Ketika semua hanya bisa di selesai dengan uang. Yang membuat ia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan uang, juga termasuk menju*l tubuhnya sendiri.
Tidak mudah menjadi seorang ibu tunggal. di tengah kerasnya sebuah kehidupan yang semakin padat akan ekonomi yang semakin meningkat.
Ketika terkuaknya kebenaran jati diri putrinya. apakah semua akan baik-baik saja? atau mungkin akan bertambah buruk?
Ikuti kisahnya dalam. Ranjang Penyelesaian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bunda Qamariah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengatakan yang sebenar
"Aku membayar mu agar membunuh, Aulia! Tapi sampai sekarang. Kau belum bisa memenuhi keinginan ku!" Lusia marah-marah pada Wili.
Karena sampai hari ini pria itu belum bisa memenuhi keinginannya untuk membunuh Aulia, padahal sudah berjalan beberapa hari. Namun Aulia masih baik-baik saja berjalan di atas bumi.
"Setiap kali bertemu kau hanya tahu marah-marah saja. Kau pikir senang membunuhnya? Membunuh orang tidak semudah yang kau bayangkan," pria itu tampak terlihat kesal dengan sikap Lusia.
"Bodoh! Kalau tugas yang aku berikan itu mudah! Untuk apa aku menyuruhmu! Aku bahkan bisa melakukannya sendiri!" Lusia semakin mengumpat Wili.
Tiba-tiba Lusia memberikan rambut pada Wili yang sudah dia bungkus dengan baik.
"Apa ini?" Tanya Wili heran.
"Itu rambut anak perempuan pelakor itu. Aku mau kau coba mencocokkan darahnya dengan Dave. Aku curiga kalau anak itu, anak yang pernah kita coba bunuh dulu," ucap Wili.
"Kenapa kau begitu yakin kalau anak itu, anakmu?"
"Bukan anakku, gadis itu anak Dave. Dan kau terlalu banyak bertanya, turuti saja apa yang aku perintahkan!"
"Anak Dave, anakmu juga. Kau ini terlalu rumit jadi wanita."
Wili pergi meninggalkan Lusia untuk melaksanakan perintah dari wanita itu.
**
Tok tok tok
Aulia mengetuk pintu ruang kerja Dave yang ada di kediaman Dave.
"Masuk saja, pintunya tidak dikunci."
Aulia membuka pintu ruangan kemudian masuk ke dalam.
"Bisa kita bicara?" Tanya Aulia.
Dave tidak langsung menjawab pertanyaan Aulia. Dia masih sibuk dengan pekerjaannya berpura-pura mengabaikan wanita itu.
Ternyata semenjak Aulia pulang dari markas Vegam. Dave marah-marah karena Aulia pergi tidak minta izin, dan bahkan bermalam di tempat wanita itu kunjungi.
Meskipun Aulia berbohong kalau dia berkunjung ke tempat temannya. Dave seperti tidak menerima alasan, dan tetap mendiami Aulia.
Melihat Dave mengabaikannya, Aulia berinisiatif untuk keluar raja dari ruangan Dave.
Toh percuma juga kalau dia bicara, namun tidak didengar oleh pria itu.
"Kau mau bicara apa?" sebelum sempat Aulia membuka pintu keluar.
Suara Dave menghentikan langkah kakinya.
"Aku mau bicara tentang sesuatu rahasia yang mungkin selama ini belum pernah kau dengar. Dan aku tidak yakin kau percaya atau tidak," ucap Aulia sudah bertekad untuk mengatakan yang sebenarnya siapa Asya.
Aulia merasa sudah waktunya untuk dia membuka semua kejahatan yang dilakukan oleh Lusia.
Dan alasan dia melakukan semua itu. Karena Aulia ingin minta cerai dengan Dave.
Toh percuma dia hidup dengan laki-laki itu kalau mereka tidak sama-sama saling mencintai. Mungkin lebih baik kalau mereka memilih jalan masing-masing.
Dia ingin bercerai dengan Dave secara baik-baik supaya Aulia tetap bisa berhubungan dengan Asya yang sudah seperti putri kandungnya sendiri.
Karena kalau di antara mereka bercerai kalau tidak secara baik. Aulia takut kalau Dave melarangnya untuk bertemu lagi dengan Asya.
Sementara dia sendiri tidak bisa hidup tanpa putri kecilnya.
Satu hal yang Aulia tidak tahu. Sebenarnya Dave sudah mulai menyimpan rasa istimewa untuknya.
Ucapan Aulia menarik perhatian Dave. Pria itu menatap serius Aulia.
"Rahasia? Rahasia apa?" Tanya Dave terlihat penasaran.
Aulia menarik nafas kemudian menghembusnya pelan.
"Apa kau pernah terpikirkan. Bagaimana kalau Asya itu bukan putriku..." Ucap Aulia menggantung coba menegakkan hatinya untuk mengatakan kebenaran.
Meski dalam masa yang sama dia punya ketakutan penuh, takut kalau Dave tidak sesuai yang dia harapkan. Namun Aulia tidak mau egois dengan Asya.
Asya juga pantas bahagia. Sudah seharusnya gadis kecil itu tahu siapa sebenarnya ayah kandungnya.
Dengan Aulia mengatakan yang sejujurnya, itu sama saja dia sudah melindungi putri kecilnya dari kejahatan Lusia.
Karena Dave pasti akan melindungi putrinya dengan sepenuh jiwa dan raga dari orang-orang jahat seperti Lusia.
"Maksudmu? Asya bukan putri kandung mu? Lantas dia anak siapa?" Tanya Dave semakin menatap serius Aulia.
"Dia anak....."