanpa alasan. Sikap santainya dalam menghadapi tindakan setiap wanita yang menghampirinya itu membuat pria itu mendapatkan reputasi buruk di amta orang-orang.
“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya Lotus lagi.
Bastian terdiam sejenak, tampak berpikri sebelum akhirnya kembali menjawab sebelum meneguk sisa kaleng bir dalam genggamannya itu.
“Aku hanya tertarik, bermain-main dengannya sepertinya akan seru.”
Bastian merasa bosan dengan wanita yang secara sukarela selalu membuka diri kepadanya, menghampiri dirinya duluan dan terus-menerus melayangkan pujian kepadanya. Hingga dia bertemu dengan Catherine yang tampak selalu menghindarinya, apalagi kejadian hari itu adalah awal dimana akhirnya Bastian menjadi tertarik dengan sosok diri Catherine yang sebenarnya.
Bukan Catherine yang pemalu dan yang selalu menunduk ketakutan saat berinteraksi dengan orang. Tetapi Catherine yang bisa tersenyum lebar dan mengekspresikan dirinya secara bebas.
Untuk sekali lagi, Bastian ingin melihat senyum itu kembali.
---
Saat itu Bastian sedang bolos dari kelasnya, jadi Bastian memutuskan untuk pergi ke area rooftop gedung kampus untuk merokok. Selesai menghabiskan satu batang rokok, Bastian beristirahat disana. Bastian tidur di sebuah kursi panjang yang ada disana sembari menikmati semilir angin pagi yang menerpa wajahnya pelan.
Keadaan hening itu menemaninya untuk waktu yang cukup lama hingga suara pintu yang berdecit pelan untuk terbuka berhasil mengalihkan fokus Bastian.
Bastian akhirnya membuka kedua matanya, kemudian ia menemukan seorang wanita dengan jaket kuningnya yang mencolok itu berjalan masuk ke dalam rooftop.
Wanita berjaket kuning itu masih tidak menyadari kehadirannya sebab Bastian tidur di area agak sudut yang jauh dari pintu masuk rooftop.
Bastian berakhir memperhatikan gerak-gerik wanita itu saat secara tiba-tiba wanita itu berjongkok kemudian seakan mengeluarkan sesuatu dari sakunya.
Bastian awalnya tidak tertari, dia sudah mau kembali tidur saat terdengar suara kucing. Teramat pelan sebelum semakin jelas saat kucing itu keluar dari belokan dinding di rooftop kemudian berjalan menghampiri wanita berjaket kuning itu.
Secara tanpa sadar, perhatian Bastian tertarik sepenuhnya kesana. Sebab Bastian bear-bena rmembenci segala jenis hewan. Dia tidak suka dengan hewan dan bersumpah tidak akan memiliki hewan peliharaan seumur hidupnya.
Bastian melihat wanita itu memberikan makan kepada si kucing, disusul si kucing yang menggoyangkan kepalanya tampak senang sebelum kembali mengeluarkan suara meongnya. Kucing tersebut menjilat habis makanan yang diberikan.
Bastian masih terus memperhatikan interaksi mereka hingga wanita itu mengelus-elus kepala si kucing kemudian tersenyum dengan begitu lebar.
Hal se-sederhana itu bisa membuatnya bahagia. Hanya dengan memberi makan kucing bisa membuatnya tersenyum dengan begitu indah. Berakhir fokus Bastian yang teralih sepenuhnya untuk mengamati rupa wanita itu.
Wajahnya yang bersih tanpa polesan make up, terlihat putih layaknya kulit bayi yang empuk. Surai hitamnya yang menjuntai bebas itu bergerak pelan sebab diterpa angin, membuat Bastian semakin elluasa dapat menjelajahi kecantikannya itu.
Bastian tidak pernah meliahtnya di kampus sebelumnya. Sebab yang sering menghampiri Bastian adalah apra wanita yang berdandan menor dengan rambur warna-warni mereka yang menyakitkan mata.
Bastian yang terlalu fokus mengamati pemandangan didepannya itu akhirnya menghentikan lamunannya saat wanita itu bangkit berdiri. Ia tampak melambaikan tangannya sekali kepada kucing tersebut sebelum ebrjalan kelaur dari pintu rooftop.
Setelah memastikan wanita itu pergi, Bastian akhirnya berjalan mendekati kucing tadi sebelum akhirnya berjongkok.
Berbeda dengan reaksi kucing tadi di awal yang penuh dengan ekspresi menggemaskannya, sekarang dia malah menampilkan raut garangnya kepada Bastian. Kucing itu bahkan mengeluarkan taringnya ke arah Bastian.
Bastian kemudian mendekatkan tangannya, berusaha untuk akrab dengan kucing tersebut dengan mengelus kepalanya namun kucing itu malah bergerak mundur.
Kucing tersebut kembali menunjukkan taringnya untuk terakhir kali sebelum berbalik dan berlari cepat meninggalkan Bastian dan hilang dalam belokan tembok di ujung.
Bastian yang merasa kesal karea diabaikan hanya mendengus sekali.
“Dasar galak,” gumam Bastian kesal dengan kucing itu.
Pasti karena Bastian tidak membawa makanan untuknya, jadi perlakuan kucing itu terhadapnya dan wanita tadi jelas berbeda.
Merasa kesal karena sudah diabaikan oleh seekor kucing, Bastian akhirnya memilih untuk bangkit dan meninggalkan area rooftop itu dengan segera. Mood-nya mendadak jelek dan rasa kantuknya itu sudah hilang.
Lebih baik dia kembali ke kelas saja.